Beranda  »  Artikel » Media Baru   »   Google Panda yang Diklaim Lebih Pintar

Google Panda yang Diklaim Lebih Pintar

Oleh: rahadian p. paramita -- 20 Juni, 2011 
Tentang: , , ,  –  6 Komentar

Google Panda

Siapa yang tak kenal googling. Untuk kerjaan kantor, sekadar memperbarui blog pribadi, atau mencari tahu kabar terbaru, netizen menggunakan Google. Di balik itu ada algoritme Google Panda yang diklaim makin pintar.

Sekitar 6 bulan belakangan ini, hasil pencarian Google diramaikan oleh web-web atau blog tak bermutu, yang isinya cuma agregasi (kumpulan dari berbagai sumber) dari hasil pencarian terhadap kata kunci yang kita cari.

Biasanya web atau blog ini isinya cuma judul dan separagraf kalimat yang tidak berguna, lalu memberi tautan ke laman lain. Setiap diklik, pengguna hanya berputar-putar di halaman itu saja.

Entah bagaimana membuatnya, seringkali kata kunci yang dimasukkan pencari justru jadi nama halaman atau nama artikel dari website /weblog mereka. Ranking situsnya pun meroket di mesin pencari.

Google tidak tinggal diam dengan fenomena ini, mengingat banyak website bermutu mengeluh karena tautan dari mereka tidak lagi menempati posisi yang bagus sebagai hasil relevan pencarian.

Sejak 2010 Google menyadari ada penurunan kualitas pada hasil pencarian. Di sisi lain, merebaknya “content farm” sebagai model bisnis jadi sorotan banyak pihak.

Amit Singhal dari Google kepada Wired pada ajang TED menyatakan sempat merilis versi “Caffeine” pada akhir 2009. Hasilnya secara dramatis meningkatkan kecepatan mesin dalam mengindeks konten di internet.

Namun hingga awal 2011, masalah tak kunjung terselesaikan. Kualitas hasil pencarian tak juga membaik, membuat netizen sempat berpaling ke cara lama, mengkurasi konten secara manual.

Google lalu meluncurkan fitur tambahan (extension) bernama Personal Blocklist untuk peramban Chrome yang membantu pengguna memblokir alamat situs yang isinya dianggap tak bermutu. 

Akhirnya pada Februari 2011, Google merilis Google Panda sebagai upaya melawan taktik black hat SEO dan web yang dituding menyampah itu.

Situs SEO By The Sea mengungkap Biswanath Panda sebagai insinyur di balik nama algoritme tersebut.

Dalam sebuah makalah, Biswanath memerinci bagaimana Google Panda menggunakan machine learning untuk memprediksi kualitas konten, belajar dari hasil penilaian manusia.

Algoritme tersebut awalnya dinilai cukup meyakinkan. Beberapa situs “content farm” memang menghilang dari pencarian. Sial, beberapa situs besar dengan reputasi baik ikut terkena imbas.

Seperti ditulis Guardian, terdaftar beberapa situs yang rankingnya melorot di laman Google. Kalau dibiarkan, ini bisa berdampak pada pendapatan mereka via iklan online.

Tidak tanggung-tanggung, website sekelas Computerweekly.com dan Ciao dari Microsoft ikut jadi korban. Kontroversi berlanjut, karena pernyataan Google menanggapi hal ini dianggap tidak memuaskan.

Mengenai kontroversi baru ini bisa dibaca detailnya di blog seobook.com.

Pembaruan selanjutnya malah merugikan situs-situs berisi konten agregasi yang “dapat diterima”. Misalnya Demand Media kehilangan $6,4 juta pada kuartal keempat tahun 2012.

Google, yang tetap merahasiakan sistem algoritme mereka, membuat para pengembang situs jadi bertanya-tanya, seperti apakah konten yang bermutu menurut Google?

Banyak yang mempertanyakan kriteria dalam algoritme pembelajaran mesin untuk menentukan situs mana yang berkualitas rendah dan mana yang tinggi.

Google pun terus mengubah dan memperbarui metrik yang digunakan untuk menentukan skor situs. Hal ini memungkinkannya mengetahui konten yang dianggap baik dan buruk, dan terus memperbarui akurasinya.

Muncullah banyak spekulasi. Misalnya konten yang “tipis” akan diabaikan. Situs yang tidak memiliki banyak konten berkualitas, cenderung tidak memberikan pengalaman positif bagi pengguna yang berkunjung.

Hal teknis soal ejaan dan tata bahasa dalam tulisan konon juga jadi penilaian. Lalu duplikasi konten, saat terlalu banyak konten yang digandakan—halaman dengan konten sangat mirip atau sama persis—bisa divonis memanipulasi kerja mesin Google.

Konten yang dihasilkan mesin, atau dikenal juga sebagai “konten pintal”. Konten ini diproduksi secara otomatis oleh perangkat lunak berisi informasi yang kaya kata kunci, tetapi pada akhirnya berkualitas buruk.

Situs dengan iklan berlebihan, membanjiri setiap halaman dengan iklan yang mengganggu pembaca, juga jadi sasaran.

Apapun yang terjadi pada algoritme Google, di luar kendali pengguna. Langkah praktis yang bisa dilakukan adalah menginstal Personal Blocklist, meskipun sangat disayangkan, hanya bisa melalui peramban Chrome.

Cara memasangnya sangat mudah, Anda tinggal klik tautan tersebut melalui peramban Chrome, lalu klik Install. Kalau Anda pengguna Mozilla Firefox, Anda bisa menggunakan Add-on yang mirip, yaitu Optimize Google.

Cara lainnya, mengikuti saran Google untuk membuat konten yang “berkualitas”. Apapun kriteria yang dimaksud.

* Gambar diambil dari usainternetmarketing.com

Artikel lain sekategori:

6 Komentar untuk “Google Panda yang Diklaim Lebih Pintar”

  1. Ofan Ebob

    Wew… Memang menurut marshable juga blogger sekarang nggak kayak dulu lagi.
    Banyak blogger yang money oriented, saking parahnya budaya blogwalking para blogger kreatif makin berkurang. Isi nggak terlalu penting yang penting traffic naik duit dari iklan ngalir. Miris memang platform gretongan nggak se-Bombastis dulu lagi.

  2. prajnamu

    Heuheu… isu yang tak pernah mati. Peluang cari duit selalu jadi motif penyalahgunaan banyak hal 😀 BTW, ‘mashable’ bukan ‘marshable’… 😛 *kabur*

  3. Ofan Ebob

    Mungkinkah perjuangan Kampanye Blogger di Indonesia ikut gulung tikar juga? BTW ‘maaf salah ketik mas’, hehe 😛

  4. prajnamu

    Emang ada ya yg melakukan Kampanye Blogger di Indonesia?

  5. Ofan Ebob

    Bukan ada mas tapi banyak (dulu) salah satunya http://anime7graphic.blogspot.com/2009/03/sticker-kampanye-blogging-skb.html

  6. prajnamu

    Ouw… Cool! 😀