Jangan Ada Phubbing di Antara Kita – Melék Media


Beranda  »  Tata Laksana » Untuk Umum   »   Jangan Ada Phubbing di Antara Kita

Jangan Ada Phubbing di Antara Kita

Oleh: Melekmedia -- 12 April, 2022 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Jangan Ada Phubbing di Antara Kita

Phubbing pexels samson katt

Apa itu phubbing? Singkatan dari phone dan snubbing. Perpaduan kecanduan ponsel dan anti-sosial yang bisa berdampak serius.

Phubbing adalah perilaku sibuk menunduk ke arah layar ponsel lalu abai terhadap lawan bicara saat tatap muka. “Kelainan” ini bisa jadi ancaman terhadap empat “kebutuhan dasar”, seperti rasa memiliki, harga diri, keberadaan yang berarti, dan sensasi pada kendali.

Dampak phubbing pada korban, bisa merasa ditolak, dikucilkan, dan tidak penting. Dampaknya signifikan pada kesehatan mental.

Istilah ini pertama kali muncul pada Mei 2012 oleh sebuah sebuah biro iklan Australia. Istilah phubbing artinya orang-orang mengabaikan teman dan keluarga di depan mata lantaran sibuk dengan ponselnya.

Tak lama kemudian lahirlah kampanye Stop Phubbing. Pada 2018 hadir lewat majalah cetak, kini aktif di berbagai platform. Kampanye ini menyampaikan berita, analisis, dan saran terbaru untuk membuat koneksi, hubungan, dan pilihan hidup yang bermakna.

Phubbing merusak hubungan sosial

Mengabaikan lawan bicara, jelas tidak sopan. Phubbing jadi masalah tidak hanya dalam hubungan orang tua-anak, tetapi juga pasangan yang belum maupun sudah menikah.

Penyebab utamanya adalah penggunaan ponsel pintar yang berlebihan. Menyebabkan percakapan jadi sia-sia, bahkan memicu konflik lantaran salah paham.

Penelitian Hunainah & Dody Riswanto menemukan kecanduan menggunakan ponsel ini mengakibatkan perilaku anti-sosial; yang mulanya berjiwa sosial, menjadi tak acuh terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Remaja jadi apatis, tak acuh terhadap aktivitas sosial di masyarakat, kurang terkontrol, mengabaikan norma sosial, dan melupakan tugas serta kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Bagi pasangan, studi menemukan phubbing menurunkan kepuasan pernikahan. Studi yang lain menemukan pasangan yang saling phubbing mengalami tingkat depresi lebih tinggi.

Tanda-tanda seorang phubber

Indikasi pertama bahwa Anda bersalah ada di tangan Anda — telepon selular pintar itu. Jika ponsel selalu melekat karena takut kehilangan panggilan, tweet, atau pembaruan status, Anda mungkin tertuduh phubbing.

Situs Healthline menguraikan setidaknya ada tiga tanda seseorang mungkin menjadi phubber:

  1. Anda melakukan dua percakapan sekaligus, di telepon dan secara langsung. Anda mungkin tidak melakukan keduanya dengan baik, ini pasti phubbing.
  2. Anda segera mengeluarkan ponsel saat menghadapi pertemuan atau sekadar bersosialisasi. Menempatkan ponsel di atas meja, mengirim sinyal Anda akan segera melakukan phubbing. Tanpa menyentuh ponsel sekalipun, dapat berdampak negatif pada hubungan. Kehadiran telepon membuat orang merasa kurang terhubung.
  3. Anda tidak bisa makan tanpa memeriksa ponsel Anda. Rasa takut kehilangan itu nyata — pertanda nyata bahwa Anda phubbing.

Cara mencegah phubbing

Masih melansir dari Healthline, penelitian menemukan bahwa dorongan mengecek media sosial lebih kuat daripada dorongan berhubungan seks. Namun, itu tidak berarti bahwa Anda tidak dapat mempelajari cara lain untuk check-in dengan media sosial tanpa menggulir tanpa henti.

1. Jadikan meja makan zona larangan telepon

Saat waktunya makan, di mana pun Anda berada, jauhkan ponsel. Jika dengungan notifikasi yang jauh tetap mengganggu, ubah ponsel ke mode “jangan ganggu”.

Beri kesempatan pada diri sendiri untuk terlibat dengan orang lain dan melakukan percakapan yang tulus. Terasa dipaksakan pada awalnya, tetapi selanjutnya lebih nyaman melakukan percakapan tatap muka.

2. Tinggalkan ponsel Anda

Anda mungkin merasa seolah-olah kehilangan anggota tubuh, tetapi jangan takut untuk meletakkan ponsel di mobil, laci meja, atau tas Anda — dan tinggalkan di sana. Apa pun peringatan atau pembaruan yang terjadi, mereka masih bisa menunggu.

3. Menantang diri sendiri

Jadikan “mengabaikan ponsel” sebagai tantangan. Lacak waktu makan atau jam pergi tanpa ponsel di tangan. Ketika menuntaskan misi, manjakan diri Anda, lalu tantang lagi.

Membantu orang lain berhenti phubbing

Jika Anda mencoba membantu orang lain agar berhenti melakukan phubbing, berikut adalah tiga langkah untuk memulai:

1. Model perilaku yang lebih baik

Jika Anda ingin mendorong phubber kronis untuk berhenti, jadilah contoh yang baik. Singkirkan ponsel saat sedang bersantai di sofa. Jangan mendorong mereka untuk menunjukkan sesuatu di ponsel selama tatap muka. Fokus pada orang lain di meja. Perlahan tapi pasti, mereka akan menyadarinya.

2. Beritahu mereka pelaku phubbing

Jika seseorang yang sering berinteraksi dengan Anda memiliki kebiasaan phubbing, beri tahu mereka. Ada kampanye Stop Phubbing yang mengirimkan email kepada target tentang perilaku phubbing mereka, jika bicara langsung tentang hal ini terlalu sulit atau tidak nyaman.

Apa pun caranya, beri tahu mereka bahwa Anda tidak menyukai kebiasaan tersebut, lalu bantu mereka mengembangkan kebiasaan yang lebih baik.

3. Bersikap simpatik

Phubbing bukanlah kecanduan yang nyata, tetapi ini masalah impuls. Impuls dan perilaku yang dipelajari membutuhkan waktu untuk berhenti. Bersabarlah dan pahami kondisi yang dialami phubber, tetapi juga bersikaplah dengan tegas.

Jauhkan remaja dari phubbing

Dampak penggunaan ponsel pintar secara berlebihan pada usia remaja termasuk phubbing tidak saja psikologis, juga ditandai dengan gejala fisik seperti kelelahan mata, nyeri pergelangan tangan, nyeri leher dan bahu hingga kebutaan.

Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecanduan gawai dan empati—artinya semakin tinggi kecanduan gawai, semakin rendah empati. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecanduan gadget, semakin tinggi tingkat empati (Rahmad, 2017).

Dibutuhkan peran orang tua dan guru dalam membimbing dan membantu remaja. Orang tua dan guru harus melakukan pengawasan secara intensif terhadap perilaku remaja, memberikan aturan atau tata tertib untuk mendisiplinkan perilaku mereka.

Sebagai guru, sebaiknya mengatur kapan siswa boleh membawa ponsel pintar ke sekolah, demikian pula orang tua dapat mengatur waktu berkegiatan lain, misalnya beribadah atau berolah raga.

Kegiatan positif ini diharapkan membuat remaja mengurangi kebiasaan main ponsel, mencegah ada phubbing lagi “di antara kita”.

*Photo by Samson Katt

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.



Exit mobile version