Debat tentang dampak menonton TV pada anak-anak belum selesai. Televisi sering dijadikan sebagai pengganti pengasuh anak. Tapi katanya banyak bahaya mengancam.
Di dunia nyata, lebih menggoda untuk membiarkan anak menonton TV selama setengah jam atau lebih, sementara orang tua merapikan rumah, mandi, menelepon, membayar tagihan, atau sekadar duduk sejenak.
Meski banyak program televisi dirancang khusus anak, American Academy of Pediatrics (AAP) melarang paparan televisi untuk anak-anak di bawah usia dua tahun. Mereka merekomendasikan paparan dibatasi hingga kurang dari satu-dua jam.
Pernyataan AAP pada 2011 melaporkan bahwa menonton televisi terkait dengan pengurangan interaksi orang tua-anak dan permainan kreatif anak-anak, terlepas apakah televisi menyala di latar belakang atau sedang aktif ditonton.
Saat disajikan program TV, anak dihadapkan pada tugas mentransfer. Artinya mereka harus mentransfer apa yang mereka pelajari dari layar televisi 2D ke dunia 3D.
Kualitas acara TV yang buruk dapat menyebabkan representasi informasi yang kurang rinci dalam memori anak-anak. Selanjutnya, anak kesulitan mentransfer informasi yang dipelajarinya ke dunia nyata.
Informasi visual seperti ukuran dan kedalaman tak nampak jelas pada layar televisi 2D, dibandingkan dengan dunia 3D. Demikian pula situasi sosial dunia nyata dan di layar kaca tidak sama.
Seorang aktor atau karakter di televisi tidak dapat menanggapi apa yang dilihat, dikatakan, atau dilakukan anak pada saat tertentu.
Mengkarakterisasi hal ini sebagai masalah transfer informasi pada anak akan sangat membantu untuk memahami bagaimana mendukung pembelajaran anak-anak dari televisi.
Pengulangan membantu anak belajar
Sementara, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa setelah menonton program televisi edukatif untuk anak-anak, balita dapat belajar berhitung sampai lima dan belajar membaca peta sederhana yang disajikan di acara itu.
Ini perkembangan yang menggembirakan. Dampak menonton TV tidak selalu negatif. Ada sisi positif yang dapat dimanfaatkan.
Produser televisi anak-anak dan orang tua dapat menggunakan sejumlah teknik untuk meningkatkan pembelajaran dari TV, dan mendukung transfer pengetahuan anak-anak ke dunia nyata.
Misalnya menonton acara TV yang sama berulang-ulang. Salah satu alasan mengapa anak-anak sering menonton acara yang sama, karena mereka belajar lebih baik dari paparan hal yang sama berulang kali.
Pengulangan dalam acara TV, seperti pengulangan urutan atau kata-kata baru, atau berulang kali menonton acara yang sama selama beberapa hari dapat meningkatkan pembelajaran, memori, dan transfer informasi ke dunia nyata.
Terlebih lagi, semakin akrab karakter televisi, semakin besar kemungkinan anak-anak akan belajar dari program televisi yang menampilkan karakter tersebut.
Pengulangan membantu anak-anak untuk menyimpan representasi informasi yang lebih rinci dalam ingatan mereka. Meskipun menonton acara TV anak yang sama berulang kali mungkin membosankan orang tua, hal itu bermanfaat bagi anak-anak.
Dengan cara ini, dampak menonton TV bisa diminimalisir. Di antara suara sumbang tentang dampak televisi terhadap anak, masih ada harapan untuk memanfaatkannya.
Kuncinya adalah interaktifitas
Menjadikan TV sebagai kegiatan yang interaktif jadi jalan lain untuk mendukung pembelajaran anak dan transfer pengetahuan ke dunia nyata. Program televisi khusus anak berusia 2 tahun ke atas seperti Dora the Explorer dan Blue’s Clues mencoba mempromosikan interaksi sosial.
Karakter televisi berupaya berinteraksi dengan anak, melalui karakter yang menatap langsung ke kamera (seolah menatap anak), dan menggunakan pertanyaan serta jeda untuk memberikan waktu bagi anak-anak menanggapi.
Cara ini lebih memungkinkan anak-anak untuk memahami isi program televisi. Anak akan berupaya merespons balik pertanyaan atau instruksi interaktif dari karakter, lalu si karakter kembali merespons. Meskipun, respons tersebut berupa ekspresi sederhana.
Misalnya dalam program Dora the Explorer, tanggapan karakter televisi kepada anak-anak terbatas dalam bentuk apresiasi seperti “Kerja yang bagus!” atau “Itu benar!”, atau instruksi sederhana seperti “Katakan peta!”.
Orang tua dapat membantu anak merespons pancingan interaktif dari karakter dalam acara televisi, sehingga anak pun belajar memberi umpan balik yang lebih baik. Ini akan memberi orang tua kesempatan untuk mendukung pembelajaran anak-anak lewat televisi.
TV memang berpotensi membahayakan perkembangan anak. Tapi dengan cara yang tepat, acara TV juga bisa mendidik anak. Tentu saja, tidak semua program TV cocok untuk pembelajaran anak. Ada yang menyediakan platform pembelajaran yang baik, ada pula yang lebih cocok untuk tujuan hiburan belaka.
Kuncinya, orang tua bisa menonton TV bersama anak dan menjadikan pengalaman interaktif dengan karakter dalam TV membantu pendidikan bagi anak.
*Photo by Nothing Ahead from Pexels