Oleh: T. Yulianti Pemerhati Masalah Internasional.
SEBUAH gambar bisa lebih kuat berbicara ketimbang ribuan kata. Tamsil ini dipraktikkan betul oleh para ahli strategi media Pentagon dalam menyajikan ke publik di seluruh dunia mengenai jalan cerita penangkapan Saddam Hussein. Televisi secara berulang-ulang, terus-menerus, menayangkan gambar Saddam yang tua dan lelah. Matanya merah, janggut kelabu, rambut tak terurus dan acak-acakan. Persis sosok seorang gelandangan.
LENYAP sudah kesan Saddam sebelumnya yang kuat dan gagah dengan kumis hitam nan lebat. Hilang sudah citra Saddam yang dengan seragam militer dan pistol di pinggang bagaikan reinkarnasi dari keperkasaan sang Nebuchadnezzar. Pesan yang disampaikan televisi dengan gambar yang dikemas dengan baik oleh para spin doctors Pentagon adalah sangat jelas dan gamblang: Saddam pecundang! Siapa pun yang bersimpati kepada mantan diktator Irak itu harus menghentikan dukungan sekarang, atau mengalami nasib yang sama-bahkan mungkin lebih buruk-ketimbang Saddam.
Saat perang usai dan pendudukan berakhir, gambar penangkapan Saddam tersebut akan terus diingat dan dikenang sebagaimana gambar-gambar lain, yang memang sengaja dikemas dalam bentuk VNR (video news release) untuk televisi selama perang Irak, yakni gambar-gambar yang dibuat untuk membangun sebuah kesan dan interpretasi tertentu mengenai Perang Irak. Atau, gambar- gambar yang dibuat untuk memberikan legitimasi dan menggalang dukungan. Itulah yang membuat gambar-gambar tersebut sangat penting untuk dikritisi. Bukan tidak mustahil, itu merupakan gambar-gambar yang menipu. Misleading pictures!
Gambar-gambar mengenai perang Irak yang di Barat disebut news management (di negara lain pasti disebut news propaganda) itu, misalnya saja, operasi penyelamatan prajurit Jessica Lynch dan tentara Amerika Serikat (AS) saat merobohkan patung raksasa Saddam Hussein setelah berhasil menguasai Baghdad. Termasuk juga dalam kategori ini penayangan gambar mayat Qusay dan Uday Hussein, gambar Presiden Bush dengan pakaian pilot Top Gun mengumumkan kemenangan di atas kapal induk USS Abraham Lincoln, dan gambar Bush membagikan kalkun panggang kepada prajurit AS di Baghdad saat perayaan Thanksgiving. Yang paling mutakhir adalah gambar Saddam Hussein yang tertangkap dan lubang tikus tempat persembunyiannya.
JIKA gambar-gambar itu dirangkaikan satu per satu akan terlihat benang merah yang hendak dirajut, yakni mengisahkan secara dramatis bagaimana Amerika Serikat bertempur gagah berani untuk menumbangkan tokoh dan orang- orang yang jahat. Mesin propaganda AS telah bekerja secara efektif untuk membentuk opini umum di seluruh dunia dengan memproduksi dan menayangkan gambar-gambar yang di dalam ilmu jurnalistik disebut photo-ed atau di dalam dunia periklanan disebut photo-ad itu.
Pemerintahan Bush sadar betul bahwa tim media strategi Gedung Putih dan Pentagon bisa menyediakan gambar-gambar yang dikemas oleh mereka sendiri untuk kepentingan mereka sendiri. Persis seperti perusahaan-perusahaan public relations (PR) dan kehumasan yang mengambil gambar untuk digunakan oleh stasiun-stasiun televisi demi kepentingan promosi dan bisnis. Untuk meningkatkan citra perusahaan, gambar tersebut sudah barang tentu disunting dan dikemas dengan sangat bagus sesuai dengan tujuannya.
Itulah sebabnya pemirsa televisi hanya bisa melihat gambar penyelamatan Jessica Lynch dalam waktu pendek. Hanya lima sampai 10 detik saja. Sebab, gambar lain mungkin akan bertolak belakang dengan propaganda yang ingin disebarkan oleh pihak militer. Itu sebabnya pula pemirsa hanya melihat selama lima detik gambar Saddam yang sedang diperiksa dengan baik dan saksama oleh seorang dokter Amerika. Sebab, pada detik-detik yang singkat itu, pihak militer AS ingin dunia melihat bagaimana Saddam-musuh publik No 1-diperlukan secara manusiawi.
Di pihak lain, ada banyak gambar-gambar yang militer AS tidak ingin dunia melihatnya. Jarang sekali muncul di koran dan televisi gambar rakyat Irak tak bersalah yang tewas akibat pengeboman salah sasaran. Pentagon telah melarang mayat tentara AS yang tewas dalam tugas dipublikasikan. Sebab, gambar-gambar yang menjelaskan betapa sadis dan brutalnya sebuah pertempuran bisa menurunkan dukungan publik terhadap perang.
Hanya gambar-gambar yang mendongkrak semangat perang dan kesuksesan pertempuran saja yang dipublikasikan. Gambar-gambar semacam itu, yang disiarkan berulang-ulang, mempunyai tujuan tersembunyi. Misalnya saja, untuk menciptakan seorang pahlawan perang (kasus Jessica Lynch), meningkatkan moral pasukan AS (kasus kalkun panggang Bush), atau sebaliknya menjatuhkan mental musuh (kasus mayat Uday dan Qusay serta tertangkapnya Saddam Hussein). Bisa juga untuk kepentingan meningkatkan popularitas presiden dalam jajak pendapat (kasus Mission Accomplished).
Seperti semua perang di era televisi, perang di Irak bukan hanya bentrokan antarpihak bersenjata, melainkan juga perebutan untuk menguasai pendapat umum. Barang siapa mengendalikan gambar-gambar dan narasi yang menyelubunginya, dialah yang mengendalikan sejarah dan pendapat umum. Setidaknya, sampai ada realitas baru yang membantah dan membuktikan sebaliknya.
PENGALAMAN membuktikan bahwa jika sebuah gambar punya maksud-maksud tertentu, kebenaran faktanya biasanya ditambah-tambahi, dipoles, atau dibumbui. Kesan yang ingin dicapai adalah gambar itu menjadi lebih indah dari aslinya. Peribahasa mengatakan, semua sah-sah saja pada saat perang (All fair in love and war).
Peribahasa lain mengatakan, korban pertama dari sebuah perang adalah kebenaran (The first casualty of war is truth). Maka, dalam kaitan ini, adagium bahwa gambar tidak pernah berbohong (pictures never lie) tidak bisa lagi diterima begitu saja tanpa sikap kritis. Sebab, ada banyak gambar-gambar yang dibuat untuk menyesatkan. Untuk dengan sengaja menipu publik.
Maka, janganlah heran jika kini publik mengetahui bahwa ternyata Jessica Lynch bukan pahlawan sejati “yang melawan musuh penyerangnya dengan menembak sampai peluru terakhir”, sebagaimana digambarkan oleh pihak militer AS sebelumnya. Dalam buku memoar I Am a Soldier, Too, Lynch mengaku diperalat oleh militer untuk kepentingan propaganda. Ia terluka karena Humvee yang ditumpanginya tabrakan, bukan akibat tembak-menembak. Lynch bukanlah Rambo wanita yang bertempur sampai titik darah penghabisan.
Orang kini mengetahui bahwa pertempuran besar belum sepenuhnya berakhir saat Presiden Bush menyatakan perang telah berakhir dan Mission Accomplished. Sejak Bush memproklamirkan bahwa major combat was over pada 1 Mei 2003, lebih dari 200 tentara AS tewas akibat serangan gerilyawan Irak. Lusinan helikopter Black Hawk dijatuhkan, sejumlah Chinook dirudal, markas militer dan polisi AS serta sekutu dihantam serangan bom bunuh diri. Artinya, perang masih jauh dari berakhir meskipun Bush sudah sesumbar telah meraih kemenangan.
Orang juga sadar bahwa gambar Bush membagi-bagikan kalkun panggang pada prajuritnya di Baghdad adalah photo-ad yang bukan saja dimaksudkan untuk memberikan dorongan moral kepada tentara AS di medan perang, tetapi juga untuk mendongkrak popularitas sang presiden dalam jajak pendapat di dalam negeri. Gambar Bush tersenyum membawa kalkun panggang di nampan tampak begitu sempurna seolah-olah dipersiapkan untuk majalah resep makanan.
“Presiden Bush’s Baghdad turkey was perfect for looking, not for eating,” kata Mike Allen, wartawan Washington Post, memuji hasil kerja tim strategi media Pentagon.
Kepiawaian yang sama juga ditunjukkan para pembantu Bush dalam mengemas gambar penangkapan Saddam Hussein. Tetapi, apa yang akan terbuka kemudian di balik penayangan gambar penangkapan Saddam yang diulang-ulang oleh televisi sepanjang pekan lalu itu?
Publik, khususnya di AS, bisa merasa puas dengan terbunuhnya orang-orang “jahat”, semacam anak-anak Saddam Hussein, atau tertangkapnya seorang diktator yang bersembunyi di sebuah lubang tikus. Namun, bukankah AS tak berperang untuk membunuh Saddam Hussein dan keluarganya?
AS berperang untuk menghentikan Irak dari kemungkinan menggunakan senjata pemusnah massal (WMD). Yang nyatanya, sampai saat ini tidak pernah ada atau ditemukan.
[spoiler show=”Lihat Catatan Tambahan” hide=”Sembunyikan”]Catatan tambahan: Pernah menonton Film Fiksi “Wag The Dog”? Ini adalah cuplikan adegan dimana sebuah berita tentang korban peperangan, dibuat di studio film, hanya untuk menyelamatkan sang presiden dari isu pelecehan seksual.
[/spoiler]
Sumber: https://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/20/Fokus/756024.htm [deadlink]
Gambar diolah dari berbagai sumber.
Artikel bagus, sayang contohnya saja yang agak kurang… padahal yang seperti ini juga bisa kita saksikan dari Metro TV, apalagi kalau sudah menayangkan soal Israel-Palestina. 🙂
Iya nih, belum bisa ngerekam acara-acara di TV yang patut dipantau. Di artikel ini: http:///tatalaksana/membaca-foto-nyt-opiniator.html/ ada contoh menarik juga gan… 😀