Sine Qua Non, Melek Media dan Informasi bagi Guru – Melék Media


Beranda  »  Tata Laksana » Untuk Guru   »   Sine Qua Non, Melek Media dan Informasi bagi Guru

Sine Qua Non, Melek Media dan Informasi bagi Guru

Oleh: Melekmedia -- 25 April, 2011 
Tentang: , , , ,  –  2 Komentar

Pendidikan media

Dalam perkembangan teknologi media yang sangat pesat, peran lembaga pendidikan tidak bisa tidak harus dikedepankan dalam mempersiapkan para siswanya. Melek media dan informasi, mutlak diperlukan di sekolah.

Melek media, bukan sekadar untuk mencegah dampak buruk media. Lebih dari itu, mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan. 

UNESCO sudah sejak lama mengamanatkan pendidikan media bagi generasi muda. Sejak diluncurkannya Grunwald Declaration pada tahun 1982, upaya untuk menggalakkan melek media terus dilakukan. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas para guru sekolah.

UNESCO bahkan sudah menerbitkan standar kompetensi guru, yang berkaitan dengan teknologi informasi. Dokumennya bisa dilihat di sini, UNESCO’s ICT Competency Standards for Teachers.

Tulisan ini ingin menyoroti peran guru dan lembaga pendidikan pada umumnya, berkaitan dengan upaya menggalakkan kompetensi melek media bagi guru.

Lingkungan baru tersebab media

Perkembangan teknologi telah menyebabkan meningkatnya kesempatan berinteraksi antar-anggota masyarakat dari berbagai kalangan, melalui media.

Salah satu dampaknya adalah terbentuk lingkungan baru yang dapat menjadi arena belajar, baik secara kognitif maupun afektif bagi generasi muda.

Mereka tidak saja mendapatkan informasi baru dengan cepat, tetapi belajar bersikap sesuai fitrah lingkungan baru tersebut. Positif atau negatif, tergantung pada lingkungan seperti apa yang dimasukinya.

Contoh paling mudah adalah kehadiran media sosial seperti Twitter atau Facebook, yang bisa menempatkan orang-orang dari segala kalangan dalam satu “lingkungan” maya yang sama.

Berada di “lingkungan baru”, terkadang membuat orang tergagap dengan norma sosial yang berlaku. Maka pengguna harus cepat beradaptasi, setidaknya memahami norma di lingkungan baru yang dimasukinya.

Lingkungan baru yang ditawarkan media-media baru ini, bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran. Pendidikan pun tak bisa mengabaikannya. Belajar tak melulu di kelas atau di rumah, tetapi juga di “lingkungan maya”.

Kompetensi pun kian kompleks

Istilah “melek media dan informasi”, atau dalam bahasa aslinya “media and information literacy” merujuk pada penerapan cara berpikir kritis dalam menerima dan mengirim informasi melalui berbagai genre media.

Proses ini berdampak pada pengetahuan seseorang, nilai-nilai dalam lingkungan sosial, termasuk sikap bertanggung jawab dalam mempublikasikan sesuatu, dan mengambil sesuatu dari dunia maya.

Lebih konkret lagi, kemampuan ini terdiri dari 5 kompetensi: Comprehension, Critical thinking, Creativity, Cross-cultural awareness and Citizenship. Tampak rumit dan kompleks, bukan?

Karena itulah peran pendidikan mutlak dibutuhkan. Tidak bisa tidak (sine qua non), sekolah harus ikut menggotong melek media dan informasi, mengintegrasikannya dengan kurikulum yang ada.

Agar tercapai, guru-guru perlu mendapat penambahan wawasan dan kemampuan terlebih dahulu. Guru lah ujung tombak pendidikan melek media dan informasi di sekolah.

Media bukan sekadar alat bantu

Selama ini, media dalam proses belajar mengajar masih ditempatkan sebagai alat bantu belajar, bukan sumber belajar, apalagi sebagai metodologi dalam belajar.

Di tengah kepungan media, pembelajaran tidak lagi bisa mengentengkan media sebagai sekadar alat bantu, tetapi menjadikannya subyek yang terintegrasi dengan berbagai isu dan dibahas secara kritis.

Dengan melek media dan informasi, siswa menciptakan media-media ekspresi sebagai bagian dari pembelajaran, sehingga belajar tidak sekadar “mengonsumsi”, tetapi juga “mengkonstruksi” pengetahuan baru.

Isu lain yang penting bagi sekolah, siswa-siswa sekarang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara luas. Telepon genggam tak sekadar untuk menelepon atau mengirim teks, juga dapat mengirim materi multi media.

Jika pihak sekolah, dalam hal ini para guru, tak mampu mengantisipasi karena belum menguasai perkembangan teknologinya, maka konten negatif akan terus menjadi ancaman bagi generasi muda.

Dengan menempatkan media sebagai “lingkungan belajar” yang baru, guru-murid bisa terlibat bersama, mengeksplorasi dampak penggunaannya, baik yang positif maupun negatif.

Kompetensi bagi guru

Seperti apa gambaran kompetensi bagi guru dalam hal ICT di sekolah? Berikut ini kerangka kurikulum untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam dokumen UNESCO, UNESCO’s ICT Competency Standards for Teachers.

Penting untuk dicatat, bahwa kompetensi ini tidak saja memfokuskan pada area ICT belaka, melainkan pada pendekatan yang komprehensif terhadap perubahan sistem pendidikan.

Artinya, ICT bukan materi baru yang perlu ditambahkan dalam rangka peningkatan kapasitas guru, tetapi menjadi roh baru dalam sistem pendidikan pada umumnya.

Dalam pandangan UNESCO ini, upaya menggalakkan pendidikan melek media, bukan sekadar perubahan tambal sulam, tetapi harus menyeluruh pada sistem pendidikan yang berlaku.

Karenanya, terdapat enam aspek yang harus berubah, kebijakan, kurikulum,  aspek pedagogik, penggunaan teknologi, pengelolaan sekolah, dan pengembangan keprofesian para guru.

Bagaimana dengan situasi di Indonesia? Mungkin saat ini belum bisa mengakomodir kerangka ini secara utuh. Proses penataan ulang kurikulum yang terjadi saat ini, baru akan membenahi standar isi dan standar kompetensi, dan kaitannya dengan pembentukan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

Peningkatan kapasitas guru dalam hal ICT perlu dilakukan di luar konteks perubahan yang sedang direncanakan, melalui pelatihan-pelatihan yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga, baik oleh lembaga non-profit, atau komunitas melek media di Indonesia.

*Photo by Vlada Karpovich from Pexels

Artikel lain sekategori:

2 Komentar untuk “Sine Qua Non, Melek Media dan Informasi bagi Guru”

  1. Putri Sarinande

    hai Bung Penulisnya, menarik tuh. ya keingetan yang di Pojok Pendidikan (tapi web yang saya cantumken sih web E-Mag. tak apeu lah ya. xixixi)

    pinjem artikelnya Bung.

    oia, keingetan, ini yang pedes2 cocok bersanding ama yang Manis Pedesss di
    http://errikirwanwibowo.blogspot.com

    soalnya karikatur2 di dalamnya mengingatkanku pada komik di karikatur El Figson (kartunis Meksiko)

    dan artikel ini, cocok banget buat mengingatkan guru-guru sekolah pemalas yang kalah “gaul” dari para peserta didiknya. kan bahaya. hehehe….

  2. melekmedia

    Wah, tulisan tentang Romo Mangun-nya benar-benar menyayat… “Biarkan Saya Meninggal Sebagai Guru Sekolah Dasar” *mbrebesmili*

    Terima kasih sudah berbagi! Salam! 😀



Exit mobile version