Bluesky: Revolusi atau Sekadar Spekulasi? – Melék Media


Beranda  »  Artikel » Media Baru   »   Bluesky: Revolusi atau Sekadar Spekulasi?

Bluesky: Revolusi atau Sekadar Spekulasi?

Oleh: Melekmedia -- 22 Mei, 2025 
Tentang: , ,  –  Komentar Anda?

yohan marion Bluesky unsplash

Di tengah gemuruh media sosial yang kian terpusat dan dikuasai segelintir adikuasa teknologi, muncul sebuah nama dengan klaim akan mengubah segalanya: Bluesky. Platform yang awalnya digadang sebagai “alternatif Twitter”, kini memposisikan diri sebagai ujung tombak revolusi digital.

Didukung oleh fondasi inovatif bernama AT Protocol, dengan lebih dari 33 juta pengguna pada Maret 2025, Bluesky menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, apakah Bluesky punya daya dobrak terhadap tatanan media sosial yang sudah mapan, ataukah spekulasi belaka?

Bluesky berawal sebagai inisiatif internal Twitter pada 2019, dengan niat mengembangkan standar terbuka dan terdesentralisasi untuk media sosial. Ide ini dipelopori Jack Dorsey, salah satu pendiri dan mantan CEO Twitter. Motivasi utamanya adalah kekhawatiran Dorsey terhadap sentralisasi kekuasaan di platform media sosial. Ada masalah sensor, kurangnya kontrol pengguna atas data mereka, dan dominasi algoritma yang remang.

Pada 2021, Bluesky secara resmi memisahkan diri dari Twitter dan menjadi perusahaan independen, Bluesky Social PBC (Public Benefit Corporation). Misinya membangun dan mempromosikan AT Protocol sebagai fondasi untuk “jejaring sosial terbuka”.

Langkah ini menegaskan komitmen mereka untuk mengembangkan protokol yang dapat digunakan oleh siapa saja, bukan hanya untuk aplikasi mereka sendiri, sekaligus menjauhkan diri dari potensi konflik kepentingan dengan platform asalnya.

Mengembalikan Kendali ke Tangan Pengguna

Klaim utama Bluesky berakar pada falsafah desentralisasi. Berbeda dengan Facebook, Instagram, atau X yang menyimpan seluruh data pengguna di server terpusat, Bluesky melalui AT Protocol (Authenticated Transfer Protocol) menawarkan pendekatan radikal: data pengguna disimpan di Personal Data Servers (PDS) individu. Ini bukan sekadar isu teknis, melainkan fondasi bagi serangkaian janji revolusioner.

Bluesky menjanjikan kepemilikan data dan portabilitas sejati. Bayangkan Anda bisa “memindahkan” seluruh akun media sosial Anda—termasuk postingan, pengikut, dan daftar yang Anda ikuti—dari satu penyedia layanan ke penyedia lain tanpa kehilangan apa pun.

Dengan PDS, Bluesky mengklaim pengguna (secara teoritis) memiliki kendali penuh atas data mereka, memutus pasungan “penguncian vendor” yang selama ini menjadi ciri khas platform terpusat. Ini adalah tamparan keras bagi model bisnis yang menganggap data pengguna sebagai komoditas.

Platform ini juga menawarkan pilihan algoritma yang transparan. Kesal dengan pengaturan terhadap apa yang Anda lihat, seringkali tanpa transparansi, dan kadang manipulatif? Bluesky menawarkan solusi.

Mereka memungkinkan pengguna memilih feed atau generator algoritma sendiri, bahkan memanfaatkan algoritma buatan pihak ketiga. Ini membuka gerbang bagi sensasi personal dan komunitas yang lebih terarah, jauh dari echo chamber atau filter bubble yang sering dikeluhkan.

Janji lainnya, Bluesky berupaya menciptakan ekosistem terbuka dan interoperabilitas. Platform ini tidak hanya ingin menjadi satu aplikasi, melainkan sebuah ekosistem yang luas. AT Protocol dirancang untuk mendukung berbagai jenis aplikasi sosial—mulai dari microblogging hingga berbagi foto (Flashes) atau video pendek (Spark).

Semua aplikasi ini dapat interoperasi, berbagi identitas dan grafik sosial yang sama, menjelmakan cita-cita “jejaring sosial terbuka” saat pengguna tak lagi terjebak dalam “taman bertembok”. Grafik sosial, merujuk pada jejaring antar pengguna (siapa yang diikuti dan siapa yang mengikuti), inti dari sensasi yang ditawarkan dalam berjejaring sosial.

Terakhir, Bluesky berjanji menguatkan ekonomi kreatif. Panggung ini menjanjikan model monetisasi yang instan, seperti pembayaran berbasis token, NFT, atau langganan, mengurangi ketergantungan pada iklan atau metode lain dalam kendali pengelola platform. Dengan portabilitas audiens, kreator dapat membangun hubungan sosial yang lebih kuat dan awet, terlepas dari panggung mana yang digunakan.

Realitas di Balik Janji: Jalan Berliku Menuju Revolusi

Meskipun ikrar Bluesky terdengar sangat menjanjikan, jalan menuju revolusi tidaklah mulus dan penuh tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah hambatan adopsi pengguna. Raksasa media sosial saat ini memiliki miliaran pengguna dan jaringan yang masif. Mengubah kebiasaan dan lingkaran sosial dari platform yang mapan bukanlah pekerjaan ringan.

Pada Desember 2024, kunjungan situs web Bluesky memang mencapai 154,68 juta, peningkatan 93% sejak Oktober 2024. Pertumbuhan ini sebagian didorong oleh masalah di platform lain, seperti penurunan 5,14% pengguna X pada 2024 dan larangan X sementara di Brasil yang menyebabkan Bluesky panen 2,6 juta pengguna baru dalam seminggu.

Meskipun Bluesky mencapai 27,44 juta pengguna terdaftar pada Januari 2025 dan melonjak jadi 33 juta pengguna pada Maret 2025, peluang konten viral di Bluesky lebih kecil—menunjukkan engagement yang terprediksi. Bahkan dengan pertumbuhan 174,4% sejak akhir 2024 dan pertumbuhan 930% secara year-over-year.

Tantangan lainnya adalah kendala teknis bagi pengguna awam. Konsep PDS, algorithmic choice, dan interoperabilitas antar-aplikasi mungkin hanya menarik bagi pengguna yang melek teknologi. Meskipun Bluesky berupaya menyederhanakan pengalaman pengguna, lapisan desentralisasi di bawahnya bisa menjadi penghalang yang perlu diatasi untuk adopsi massal.

Selain itu, tantangan moderasi konten pun menjadi sorotan. Desentralisasi diklaim mengurangi risiko sensor terpusat. Di sisi lain, menyulitkan dalam memerangi misinformasi, tutur benci, dan konten berbahaya lainnya. Sulit mencari penanggung jawab dan penegak aturan di seluruh PDS dan aplikasi yang berbeda. Bluesky konon sedang mencarikan solusinya.

Skalabilitas dan kinerja juga ujian hakiki. Sistem terdesentralisasi yang dapat menangani jutaan pengguna secara real-time tanpa mengorbankan kinerja adalah rintangan teknis yang luar biasa. Meskipun AT Protocol dirancang untuk skalabilitas, mempertahankan pengalaman pengguna yang mulus saat pertumbuhan melonjak akan menjadi pembuktian.

Bluesky saat ini (2025) memiliki sekitar 3,5 juta pengguna aktif harian di AS dan Inggris, dan rata-rata durasi kunjungan 10 menit 35 detik. Bayangkan X dengan 240–300 juta pengguna aktif harian. Median engagement per postingan di Bluesky (3 engagements) lebih rendah dibandingkan X (4), bahkan kalah dari Threads (5) yang jauh lebih “muda”.

Terakhir, persaingan dan inovasi dari platform “tradisional”. Mereka memiliki sumber daya sangat besar untuk berinovasi dan mungkin akan mengadopsi fitur desentralisasi ala Bluesky—bahkan meningkatkan privasi untuk mempertahankan pengguna. Terus berinovasi, atau mati.

Revolusi atau Spekulasi?

Jadi, apakah Bluesky benar-benar akan merevolusi media sosial? Bluesky, dengan AT Protocol-nya, jelas bukan sekadar “alternatif” biasa. Ia adalah eksperimen yang berani dan signifikan dalam mendesain ulang fondasi media sosial.

Klaimnya tentang kepemilikan data, portabilitas akun, dan pilihan algoritma adalah perubahan paradigma yang fundamental, berpotensi mengembalikan kendali ke tangan individu.

Meski begitu, media sosial adalah tentang efek jaringan. Kekuatan panggung tradisional terletak pada jumlah penggunanya yang masif dan kemudahan interaksi. Bluesky harus membuktikan bahwa ia dapat mengatasi tantangan adopsi, menyederhanakan kompleksitas teknis, dan membangun mekanisme moderasi yang efektif dalam lingkungan terdesentralisasi. Bukan sekadar spekulasi melawan korporasi.

Alih-alih revolusi instan, Bluesky adalah katalisator untuk evolusi yang lebih besar. Ia menunjukkan apa yang mungkin terjadi ketika kita memikirkan ulang arsitektur media sosial dari nol. Keberhasilannya akan bergantung pada kemampuannya menarik dan mempertahankan pengguna secara masif, bukan hanya para early adopter yang melek teknologi.

Jika berhasil, Bluesky dapat menjadi batu penjuru bagi masa depan media sosial yang lebih terbuka, adil, dan berpusat pada pengguna. Jika tidak, ia tetap akan menjadi eksperimen penting yang membuka jalan bagi inovasi berikutnya dalam penjelajahan kita pada ruang digital yang lebih baik.

Photo by Yohan Marion on Unsplash

Artikel lain sekategori:

Komentar Anda?



Exit mobile version