Beranda  »  Artikel » Literasi Baru   »   Panduan AI untuk Sekolah dari Irlandia

Panduan AI untuk Sekolah dari Irlandia

Oleh: Melekmedia -- 28 Oktober, 2025 
Tentang:  –  Komentar Anda?

The irish flag flies in front of a large building.

Pemerintah Irlandia merilis panduan komprehensif tentang penggunaan Akal Imitasi (AI) di sekolah-sekolah. Dokumen yang diterbitkan pada Oktober 2025 ini menjadi langkah penting dalam membantu guru dan kepala sekolah memahami pemanfaatkan AI.

Sejak peluncuran ChatGPT pada akhir 2022, kesadaran publik tentang AI meningkat drastis. Teknologi yang sebenarnya sudah hadir dalam kehidupan sehari-hari selama 30 tahun terakhir ini kini hadir dalam bentuk yang lebih canggih dan mudah diakses.

Dari pencarian web Google hingga rekomendasi Netflix, AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas kita. Namun kemunculan AI generatif membawa pertanyaan baru tentang dampaknya terhadap pendidikan, khususnya proses belajar mengajar di sekolah.

Departemen Pendidikan Irlandia menyadari AI memiliki potensi besar mendukung pembelajaran ketika digunakan secara terencana dan bertanggung jawab.

Namun di saat bersamaan, teknologi ini membawa risiko dan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Panduan ini menjadi awal menuju penggunaan AI yang aman, efektif, dan bertanggung jawab di lingkungan sekolah.

Inisiatif serupa ini bisa dilihat dari Korea Selatan. Kami pernah mengulasnya di sini. Mereka meluncurkan beragam program melek media atau media literasi yang dirancang khusus menghadapi banjir informasi digital, disinformasi, hingga fenomena AI generatif.

Memahami AI Generatif dan Potensinya

Kemampuan AI ini sangat beragam, mulai dari menyusun esai dan cerita, menghasilkan gambar unik dari deskripsi pengguna, hingga menulis kode pemrograman untuk aplikasi tertentu.

UNESCO dalam panduannya menyebutkan bahwa AI generatif dapat mengotomatiskan tugas-tugas kognitif tingkat rendah tertentu, yang berpotensi mengubah pemahaman kita tentang kecerdasan dan proses pembelajaran manusia.

Teknologi ini bisa membantu guru dalam berbagai aspek pekerjaan mereka, dari perencanaan pembelajaran hingga memberikan umpan balik personal kepada siswa.

Namun teknologi yang sama menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan, privasi data, hak cipta, dan manipulasi. Beberapa risiko ini perpanjangan dari masalah yang sudah ada dalam AI, sementara yang lain muncul khusus karena karakteristik AI generatif yang baru.

Tujuh Pilar Etika Penggunaan AI

Pemerintah Irlandia menekankan pentingnya pendekatan etis dalam menggunakan AI di sekolah. Komisi Eropa telah mengembangkan tujuh persyaratan utama untuk memastikan AI digunakan secara bertanggung jawab di layanan publik, termasuk sektor pendidikan.

Pilar pertama adalah agensi dan pengawasan manusia. Prinsip dasarnya sederhana namun krusial: AI harus melengkapi dan mendukung keputusan manusia, bukan menggantikannya.

Guru harus selalu menjadi pihak yang melakukan validasi akhir terhadap semua output AI, karena teknologi ini bisa mengalami “halusinasi” yaitu menghasilkan informasi yang terdengar masuk akal tetapi sebenarnya tidak berdasar fakta.

Selain itu, jika AI dilatih dengan data yang bias atau tidak representatif, outputnya akan mencerminkan bias tersebut. Fenomena ini bisa merugikan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang tidak terwakili dengan baik dalam data pelatihan.

Ketahanan teknis dan keamanan menjadi pilar kedua. Sistem AI yang dipertimbangkan untuk digunakan di sekolah harus dapat diandalkan, berkinerja sesuai ekspektasi, dan aman. Uni Eropa baru-baru ini mengadopsi Undang-Undang AI yang merupakan regulasi komprehensif pertama di dunia.

Regulasi ini mengklasifikasikan beberapa area pendidikan sebagai penggunaan AI berisiko tinggi, seperti sistem untuk menentukan akses atau penerimaan siswa, mengevaluasi hasil pembelajaran, menilai tingkat pendidikan, dan mendeteksi perilaku terlarang siswa.

Privasi dan tata kelola data menjadi perhatian ketiga yang sangat penting. Konten yang dimasukkan ke dalam sistem AI generatif umumnya tidak bersifat rahasia secara default. Informasi yang diberikan kepada sistem untuk menghasilkan konten bisa digunakan untuk melatih model atau bahkan dibagikan kepada pihak ketiga.

Karena itu, memasukkan data sensitif, kepemilikan, atau data personal harus dihindari. Peraturan Perlindungan Data Umum Eropa (GDPR) tetap berlaku dalam konteks ini, dan sekolah-sekolah perlu memahami dengan jelas kapan data termasuk kategori personal dan kapan tidak.

Transparansi menjadi pilar keempat. Mengkomunikasikan dengan jelas kapan dan bagaimana Gen AI digunakan membantu membangun kepercayaan dan menetapkan ekspektasi. Hal yang perlu diperhatikan adalah batasan usia minimum, berkisar dari 13, 16, hingga 18 tahun.

Beberapa alat seperti ChatGPT bahkan memerlukan persetujuan orang tua untuk pengguna di bawah 18 tahun. Informasi tentang batasan usia ini sering berubah, sehingga perlu dicek secara berkala.

Keberagaman, non-diskriminasi, dan keadilan membentuk pilar kelima. AI yang digunakan di kelas harus ditinjau dan diuji dengan cermat terlebih dahulu untuk mendeteksi dan memitigasi bias yang melekat.

Uji tuntas diperlukan sebelum dan selama penerapan untuk memastikan output akurat dan dapat diandalkan. Guru dan kepala sekolah harus meninjau dan memvalidasi setiap output AI untuk memastikan keakuratan, kesesuaian, dan keandalan.

Kesejahteraan sosial dan lingkungan adalah pilar keenam yang mungkin kurang disadari banyak orang. Setiap aspek dari siklus hidup AI mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air, dan mineral. Peningkatan daya komputasi, konsumsi listrik, dan air berkontribusi pada emisi karbon.

Meskipun sulit menentukan secara tepat berapa banyak energi yang dikonsumsi sistem AI, pendidik perlu merefleksikan secara sadar lingkungan apakah sumber daya atau alat yang tidak menggunakan AI bisa mencapai tujuan yang sebanding.

Jika setelah pertimbangan tersebut AI dianggap mengoptimalkan peluang pembelajaran dan kepemimpinan sekolah, maka query dan prompt harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk membatasi jumlahnya dan mengoptimalkan outputnya.

Pilar terakhir adalah akuntabilitas. Memiliki kebijakan yang jelas, mudah diakses, dan diperbarui secara teratur sangat fundamental untuk mendorong akuntabilitas.

Kebijakan ini membantu semua pemangku kepentingan memahami peran mereka dan konsekuensi dari penyalahgunaan, sehingga mempromosikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.

AI di Sekolah: Dari Perencanaan hingga Praktik

Panduan ini menawarkan pendekatan 4P yang praktis untuk mengimplementasikan AI di sekolah: Purpose (Tujuan), Planning (Perencanaan), Policies (Kebijakan), dan Practice (Praktik).

Tujuan yang jelas. Dalam aspek tujuan, guru dan kepala sekolah harus menetapkan tujuan yang jelas untuk menggunakan AI dengan mengidentifikasi kebutuhan atau tantangan spesifik yang ingin diatasi.

Ini melibatkan pendefinisian hasil yang diinginkan dan memastikan penggunaannya selaras tujuan pembelajaran. Langkah awal ini serupa saat mempertimbangkan penggunaan teknologi digital apa pun di sekolah.

Perencanaan yang matang. Untuk perencanaan, semua sekolah di Irlandia diwajibkan memiliki rencana pembelajaran digital sebagai syarat skema hibah infrastruktur TIK.

Sekolah harus memastikan bahwa implementasi AI selaras dengan rencana pembelajaran digital ini, yang memandu guru dan kepala sekolah dalam mengintegrasikan teknologi digital. Kerangka Pembelajaran Digital memberikan struktur untuk perencanaan ini.

Kebijakan yang relevan. Mengenai kebijakan, sekolah harus memastikan bahwa kebijakan yang relevan secara eksplisit membahas pertimbangan etis, hukum, dan operasional terkait AI. Sebagai bagian dari proses perencanaan, kebijakan yang sudah diratifikasi harus ditinjau untuk mengidentifikasi potensi tumpang tindih atau konflik.

Kebijakan AI yang terpisah tidak diperlukan, namun kebijakan yang ada seperti Kebijakan Privasi dan Perlindungan Data, Kebijakan Penggunaan yang Dapat Diterima, Kode Perilaku, dan kebijakan anti-perundungan perlu ditinjau dan diperbarui untuk mencerminkan penggunaan AI.

Praktik yang aman. Dalam hal praktik, panduan ini memberikan berbagai contoh konkret bagaimana AI bisa mendukung pekerjaan guru.

Untuk perencanaan dan persiapan mengajar, AI membantu merencanakan kurikulum dan pelajaran, menghasilkan sumber daya pembelajaran yang disesuaikan, memperjelas hasil pembelajaran, mengorganisir konten, dan menyesuaikan materi sesuai peserta didik yang beragam.

Salah satu contoh yang diberikan adalah seorang guru kelas dua yang ingin memanfaatkan sumber daya fisik yang tersedia dengan lebih baik. Guru tersebut memotret benda-benda seperti kubus, silinder, dan timbangan, lalu mengunggahnya ke alat AI generatif.

Menggunakan kerangka prompt RASE dari Oide (lembaga teknologi pendidikan Irlandia), guru menghasilkan ide aktivitas yang menyelaraskan sumber daya tersebut dengan hasil kurikulum. Guru kemudian meninjau ide-ide tersebut dan mengadaptasinya untuk konteks mereka.

Dalam proses pembelajaran dan pengajaran, AI dapat mendukung praktik penilaian formatif, pembelajaran yang dipersonalisasi, inklusi, dan menghasilkan berbagai sumber daya pengajaran.

Contohnya, seorang guru pendidikan khusus menggunakan alat AI untuk membuat bacaan tentang topik yang sama dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Setelah meninjau dan menyesuaikan konten sesuai kebutuhan, guru menyediakan materi ini sehingga semua siswa dapat terlibat dengan materi dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka.

Untuk kepemimpinan dan manajemen sekolah, AI dapat membantu dalam perencanaan, pengembangan dan tinjauan kebijakan, perencanaan peningkatan sekolah, dan komunikasi dengan pemangku kepentingan.

Seorang kepala sekolah misalnya bisa menggunakan AI untuk meninjau publikasi baru yang relevan dengan peran mereka dengan membuat percakapan audio dalam format podcast, memungkinkan tinjauan yang lebih mudah diakses dan efisien atas publikasi tersebut.

Pertanyaan Kritis yang Harus Dijawab

Sebelum memutuskan menggunakan AI, panduan ini menyarankan guru dan kepala sekolah untuk menjawab sejumlah pertanyaan kritis:

  • Bagaimana AI akan mendukung hasil pembelajaran kurikulum?
  • Bagaimana penggunaan AI selaras dengan metodologi yang digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran?
  • Bagaimana AI mendukung inklusi dan meningkatkan akses ke kurikulum untuk semua siswa?
  • Bagaimana memastikan bahwa risiko potensial seperti bias, ketidakakuratan, atau ketergantungan berlebihan pada AI dimitigasi?
  • Bagaimana literasi AI dipromosikan dalam pembelajaran?
  • Dukungan apa yang diperlukan siswa untuk menggunakan AI secara efektif dan kritis dalam pembelajaran mereka?
  • Bagaimana membantu siswa menganalisis konten yang dihasilkan oleh alat AI dan memahami keterbatasan alat AI?
  • Bagaimana memastikan pengambilan keputusan manusia tetap dipertahankan saat menggunakan AI?
  • Bagaimana memastikan sikap kritis saat menggunakan AI?
  • Bagaimana memastikan penggunaan AI dapat diandalkan, adil, aman, dan dapat dipercaya?
  • Bagaimana dampak penggunaan AI dipantau dan dievaluasi?
  • Bagaimana mengevaluasi apakah penggunaan AI benar-benar meningkatkan hasil pembelajaran atau praktik kelas?

Dokumen Hidup yang Terus Berkembang

Salah satu aspek penting dari panduan ini adalah komitmen untuk terus meninjaunya. Mengingat AI adalah area yang berkembang pesat dengan penelitian dan evaluasi internasional tentang manfaat potensialnya dalam pendidikan yang masih dalam tahap awal, dokumen ini dirancang sebagai “dokumen hidup” yang akan diperbarui secara berkala.

Panduan ini akan ditinjau secara periodik untuk memasukkan perkembangan baru dalam AI di bidang pendidikan dan teknologi AI, pengalaman dan umpan balik dari guru dan kepala sekolah, perkembangan dalam lingkungan regulasi, serta pelajaran yang dipetik dari aplikasi dan evaluasi dunia nyata.

Implementasi Undang-Undang AI Uni Eropa dalam beberapa tahun mendatang juga akan dipantau untuk memastikan panduan ini selaras dengan pedoman, regulasi, dan rekomendasi terkait.

Departemen Pendidikan Irlandia dan Oide Technology in Education berkomitmen dalam penelitian dan praktik berkelanjutan di area ini. Temuan dari penelitian akan menginformasikan pengembangan dukungan dan sumber daya di masa depan, memastikan relevansi dan responsivitas.

Oide TIE bahkan telah membuat hub khusus AI di Sekolah yang menyediakan kursus online pengantar tentang AI, seri video dari para ahli, sumber daya dari Webwise, termasuk generator Kebijakan Penggunaan yang Dapat Diterima yang telah diperbarui, serta berbagai sumber lainnya.

Kesimpulan: Menavigasi Masa Depan dengan Bijak

Panduan ini menetapkan prinsip dan pertimbangan kunci bagi guru dan kepala sekolah dalam penggunaan AI. Tujuannya adalah mendukung mereka dalam membuat keputusan yang terinformasi tentang potensi penggunaan AI dan melindungi dari risiko potensial.

Mengingat teknologi AI berkembang dengan cepat, sangat penting bahwa kebijakan dan praktik sekolah tetap fleksibel dan responsif terhadap perkembangan yang muncul.

Meskipun ketidakpastian menyelimuti masa depan perkembangan AI, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dalam panduan ini akan memungkinkan sekolah memetik manfaat AI secara bertanggung jawab, memastikan penggunaannya aman, etis, dan selaras dengan hak dan kesejahteraan warga sekolah.

Yang jelas, AI bukan sekadar alat teknologi baru yang harus diadopsi tanpa pertimbangan matang. Ia adalah kekuatan transformatif yang memerlukan pendekatan hati-hati, terencana, dan berakar pada nilai-nilai kemanusiaan yang menempatkan kesejahteraan siswa dan integritas proses pembelajaran sebagai prioritas utama.

*Photo by Róger Nobles via Unsplash

Artikel lain sekategori:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

```


Exit mobile version