Membagikan foto anak di media sosial bisa sangat menyenangkan. Saat foto-foto menggemaskan itu mendapat puluhan bahkan ribuan respons positif. Namun, Anda harus siap dengan konsekuensi setelah mengunggahnya.
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak pernah menyerang putri pesohor Nafa Urbach (37), Mikhaela Lee Jowono (6). Anak semata wayangnya jadi sasaran pelecehan, Nafa pun murka dan melaporkan peristiwa yang menimpanya ke polisi.
Hampir sebulan setelah dilaporkan, pelaku pelecehan lewat Instagram itu ditangkap pada Kamis (5/10/2017) di Kecamatan Marga Asih Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sang pelaku ternyata masih berusia 19, seorang pemuda berinisial MHHS.
MHHS ternyata juga tergabung dalam grup pornografi Internasional berorientasi dewasa. “Tiga grup internasional, satu lokal. Dari negara luar, Amerika, Argentina…” kata Pak Polisi. Pelaku memang belum terbukti sebagai pedofil, karena mengaku menyukai anime pornografi saja. (TribunNews, 12/10)
Memang bukan salah si pengunggah bila pedofil tumbuh subur di media sosial. Namun itu bisa jadi peringatan bagi orang tua, atau siapapun pengguna medsos. Pilah dahulu foto-foto anak macam apa yang tak perlu diunggah ke media sosial.
Paling tidak, atur siapa yang bisa melihat apa yang Anda unggah. Batasilah aksesnya hanya untuk kalangan terdekat nan terpercaya. Pada beberapa platform media sosial, seperti Facebook, ada pengaturan untuk menentukan akun siapa saja yang bisa melihat apa yang diunggah.
Sebaiknya tidak mengunggah foto yang bisa membuat anak tidak merasa nyaman. Beberapa foto, tidak layak diunggah dengan alasan apapun. Hal ini juga berlaku bila Anda bukan orang tua si anak. Jangan mentang-mentang anak orang, lalu abai keselamatan dan kenyamanan di dunia maya.
Persoalannya bukan hanya predator yang mengincar anak, tetapi juga demi tumbuh kembangnya. Pastikan ia tidak menjadi korban bullying karena unggahan itu.
Cara aman mengunggah foto anak
Bayi atau balita memang belum bisa memberikan persetujuan untuk difoto. Meski demikian, Anda perlu memikirkan masalah privasi, terutama saat anak Anda tumbuh dewasa. Di beberapa negara, seperti Prancis dan Jerman, sistem hukum mereka mengatur bahwa anak-anak memiliki hak atas citra mereka sendiri. Orang tua hanya diakui sebagai “pelayan”, bukan pemilik dari hak itu.
Di AS, tidak begitu jelas. Tapi masih ada risiko hukum untuk berbagi di media sosial. Dalam kasus ekstrem, konten yang diposting di saluran YouTube “DaddyOFive” digunakan sebagai bukti perilaku kasar orang tua, yang mengakibatkan dua anak dibawa ke tahanan darurat. Pengacara percaya orang tua itu kasar, tetapi juga menyatakan bahwa cara video itu dibagikan merupakan bentuk pelecehan.
Setelah anak-anak cukup besar untuk memahami media sosial, Anda harus membiasakan minta izin mereka untuk memposting foto secara daring. Anda tidak hanya harus menghormati privasi anak-anak; Anda juga harus membantu memperkenalkan mereka pada konsep etiket di internet.
Libatkan mereka saat memutuskan foto mana yang boleh diposting dan siapa yang dapat melihat foto tersebut. Ini adalah cara paling tepat untuk membuat mereka mengenal cara kerja media sosial.
Anda juga akan membantu mereka memahami bahwa memposting gambar secara daring memiliki konsekuensi, jauh sebelum mereka bisa mendapatkan akun Facebook, Snapchat, atau Instagram mereka sendiri.
Bila akhirnya memutuskan untuk berbagi, ada cara untuk meningkatkan keamanan penggunaan media sosial dan meminimalkan risiko berbagi. Tips berikut ini dibagikan oleh Kapersky, terkenal sebagai produsen peranti lunak pembasmi virus. Mereka berkomitmen pada isu keamanan berselancar di dunia maya.
- Periksa pengaturan privasi media sosial Anda. Batasi kiriman Anda hanya untuk ‘teman saja’ dan pastikan mereka tidak memiliki hak untuk membagikan ulang foto tersebut.
- Bicaralah dengan teman dekat dan keluarga Anda tentang privasi sehingga mereka tidak membagikan foto Anda secara liar.
- Periksa daftar teman dan hapus orang yang bukan teman dekat. Orang yang Anda temui saat liburan yang cukup baik, orang yang berteman dengan teman, dan orang yang Anda tambahkan hanya untuk bersikap sopan adalah risiko keamanan saat Anda memposting foto anak Anda.
- Matikan metadata (juga dikenal sebagai data EXIF) dan penandaan geografis untuk foto Anda. Itu berarti tidak ada yang dapat menemukan anak-anak Anda menggunakan metadata foto. Atau pastikan bahwa platform tempat Anda berbagi akan menghapus data EXIF dari foto Anda. Baca lebih lanjut tentang data EXIF di sini.
- Jangan sertakan data lain yang dapat digunakan orang luar untuk mengidentifikasi anak Anda, seperti nama lengkap, tanggal lahir, atau sekolah tempat mereka bersekolah. Menggunakan nama panggilan atau frasa deskriptif adalah cara yang baik untuk menghentikan seseorang yang mencari identitas – “Sprout kecilku”, “Putri kecil kami”, atau “Kacang Lompat Luar Biasa” akan menghentikan orang luar mengenali anak-anak Anda.
- Tidak ada foto telanjang atau setengah telanjang yang boleh diposting tentang anak-anak Anda. Jika ada sedikit keraguan dalam pikiran Anda tentang sebuah foto, jangan posting.
Artikel ini aslinya dari sini, dimuat ulang dengan sejumlah pemutakhiran.