Pekan ini dua sektor baru diberitakan merambah metaverse, yaitu pertanian dan kecantikan. Salah satunya kembali melibatkan WIR Group.
Pengembangan Play-to-Earn (P2E) di sektor pertanian memungkinkan siapapun mengurus lahan secara digital dan berdampak di dunia nyata.
Untuk tahap awal, lahan pertanian seluas 5,6 hektare dibagi ke dalam 56 non-fungible token (NFT), masing-masing seluas 1.000 meter persegi (m2). Tiga lokasi telah tersedia: Samosir, Banten, dan Garut.
Agak berbeda dengan metaverse lain yang menggunakan satuan pixel, 5Harvest0 memilih satuan M2, sehingga tanahnya di semesta meta berukuran sama dengan batas yang nyata.
Inisiatif ini dikembangkan PT Mitra Sangkara Abadi (MSA), pemilik Token Sangkara ($MISA), bekerja sama dengan PT Bumi Meta Indonesia (BMI).
Para pemilik NFT dari BMI dan Sangkara ini akan memiliki hak pengelolaan lahan untuk masa tertentu, penyewaan, dan mendapatkan hasil dari tanahnya. Selain itu, dari perdagangan NFT.
Inisiatif ini diklaim sebagai hal baru di dunia NFT Indonesia, bahkan di dunia. “Ini akan menguntungkan para pengusaha dan pekerja sekaligus investor,” kata CMO MSA, Albert Setiawan dalam keterangan resminya, Rabu (15/6/2022).
Adapun menurut CEO BMI, Mochamad Sabdo, ” Kerja sama dengan Sangkara dalam hal ini adalah langkah nyata kami memajukan perekonomian para pengusaha desa khususnya pertanian…”
Mereka telah menjual NFT perdana dalam Flash Presale dan terjual habis hanya dalam waktu 15 menit. NFT ini memiliki periode kadaluwarsa selama 12 bulan atau 2 periode tanam padi.
Kolaborasi WIR Group di industri kecantikan
Berita lainnya kembali memunculkan nama WIR Group. Kali ini mereka menggandeng Benings Indonesia, merek perawatan kulit dan klinik kecantikan di Indonesia.
Kolaborasi dengan Grup WIR disebut menjadi langkah Benings Indonesia untuk memberikan pengalaman menarik dalam menikmati berbagai layanan serta produk skin care dan kecantikan terbaik.
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Chief Business Development Officer WIR Grup Jimmy Halim, dengan CEO Benings Indonesia Group, Oky Pratama, Minggu (12/6/2022).
“Ini merupakan bagian dari kinerja dan inovasi yang terus kami lakukan, karena kami tidak mau tertinggal dan perlu ambil bagian dalam perkembangan teknologi digital terutama dunia metaverse,” kata CEO Benings Indonesia Group, Oky Pratama.
Belum dijelaskan secara terperinci, seperti apa bentuk metaverse yang akan dibuat. Dalam siaran pers resmi, hanya disebutkan “pengembangan platform metaverse guna menghadirkan layanan dan pengalaman digital terbaik bagi pelanggannya maupun masyarakat umum”.
Pihak Benings pun hanya menyatakan bahwa transformasi digital melalui adopsi teknologi digital seperti pemanfaatan metaverse memungkinkan mereka melakukan berbagai terobosan.
Harapannya, meningkatkan potensi yang dimiliki, baik dalam pemasaran maupun dalam menciptakan layanan dengan inovasi dan teknologi digital terkini guna memberikan pelayanan yang terbaik.
“Kami sangat mendukung rencana Benings Indonesia dalam melakukan transformasi digital dalam bisnisnya, karena kami melihat keinginan yang kuat dari Benings untuk berinovasi,” ungkap Chief Business Development Officer WIR Group, Jimmy Halim.
Pihaknya menyatakan kolaborasi dengan Benings Indonesia menjadikannya klinik kecantikan pertama yang memanfaatkan panggung metaverse.
Tentang model Play-to-Earn
Play-to-Earn (P2E) atau “bermain untuk menghasilkan” sudah populer sebagai permainan seperti pada Happyland atau Town Star.
Pada Happyland, ia dijelaskan sebagai game online yang dibangun dengan kombinasi platform blockchain, terinspirasi oleh perdesaan di Texas, AS.
Di Happyland, pemain berkesempatan menjadi pemilik lahan, sehingga dapat berpartisipasi dalam pengolahan tanah, memelihara tanaman atau ternak, dan mendekorasi lahannya.
Setiap pemain dapat membangun metaverse gabungan dengan berbagai peternakan dengan gaya masing-masing.
Karena terkoneksi ke jaringan blockchain, semua item di Happyland memiliki nilai moneter yang nyata. Setiap item memiliki nilai, kelangkaan, dan keunikannya masing-masing. Setiap item dapat dianggap sebagai aset virtual, dan diperdagangkan di pasar NFT.
Sementara di Town Star, pemain tidak hanya diizinkan untuk benar-benar memiliki aset mereka, tetapi juga didorong untuk memperdagangkannya di pasar sekunder.
Dalam beberapa kasus, pemain bahkan bisa mendapatkan hadiah untuk bermain dengan barang-barang yang dimiliki ini.
Inilah prinsip dasar dari permainan play-to-earn. Alih-alih membayar untuk bermain, pemain justru dapat mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan “uang”.
*Foto ilustrasi: Tom Fisk