Catfishing menggambarkan pemalsuan identitas secara daring. Perilaku ini bertujuan untuk memikat seseorang ke dalam hubungan romantis. Kenali ciri-ciri catfishing dan cara menghadapinya agak tak terjebak dalam romansa penuh kepalsuan.
Catfish atau ikan lele bila diterjemahkan secara literal ke dalam bahasa Indonesia, bukan soal memancing ikan di kolam. Aksi ini biasanya muncul di kalangan orang dewasa yang menggunakan aplikasi kencan daring. Namun, isu tersebut meluas di kalangan orang dewasa dan remaja.
Pelaku catfishing biasanya menggunakan gambar dan informasi (lazim diambil dari akun media sosial orang lain) untuk membuat identitas baru secara daring – terkadang menggunakan seluruh identitas orang lain dan didaku sebagai miliknya.
Akun media sosial yang baru dibuat lalu digunakan untuk merusak reputasi pemilik identitas yang sebenarnya. Modus umum lainnya, identitas fiksi dengan gambar dan informasi curian dari orang lain digunakan untuk membangun hubungan palsu secara online.
Asal usul “catfishing“
Istilah “catfishing” dipopulerkan film dokumenter pada 2010 berjudul Catfish. Serial di MTV juga bertajuk Catfish kemudian mengadopsi nama dan jalan ceritanya. Kisahnya mengacu pada seseorang yang sengaja menipu lewat profil media sosial, dengan tujuan membuat hubungan romantis.
Film dokumenter Catfish (2010) menceritakan hubungan daring antara fotografer Yanev “Nev” Shulman dan seorang wanita muda bernama Megan, yang Nev temui lewat adik perempuan Megan bernama Abby. Nev terhubung dengan Abby, lalu keluarganya, melalui email, telepon, dan akhirnya Facebook.
Hubungannya dengan Megan pun tumbuh sampai ketidaklaziman terungkap. Ketika ditelisik, Megan mengelak, yang justru memicu lebih banyak pertanyaan dari Nev. Nev pun makin kecewa saat menemukan kenyataan yang jauh dari apa yang terlihat.
Nev mengunjungi rumah Megan, dan mengetahui bahwa “Megan” sebenarnya adalah ibu Abby. Dia mengarang seluruh kehidupan di Facebook menggunakan gambar dan informasi dari orang asing. Ibu Abby bahkan nekat membuat beberapa karakter fiktif lalu berinteraksi satu sama lain di Facebook, seolah mereka adalah pengguna yang nyata.
Dalam serial televisi versi MTV, Nev mendokumentasikan kisah orang-orang yang menjalin hubungan daring untuk waktu yang lama tanpa bertatap muka dengan pasangannya. Mereka menghubungi Nev karena bersiap untuk mengambil langkah serius berikutnya, atau karena ada sesuatu yang terasa aneh dan mereka menginginkan jawaban.
Mengapa “catfishing” ampuh
Catfishing berhasil karena tindakan mereka mencerminkan perilaku offline. Situs Cybersmile Foundation menguraikan, kenapa perilaku ini populer. Pelaku memilih untuk menipu orang lain dengan cara ini karena berbagai alasan, antara lain:
- Ketidakamanan – Seseorang memilih untuk memalsukan dirinya karena ketidakamanan pribadi mereka. Mereka menganggap diri mereka “jelek” atau “tidak cukup baik” dan merasa lebih nyaman menggunakan gambar atau identitas orang lain yang dianggap “cukup menarik” atau “lebih layak”.
- Penyakit mental – Seseorang yang menderita beberapa penyakit mental mungkin merasa terlalu cemas untuk mengungkapkan diri mereka yang sebenarnya. Seseorang yang menderita depresi mungkin memiliki harga diri yang sangat rendah dan merasa tidak “cukup baik”. Ada banyak kondisi berbeda yang dapat membuat orang merasa bahwa satu-satunya cara mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif atau dengan percaya diri adalah dengan berpura-pura menjadi orang lain.
- Sembunyikan identitasnya – Seseorang yang ingin menyembunyikan identitas saat menggunakan media sosial mungkin menggunakan gambar dan/atau informasi orang lain. Mereka mungkin ingin menyembunyikan siapa mereka untuk menjebak orang lain, berbicara dengan orang-orang di luar hubungan yang ada atau dalam beberapa kasus, mereka mungkin menipu dengan maksud mencoba memeras uang dari orang yang mereka targetkan.
- Balas dendam – Beberapa orang menggunakan catfishing sebagai alat membalas dendam pada pasangan sebelumnya atau orang yang mereka anggap “pantas”. Mereka yang ingin membalas dendam seringkali membuat akun media sosial–menggunakan gambar dan informasi korban untuk mempermalukan mereka atau merusak reputasi mereka. Mereka juga menggunakan identitas palsu untuk memancing korban ke dalam hubungan palsu, untuk menyakiti mereka secara emosional.
- Pelecehan – Beberapa orang membuat “akun lele” ini untuk memaksimalkan dampak emosional saat melecehkan seseorang secara daring. Mereka mungkin membuat beberapa akun media sosial karena korban atau target pelecehan telah memblokir akun awal mereka. Atau, mereka ingin menciptakan kesan bahwa makin banyak orang yang berpartisipasi dalam pelecehan–dalam upaya membanjiri korban dengan serangan.
- Menjelajahi preferensi seksual – Ketika seseorang bingung atau penasaran dengan identitas seksualitas dirinya, mungkin saja mereka membuat profil palsu sehingga dapat menjelajahi keingintahuan mereka tanpa harus mengungkapkan identitas aslinya.
- Kurangnya kepercayaan diri. Alasan ini paling umum ditemukan pada pelaku catfishing. Jika orang tidak senang dengan diri mereka sendiri, mereka merasa bahwa dengan menjadi seseorang yang lebih menarik, mereka sepenuhnya dapat mengekspresikan diri mereka secara bebas, tanpa rasa tidak aman yang selama ini menahan mereka.
Tanda-tanda pelaku catfishing
Menurut situs keamanan internet Fortinet, ada tujuh kemungkinan yang mengindikasikan catfishing sedang berlangsung. Mungkin sulit untuk mengetahui kapan Anda sedang menghadapinya, terutama jika profil “lele penipu” itu detail dan menyeluruh.
Ingatlah pepatah, “Di internet, tidak ada yang tahu Anda adalah seekor anjing”. Pepatah dan meme internet tentang anonimitas ini bermula dari kartun karya Peter Steiner di The New Yorker pada 1993. Kartun ini melambangkan penyangkalan kehadiran seseorang di internet dari prasangka populer.
Kartun tersebut menyampaikan pemahaman tentang privasi internet yang menyiratkan kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan — atau untuk membuat dan memelihara situs web — di balik topeng anonimitas.
Di sisi lain, anonimitas ini bisa disalahgunakan, seperti modus pelaku catfishing yang memalsukan identitasnya demi menjalin hubungan palsu dengan orang lain. Jika melihat salah satu dari tujuh tanda berikut, Anda mungkin saja sedang terpancing dalam catfishing.
1. Pelaku catfishing tak punya banyak teman
Pelaku catfishing sering tidak memiliki banyak teman atau pengikut di akun mereka. Akunnya dibuat memang untuk menarget orang tertentu. Selain menggunakan akun untuk tujuan jahat tersebut, biasanya mereka juga masih menggunakan akun media sosial yang “asli” untuk berinteraksi secara lebih lazim. Karenanya, mereka mungkin tidak punya cukup waktu untuk mengaktifkan akun catfishing sehingga mendapat teman atau pengikut.
Seringkali, untuk mendapatkan koneksi di media sosial, pengguna harus memasarkan sendiri, menjangkau orang lain, melihat postingan, dan menyukai konten daring atau mengikuti akun lain. Ini bisa memakan waktu yang cukup lama, dan seorang “lele penipu” mungkin tidak sempat menginvestasikan waktu dan energi untuk menghasilkan pengikut yang cukup agar akun terlihat “nyata”.
Alasan lainnya adalah untuk mengurangi kemungkinan tertangkap. Semakin banyak teman atau pengikut yang dimiliki penipu, semakin banyak pertanyaan yang mungkin diajukan mengenai identitas, profesi, atau lokasi mereka. Setiap penelusuran dapat menyebabkan kesalahan, sehingga membatasi jumlah kontak membantu mengurangi risiko si penipu.
Risiko ketahuan juga meningkat ketika pelaku memiliki lebih banyak teman karena menerima saran algoritme situs media sosial. Misalnya, jika Facebook merekomendasikan seseorang sebagai teman, itu mungkin karena mereka tinggal di daerah Anda atau bersekolah di sekolah yang sama. Jika seorang penipu hanya mengubah penampilan atau beberapa elemen dasar identitas mereka, seseorang yang mengetahui cara kerja algoritme secara umum dapat mengetahui bahwa para panipu ini tidak seperti yang mereka katakan. Oleh karena itu, semakin sedikit teman yang dimiliki lele, semakin kecil kemungkinan mereka ditemukan.
2. Mereka tidak pernah mau menelepon / panggilan video
Jika seseorang menolak untuk melakukan obrolan video atau melakukan panggilan telepon, mereka mungkin berusaha mencegah Anda melihat penampilan mereka yang sebenarnya atau mendengar seperti apa suara mereka sebenarnya. Dalam kebanyakan kasus, pelaku catfishing akan mencari alasan mengapa mereka tidak dapat berbicara atau melakukan obrolan video.
Misalnya, setiap kali Anda menyetujui waktu untuk terhubung, mereka mengklaim jadwal mereka penuh. Mereka mungkin juga berpura-pura malu dengan penampilannya karena penyakit serius, seperti kanker. Alasan lainnya, sedang bepergian atau di tengah-tengah mengunjungi keluarga. Terlepas dari alasan yang diberikan, penolakan berulang terhadap pertemuan visual atau aural dapat mengindikasikan bahwa Anda sedang ditipu.
Meskipun, dalam kondisi tertentu panggilan visual/video terlalu mewah bagi mereka yang koneksinya terbatas. Maka alasan untuk tidak menerima panggilan video bisa saja diterima, atau masuk akal, karena kenyataannya koneksi di berbagai daerah tidak sama bagusnya. Atau, alasan lain yang dapat diterima adalah isu privasi yang menyarankan Anda berhati-hati dengan siapa melakukan panggilan video.
3. Gambar profil mereka tetap sama
Karena pelaku catfishing mengoleksi begitu banyak gambar profil palsu dari orang yang penampilannya mereka curi, mereka mungkin menyimpan gambar profil yang sama selama bertahun-tahun. Jika Anda memperhatikan bahwa orang tersebut, misalnya, berusia 45 tahun, tetapi gambar profilnya lebih mirip seseorang berusia 35, mereka mungkin memalsukan identitasnya.
Seorang pelaku mungkin mengambil beberapa gambar orang yang sama secara daring dan kemudian meluncurkannya satu per satu seiring berjalannya waktu. Namun, foto-foto yang mereka ambil mungkin semuanya diambil pada saat yang bersamaan, membuat mereka tampak seolah-olah tidak menua seiring berjalannya waktu.
Tapi lagi-lagi ingat, tidak semua orang yang menggunakan avatar yang sama selama bertahun-tahun berarti ia pelaku catfishing. Bisa saja ia terlalu malas untuk menggantinya, atau memang tidak ingin mengekspos kehidupan pribadinya di dunia maya. Isu privasi bisa jadi alasan mengapa mereka memilih untuk tidak memperbarui foto profil di akun media sosial.
4. Mereka menghindari bertemu
Pertemuan tatap muka adalah mimpi buruk bagi “pemancing lele”. Cara ini jelas akan dihindari untuk menjaga identitas palsu mereka. Penipu yang tinggal dekat dengan Anda akan lebih mudah dikenali jika menolak bertemu, terlepas dari seberapa umum lokasi yang dituju.
Jika penipu ini tinggal lebih jauh, mudah bagi mereka untuk berulang kali menggunakannya sebagai alasan. Dalam hal ini, jika Anda curiga, coba minta panggilan video. Jika mereka tidak terbuka untuk itu, kemungkinan besar Anda sedang berhadapan dengan pelaku catfishing.
Lagi-lagi, jangan langsung menghakimi bahwa mereka yang enggan bertemu adalah pelaku aksi tak terpuji seperti catfishing. Bisa saja karena alasan lain yang lebih masuk akal, dan Anda mungkin harus lebih bijak dalam menghadapinya.
5. Kisah mereka tidak bertambah
Menggunakan identitas lain/palsu membutuhkan serangkaian kebohongan yang dieksekusi dengan sempurna. Seorang penipu yang ceroboh akan mudah tergelincir. Misalnya, jika seseorang mengaku tinggal di satu wilayah negara lain tetapi tiba-tiba berada di wilayah Anda, mereka mungkin mencoba untuk meningkatkan hubungannya dengan Anda melalui “kedekatan”.
Penyesuaian mendadak seperti ini mudah dikenali dan perlu diwaspadai. Dalam kasus lain, pelaku catfishing mungkin mengklaim telah menghadiri sekolah menengah atau universitas tertentu, tetapi hanya tahu sedikit tentang lokasi atau institusi itu sendiri.
6. Mereka meminta uang kepada Anda
Jika tersangka pelaku catfishing tiba-tiba meminta uang atau hadiah, Anda harus makin waspada. Bahkan jika Anda telah menjalin hubungan emosional atau bisnis dengan orang tersebut, yang terbaik adalah menolak permintaan mereka. Secara umum, Anda tidak boleh mengirim uang kepada seseorang yang identitasnya tidak dapat Anda konfirmasi.
7. Mereka bersikap berlebihan
Jika Anda berhubungan dengan seseorang yang belum pernah Anda temui dan mereka membuat klaim komitmen yang berlebihan, seperti mereka mencintai Anda atau ingin terlibat dalam bisnis bersama, mereka mungkin sedang memancing Anda.
Dia kemungkinan merasa tindakan besar dapat memenangkan kepercayaan Anda. Karena itu, Anda harus lebih waspada. Jika ada hal-hal yang bersifat sangat pribadi seperti hubungan asmara (atau dalam hal bisnis), Anda harus yakin benar berhadapan dengan siapa. Konfirmasi ke pihak-pihak ketiga untuk meyakinkan identitas mereka.
*Gambar dari poster film Catfish (2010) di IMDB