
Konten yang menampilkan Andrew Tate terus berkembang biak di YouTube. Sebuah laporan terbaru dari Center for Countering Digital Hate (CCDH) per Juni 2025 mengungkap YouTube pun meraup keuntungan darinya.
Temuan CCDH menunjukkan adanya celah sistemik yang memungkinkan konten misoginis tidak hanya bertahan, juga menghasilkan keuntungan bagi platform, sambil terus menjangkau audiens yang rentan di seluruh dunia.
Konten dari influencer yang dikenal mempromosikan misogini dan kekerasan terhadap perempuan ini telah ditonton puluhan juta kali, dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak berusia 13. Padahal, akunnya telah resmi dilarang dari platform sejak 2022.
Laporan berjudul “Banned But Not Gone: How YouTube bans Andrew Tate, then profits from his misogyny anyway” menganalisis 100 video YouTube terpopuler yang menampilkan Tate mempromosikan misogini yang diunggah antara 1 Mei 2024 dan 1 Mei 2025.
Temuannya sangat mengkhawatirkan: Secara kolektif, video-video tersebut mengumpulkan hampir 54 juta penayangan. Sementara menurut investigasi CCDH, konten Tate jelas-jelas melanggar kebijakan YouTube sendiri.
Dari 100 video yang dianalisis, 58 video secara jelas melanggar kebijakan YouTube tentang ujaran kebencian (hate speech). Kebijakan itu menyatakan “tidak mengizinkan konten yang mempromosikan kekerasan atau kebencian terhadap individu atau kelompok berdasarkan […] atribut” seperti jenis kelamin atau gender.
Beberapa contoh konten yang melanggar tersebut antara lain berisi pernyataan yang menyebut, “Perempuan sudah pasti patuh, dan mereka akan membersihkan kamarmu, dan mereka akan membuatkanmu kopi, dan mereka akan melakukan apa pun yang kamu katakan.”
Kutipan lain dari Tate “menyarankan” orang-orang untuk “mengendalikan” perempuan lewat menyatakan, “Kamu tidak akan bisa ‘menemukan’ seorang perempuan. Kamu harus ‘membuatnya’. Kamu harus ajari dan pandu mereka. Mereka harus belajar darimu, mereka harus tumbuh bersamamu.”
Lebih parahnya lagi, YouTube mendapat untung dari konten berbahaya ini. Para peneliti mengidentifikasi bahwa 31 dari video yang melanggar kebijakan tersebut telah ditonton lebih dari 28 juta kali, dimonetisasi dengan menampilkan iklan dari berbagai merek besar.
Beberapa merek ternama yang iklannya muncul di samping atau di dalam video misoginis Tate termasuk: Hyundai, Olay, Lavazza, Mazda, dan Google.
Sebuah iklan dari Lavazza, misalnya, muncul di antara video yang menampilkan Tate berkata: “Kamu tidak perlu mengemis rasa hormat… Kamu harus menundukkannya [perempuan]—kamu harus menjadi seseorang yang mereka patuhi…”
Iklan lainnya dari Hyundai juga bisa ditemukan dalam video yang mengutip Tate sedang bicara tentang ketidakberdayaan perempuan: “Aku tidak melihat perempuan punya kemampuan. Tidak berarti aku membenci mereka, aku cuma tidak melihat mereka becus secara emosional.”
Jangkauan Global dan Aksesibilitas bagi Anak-Anak
Temuan lain yang bikin miris adalah kemudahan akses konten Tate bagi audiens muda. Peneliti membuat akun YouTube uji coba untuk anak laki-laki berusia 13 tahun di beberapa negara. Hasilnya, seluruh 100 video dapat ditonton akun anak di Inggris dan Amerika Serikat. Selain itu, 98 dari 100 video dapat diakses di Irlandia dan Jerman.
Jangkauan konten ini diperluas oleh fitur YouTube sendiri. Studi menemukan 97 dari 100 video memiliki takarir (subtitles) secara otomatis ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Jerman, yang memungkinkan pesan misoginis Tate menyebar ke seluruh dunia.
Meskipun kanal resmi Andrew Tate telah dihapus, kehadirannya di platform dipertahankan melalui penampilannya sebagai tamu di program siniar lain dan, yang paling signifikan, melalui video yang dibuat dan diunggah oleh ‘akun penggemar’ (fan accounts).
CCDH mengidentifikasi 65 dari 100 video yang paling banyak ditonton justru dibuat oleh akun-akun penggemar ini. Mereka seringkali menggunakan nama seperti “Top G Mantra” atau “Infinite Wisdom”, mengedit klip wawancara Tate, menambahinya dengan musik latar dan gambar.
Banyak dari video ini diduga disebarkan oleh pelanggan kursus online milik Tate, “The Real World”. Dengan biaya langganan bulanan $49.99, pelanggan ditugaskan untuk mengedit dan membagikan video Tate untuk menjaga kehadirannya di media sosial meskipun telah dilarang.
Imran Ahmed, kepala eksekutif Center for Countering Digital Hate, memberikan kritik tajam. Menurutnya, YouTube tidak mengambil tindakan untuk mengatasi taktik yang dapat diprediksi ini sehingga pesan misoginis Tate tetap eksis.
“Setelah mengakui bahwa Andrew Tate secara konsisten melanggar aturan mereka sendiri, YouTube malah menciptakan sistem yang mengambil keuntungan dari persona berbahayanya sambil mendapat manfaat dari ilusi bahwa kontennya dilarang,” kata Ahmed.
Ahmed menyerukan tindakan regulasi: “Sudah waktunya bagi regulator Inggris dan Uni Eropa untuk turun tangan dan meminta pertanggungjawaban raksasa teknologi ketika mereka secara sadar mendapat untung dari penyebaran kebencian.”
YouTube, melalui The Guardian, menyatakan mereka telah mengambil tindakan signifikan. Mereka mengklaim telah menghapus ratusan ribu video Tate sejak larangan tersebut diberlakukan, dan telah menutup ribuan akun yang mencoba mengakali keputusan tersebut.
Seorang juru bicara YouTube mengatakan platformnya belum menerima semua video yang diidentifikasi oleh CCDH untuk diperiksa pelanggarannya, tetapi telah menghapus sebagian besar video yang dilaporkan.
“Seperti halnya semua pengguna yang telah dihentikan, tidak semua konten yang menampilkan Andrew Tate akan dihapus, termasuk misalnya, laporan berita yang menampilkan individu tersebut,” kata juru bicara tersebut.
“Semua konten di YouTube, termasuk konten yang membahas individu yang kanalnya telah dihapus dari platform kami, tunduk pada pedoman komunitas kami – kami tetap berkomitmen untuk menghapus materi apa pun yang melanggar kebijakan ini,” lanjutnya.
Beberapa video yang dikutip dalam laporan tersebut kini telah dihapus karena melanggar kebijakan YouTube, begitu pula akun pengunggahnya.
*Photo by Souvik Banerjee on Unsplash
Komentar Anda?