Aplikasi tak resmi untuk mengakses layanan WhatsApp, GBWhatsApp, masih populer di kalangan netijen. Pihak Meta sebagai pemilik resmi WhatsApp memperingatkan pengguna terhadap risikonya.
Sebagai aplikasi tak resmi, GBWhatsApp tak tersedia di Google Play Store maupun Apple App Store. Ia tersebar dari pengguna ke pengguna, lewat forum-forum, atau situs yang memajang tautan untuk mengunduhnya. Dengan mengetikkan lema “GBWhatsApp” di Google, bejibun tautan mengarahkan Anda ke situs-situs untuk mengunduh aplikasi ini.
GBWhatsApp populer di kawasan Afrika. Data dari perusahaan analitik Caribou Data dengan 4.000 panelis dari Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan, menunjukkan 20 persen dari total pengguna lebih memilih “GBWhatsApp”.
Di Indonesia popularitas GBWhatsApp sempat memuncak pada 2019 dalam rekaman penelusuran di Google Trend. Sejak itu trennya menurun dan kini tersisa seperempatnya dari animo pada empat tahun silam.
Meskipun aplikasi resminya masih tetap terpopuler, mengapa GBWhatsApp ini juga populer? Terutama karena ia memiliki sejumlah fitur tambahan, lebih banyak dibandingkan versi aslinya. Di antara fitur yang jadi incaran pengguna adalah:
- Kemampuan untuk menyembunyikan status “online”.
- Menghapus opsi centang biru/ganda “pesan terkirim/diterima”.
- Mengambil kembali foto yang dihapus yang telah dikirim ke akun Anda.
- Mengambil kembali status yang dihapus dari pengguna lain.
- Mendownload pembaruan status ke hard drive perangkat Anda.
- Mengirim hingga 90 gambar ke akun lain sekaligus.
Pada 2019 sempat muncul pengumuman bahwa pengembangan GBWhatsApp dihentikan. Akun-akun media sosial yang terhubung dengan aplikasi ini pun telah dinonaktifkan. Versi terakhir GBWhatsApp setelah pengumuman ini adalah 7.0, yang dirilis 20 Juni 2019.
Tapi muncul pihak yang mengaku masih mengembangkan, salah satunya mendaku sebagai GBWA. Di situsnya, terpampang riwayat pembaruan aplikasi GBWhatsApp, dan mengklaim sebagai salah satu aplikasi komunikasi instan hasil modifikasi terbaik di pasar.
“GBWhatsApp bertujuan meningkatkan fitur personalisasi antarmuka dan privasi dibandingkan aplikasi asli,” demikian GBWA.
Dijelaskan di situs itu bahwa awal mula GBWhatsApp dikembangkan oleh forum pengembang aplikasi, XDA. Forum yang dulu disebut XDA Developers adalah salah satu yang terpopuler di internet, berisi para tukang ngulik aplikasi atau sistem operasi untuk perangkat mobile sejak 2002.
Menengok langsung ke situs XDA, bisa ditemukan pengumuman penghentian pengembangan GBWhatsApp sejak 2018. Dalam pengumuman itu ditekankan bahwa siapapun yang mengklaim meneruskannya, bukanlah lanjutan dari versi di XDA.
Artinya, aplikasi yang kini tersebar luas tidak dijamin berdasarkan kode yang sama dengan yang dikembangkan para developer di XDA. xSylla, anggota senior di forum itu yang menulis pengumuman, bahkan tak menyarankan aplikasi versi lain yang beredar. Alih-alih, menyarankan FMWhatsApp sebagai alternatif.
Sementara aplikasi FMWhatsApp telah terkategori berbahaya menurut perusahaan keamanan internet, Kaspersky. Mereka pernah melaporkan pada 2021 bahwa aplikasi kloningan termodifikasi mengandung trojan bernama Triada, yang mengunduh trojan lain untuk melakukan sejumlah perintah dari si pemilik.
FMWhatsapp versi 16.80.0 ketahuan mengaktifkan trojan Triada sebagai perantara. Pertama, ia mengumpulkan data tentang perangkat seluler pengguna. Kemudian, atas perintah pemilik trojan, ia bisa mengunduh salah satu trojan [berbahaya] lain ke ponsel.
Trojan ini lalu secara otomatis meluncurkan iklan, bahkan masuk ke akun WhatsApp, mencegat SMS untuk mengonfirmasi login, sehingga membuat korban rentan terhadap aktivitas ilegal melalui telepon mereka. Mengingat reputasinya, jelas bukan pilihan bijak untuk menginstal FMWhatsApp.
Belakangan, seorang anggota forum XDA yang mengaku pengguna GBWhatsApp sejak 2015 terpaksa beralih ke aplikasi resmi karena diblokir oleh Meta/WhatsApp. Kiriman per 2 Maret 2023 itu mengeluhkan masalah teknis peralihan aplikasi yang tak mulus, seperti berkas dari GBWhatsApp yang tak bisa terdeteksi oleh aplikasi resmi.
Meta sebagai pemilik resmi di situs WhatsApp telah memberi penjelasan umum tentang penggunaan aplikasi tak resmi. Meskipun, belum berkomentar secara spesifik tentang aplikasi modifikasi ini. Setidaknya saat artikel ini ditulis, belum ditemukan pengumuman resmi dimaksud.
Dalam pengumumannya, WhatsApp bilang bila Anda menerima pesan yang mengatakan bahwa akun Anda “Diblokir sementara”, kemungkinan Anda menggunakan versi WhatsApp tidak resmi. Jika tidak segera beralih ke aplikasi resmi, akun akan diblokir secara permanen.
Mereka menyatakan aplikasi WhatsApp yang tidak sah membahayakan keamanan dan keselamatan pengguna. Bila nekat menggunakannya, tidak ada jaminan bahwa pesan atau data pengguna—seperti lokasi atau file yang dibagikan—akan tetap privat dan aman.
Akun pengguna aplikasi kloning dapat diblokir karena menggunakan aplikasi WhatsApp tidak resmi bertentangan dengan Ketentuan Layanan WhatsApp.
Andaipun GBWhatsApp versi GBWA adalah aplikasi yang “aman”, namun tak ada jaminan karena identitas pengembangnya yang misterius. Coba bandingkan dengan temuan Kaspersky pada FMWhatsApp, rasanya sulit mendapat jaminan keamanan dari GBWhatsApp.
Setidaknya—dengan menggunakan aplikasi resmi—celah keamanan yang ditemukan dapat dilaporkan ke pihak pengembang dan bisa menuntut perbaikan. Bahkan mungkin menuntut ganti rugi bila terjadi sesuatu yang merugikan pengguna, secara materi maupun non-materi.
Bahwa aplikasi alternatif seperti GBWhatsApp bisa diklaim sebagai “pluralisme layanan”, pengembangnya harus memiliki kredibilitas yang jelas. Ini menutut pertanggungjawaban, bukan seperti sekelompok pengembang dalam forum yang mengerjakannya secara cuma-cuma untuk mengisi waktu luang.
Pluralisme layanan, seperti dikemukakan seorang jurnalis dan penulis, Cory Doctorow, adalah konsep tentang variasi atau beragam pilihan dalam layanan yang tersedia untuk pengguna. Artinya, ada lebih dari satu pilihan layanan yang disediakan oleh berbagai penyedia layanan dalam suatu pasar.
Pluralisme ini dapat mencakup variasi dalam kualitas, harga, fitur, dan jenis layanan yang ditawarkan, sehingga pengguna memiliki opsi untuk memilih layanan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
*Photo by Dimitri Karastelev on Unsplash