Tanggal 6 Agustus 1991, publikasi online pertama oleh Tim Berners-Lee dari lembaga sains, CERN diluncurkan. Waktu itu, tujuan utamanya adalah menyebarluaskan karya ilmiah di bidang sains agar para peneliti di lembaga itu dapat saling memperbarui informasi. Ide sederhana, yang kemudian menjadi awal revolusi di dunia.
Ide ini lalu berkembang menjadi ‘gila’, menyebarluaskan informasi ke seluruh dunia dengan awalan ‘www’. Dua tahun setelahnya, dengan kemunculan peramban pertama, Mosaic, internet semakin berkembang dengan sangat pesat.
Barners-Lee baru menyadari, apa yang dilakukannya telah mengubah banyak hal, “The web is a breakthrough social innovation technology. I designed it to help people work together, and not as a toy technology. The ultimate goal of our existence is to improve Web Network. “
Tak terasa, 20 tahun sudah web hadir dan mengubah banyak hal. Bukan cuma menghadirkan ‘dunia baru’ yang dikenal dengan ‘dunia maya’, ia juga telah menghadirkan revolusi baru dalam teknologi informasi. Mungkin salah satu revolusi terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia.
Bahkan kini, ‘dunia maya’ sudah menjadi medan tempur yang setara dengan daratan, lautan, atau udara. Gonjang ganjing di Amerika, demonstrasi besar-besaran di Timur Tengah, membuktikan bahwa kehadiran internet telah mengukuhkan teknologi informasi sebagai harta karun masa depan.
Tanpa penemuan web, mungkin teknologi internet akan lebih lambat berkembang. Awalnya internet memang hanya berbasis teks seperti comman prompt di Windows atau Terminal di Mac. Multimedia belum sehebat sekarang. Penggunaannya pun masih sangat terbatas.
Hingga kemudian Tim Berners-Lee menemukan world wide web (www). Dijalankan pada mesin NeXTStations karya Steve Jobs – ya, salah satu dedengkot Apple itu – internet masih jadi ‘makhluk’ asing. Internet baru mulai dilirik pada tahun 1993, ketika Steven J. Vaughan-Nichols menulis sebuah artikel berjudul ‘WAIS and WEB: the future of Internet Data Searching‘.
WAIS adalah mesin pencari di Internet generasi pertama yang dapat diakses publik. Sebelumnya, pernah dikembangkan mesin pencari, tetapi bukan untuk konsumsi publik. Fasilitas seperti NASA RECON, Dialog, atau OCLC dibuat untuk konsumsi mereka sendiri, termasuk yang digunakan di CERN.
Ia bekerja dengan melacak data yang terindeks, yang lalu disebut libraries. Gagasan Berners-Lee bertemu dengan dengan Mosaic, dan WAIS, ternyata seperti mempertemukan jodoh yang takdirnya lama dinanti.
Agak sulit memahami cara kerja internet masa lampau ini, karena saat ini sudah tidak terlalu populer. Saya sendiri mengenal internet ketika ia sudah berbentuk WWW dan mesin pencari sudah bertebaran meski tidak sehebat sekarang. Kini, bahkan banyak orang mengenal internet sebagai media sosial saja. Internet adalah facebook, atau twitter, atau saling bertukar pesan di IM.
Sebuah situs, pernah membuat infografis interaktif yang memaparkan linimasa sejarah internet dari masa ke masa, dari tahun 1991-2010. Infografis ini sangat menawan, karena sumber informasinya cukup lengkap. Sebuah blog di broadcast.rackspace.com menampilkan data tentang ‘The Evolution of HTML’, bahasa yang lazim digunakan di internet untuk menampilkan fitur antarmuka di era www sudah berkembang.
Diperkirakan, pada tahun 2057 internet sudah tidak butuh lagi antarmuka, karena interaksi manusia-komputer sudah terintegrasi di otak manusia. Untuk memberi perintah kita tak perlu lagi menekan tombol pada keyboard, cukup memerintahkannya lewat otak.
Semua informasi juga mengalir langsung ke otak, mirip dengan apa yang kita tonton di film The Matrix. Di kalimat terakhirnya, infografis itu sempat bergurau, “Anda akan sangat membutuhkan pemblokir iklan pada saat itu.”
Perkiraan ini rasanya tidak terlalu mengada-ada, terutama kalau Anda baca juga artikel beberapa tahun yang lalu di Business Week.
Apa yang dilakukan Daneane Gallardo, wanita yang dijuluki “sick Mac freak” ini, mungkin adalah cikal bakal candu media sosial yang mulai merebak belakangan ini. Gallardo mengaku sudah tak membutuhkan dunia nyata lagi, karena dunia maya sudah memenuhi semua kebutuhannya. Gila kan?
Nicolas Negroponte, juga sudah lama meramalkan soal Coca Cola dalam bentu byte. Penulis buku “Being Digital” itu sudah meramalkan, pada suatu saat nanti kita bisa merasakan kenikmatan Coca Cola dalam bentuk byte, bukan atom. Coca Cola tidak perlu berbentuk cair, tetapi cukup dengan seperangkat elektronik yang terhubung ke otak kita.
Selamat Ulang Tahun, Web!