Media sosial, yang kini sedang merebak luas di berbagai kalangan, memunculkan berbagai polemik di dalamnya. Seperti yang dibahas di artikel Menangkal Ancaman Dunia Maya terhadap Anak yang lalu, dunia maya melalui media sosialnya menjadi semacam pisau bermata dua, yang bisa mengayun ke dua arah yang berlawanan. Karena sifatnya yang ‘liberal’, pengguna dengan bebas bisa menggunakannya. Kita hanya bisa kembali pada tanggungjawab moral, atau kedewasaan si pengguna agar mampu menggunakan fitur media sosial ini untuk sesuatu yang bermakna bagi kehidupannya.
Sorotan terhadap media sosial, kembali diangkat di media massa, kali ini yang ditemukan di Kompas versi cetak, di halaman depan. Judulnya cukup tegas, Selain Filter, Keluarga Berperan Penting. Media sosial yang banyak tersedia di internet, ketika menerpa berbagai kalangan, terutama kalangan anak dan remaja, menimbulkan reaksi yang beragam. Ada yang memilih untuk melakukan blokir, atau menyaring akses mereka ke situs-situs tersebut, tetapi ada juga yang tetap menganggap tindakan menyaring itu belumlah cukup. Beberapa cara menyaring atau memodifikasi akses internet untuk anak juga pernah dibahas di artikel Glubble, Perambah untuk Anak.
Artikel kompas tersebut, menyoroti peran orang tua sebagai pendamping dan pengarah anak dan remaja di dunia maya. Sorotan lain dalam artikel di kompas tersebut, adalah persoalan kesiapan pengguna menghadapi terpaan media baru ini.
Nilai dan norma sosial kian tereduksi oleh derasnya arus informasi di internet. ”Ditambah lagi masyarakat kita dipertontonkan dengan merebaknya budaya tampil. Melalui media-media sosial, hal itu tersalurkan. Namun, hal-hal semacam itu tidak dibarengi dengan modal nilai dan norma yang terpelihara,” katanya. (AMR/SF)
Media literasi, atau melek media inilah harapan dalam ‘mempersenjatai’ pengguna dalam menjawab tantangan itu. Dengan menanmkan kemampuan melek media, maka pengguna, khususnya anak dan remaja, akan lebih ‘dewasa’ dan siap dalam menghadapi tantangan itu, tanpa harus mengadalkan berbagai sensor dan saringan. Pilihan memang ada di depan mata, dan kemampuan memilih yang benar secara kritis, merupakan salah satu kemampuan krusial dalam melek media.