CEK FAKTA: Ma’ruf Amin Dukung 3 Periode? – Melék Media


Beranda  »  Artikel » Pantau Media   »   CEK FAKTA: Ma’ruf Amin Dukung 3 Periode?

CEK FAKTA: Ma’ruf Amin Dukung 3 Periode?

Oleh: Melekmedia -- 23 Maret, 2022 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada CEK FAKTA: Ma’ruf Amin Dukung 3 Periode?

Maruf Amin 3 periode hoaks

Tangkapan layar berita Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang dikesankan mendukung masa jabatan presiden 3 periode adalah hoaks belaka. Pelakunya bukan sekali-dua mengacaukan informasi.

Potongan tangkapan layar berita Merdeka.com yang judulnya berbunyi “Ma’ruf Amin: Ekonomi meroket jika Presiden Jokowi 3 periode” beredar di Facebook, telah dikirim sejak 20 Maret 2022.

Kiriman di akun bernama Sultan Sultan itu, hingga artikel ini ditulis masih bisa diakses. Sebanyak 600 lebih respons ia terima, dikomentari 188 kali, dan disebar ulang 14 kali.

Facebook telah menandai dan membuat pemberitahuan bahwa konten tersebut dinyatakan sebagai “Foto editan” oleh pemeriksa fakta independen. Facebook merujuk artikel cek fakta Liputan6.com, yang terbit dua hari setelah konten editan yang menyesatkan tersebut beredar.

Artikel itu juga merujuk klarifikasi Merdeka.com pada 21 Maret 2022 yang membantah menerbitkan berita dimaksud. “Redaksi Merdeka.com telah melakukan pengecekan di sistem. Dipastikan redaksi tidak pernah membuat atau menayangkan berita sebagaimana seperti tangkapan layar yang beredar,” demikian isi klarifikasi Merdeka.com.

Potongan tangkapan layar dikirim tanpa disertai tautan asli berita, hanya memuat gambar Ma’ruf Amin dan istri. Menurut Merdeka.com, sumber yang dimanipulasi berasal dari berita pada Pilpres 2019 silam, berjudul “Ma’ruf Amin Akui Agak Berat Menang di Sumut, Target Raih 60 Persen Suara“.

Terkait dengan isu masa jabatan Presiden, belum ditemukan komentar terbaru dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Pada 2019, saat isu ini mulai merebak, ia pernah menyebut usulan masa jabatan presiden tiga periode pada amendemen UUD 1945 mengundang polemik.

“Saya kira berlebihanlah menurut saya. Itu mengundang polemik baru dan justru dulu dibatasi itu kan supaya tidak kebablasan,” kata Ma’ruf yang dilansir Tempo.co (4/12/2019).

Dalam pemberitaan lain, Kiai Ma’ruf menilai rencana amandemen UUD 1945 mestinya fokus pada wacana awal, yaitu melakukan amandemen terbatas pada pembahasan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

“Nanti kalau tambah ini lagi, plus ini, tambah ini lagi, bisa di pemilihan umum itu langsung tidak langsung. Saya sepakat pembahasannya terbatas saja,” kata Kiai Ma’ruf seperti dilansir CNBC Indonesia (6/12/2019).

Tangkapan layar kiriman di Facebook berisi hoaks tentang Ma’ruf Amin dukung masa jabatan presiden 3 periode.

Bukan konten pertama dari pelaku

First Draft menggunakan istilah misinformasi, disinformasi, serta malinformasi untuk menjelaskan hoaks atau kekacauan informasi. Misinformasi adalah informasi salah yang disebarkan oleh orang yang mempercayainya sebagai hal yang benar. Terkadang disebarkan tanpa maksud jahat, semata-mata karena “tidak tahu” bahwa informasi yang disebarkannya salah.

Disinformasi adalah informasi salah yang disebarkan meski si penyebar tahu bahwa informasi tersebut salah. Kebohongan yang disengaja ini berkenaan dengan orang-orang yang jadi target oleh aktor jahat. Artinya, si penyebar memang dengan sengaja menyebarkannya meski ia tahu informasi tersebut palsu, dengan tujuan merusak reputasi targetnya.

Adapun Malinformasi adalah informasi yang berdasarkan realitas, tapi digunakan untuk merugikan orang, organisasi, atau negara lain. Mal-informasi memuat informasi yang benar–dan/atau sepenggal kebenaran–tetapi dibuat dan dibagikan oleh “agen” dengan niat merugikan.

Bila menelisik perilaku akun pengirim konten menyesatkan ini, tampaknya sudah terbiasa mengacaukan informasi dengan tangkapan layar berita daring. Akun Sultan Sultan tersebut, membuat banyak sekali kiriman dari hasil tangkapan layar.

Sebagian di antaranya tangkapan layar dari berita asli, tetapi sebagian telah dimanipulasi. Meskipun tangkapan layar dari berita asli, konteksnya dipelintir lewat narasi yang mengiringi kiriman tersebut.

Beragam modus tersebut dijelaskan dalam tujuh kategori kekacauan informasi versi First Draft, salah satunya disebut Konten Manipulatif. Modus lainnya, disebut konten dengan narasi Salah Konteks.

Konten Manipulatif biasanya berupa konten asli yang dimanipulasi, sehingga menghasilkan pesan baru yang melenceng dari aslinya. Adapun narasi Salah Konteks, biasanya memanfaatkan konten atau berita asli tetapi konteksnya dipelintir sesuai dengan yang diinginkan si pengacau informasi.

Koleksi kiriman akun Sultan Sultan di Facebook yang berasal dari tangkapan layar, asli maupun hasil manipulasi.

Modus manipulatif lainnya dapat ditemukan terkait isu jabatan presiden 3 periode dan Wapres Ma’ruf Amin. Misalnya kiriman tangkapan layar berjudul “Ma’ruf amin: Kalau Jokowi terpilih lagi 3 periode ibu-ibu cukup bayar pakai kartu.” Konten tersebut lagi-lagi hasil memanipulasi berita asli.

Berdasarkan penelusuran, judul berita yang mirip terkait Pilpres 2019. Saat itu, diberitakan Liputan6.com (28/2/2019), Ma’ruf Amin tengah memamerkan program tiga kartu sakti produk Presiden Joko Widodo di hadapan kiai, santri dan ibu-ibu muslimat Pangandaran, Jawa Barat. Artikel itu berjudul: “Ma’ruf Amin: Kalau Jokowi Terpilih, Ibu-Ibu Bayar Tinggal Pakai Kartu”.

Adapun konten manipulatif barusan dibuat per 22 Maret 2022, atau hanya berselang dua hari setelah konten menyesatkan yang pertama dikirim terkait Ma’ruf Amin. Pelaku lagi-lagi membuat narasi seolah Ma’ruf Amin membuat pernyataan dalam tangkapan layar yang ia pasang.

Konten manipulatif lain tentang Ma’ruf Amin dan masa jabatan presiden 3 periode

Modus Salah Konteks bisa ditemukan saat si pelaku menggunakan tangkapan layar dari berita asli. Misalnya dalam kiriman soal fatwa MUI, ia memajang tangkapan layar berita Detikcom yang berjudul “Ma’ruf Dorong MUI Terbitkan Fatwa, Kali ini Mudik Haram Cegah Corona“.

Tangkapan layar itu sesuai dengan berita aslinya yang dirilis pada 2020. Namun, konteksnya tak sesuai isi. Berita itu memotret situasi awal masa pandemi, saat Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan upaya mencegah penularan virus COVID-19 lewat fatwa haram mudik saat pandemi.

Pernyataan itu disampaikan Ma’ruf lewat video conference dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang disiarkan akun YouTube Sekretariat Wakil Presiden, Jumat (3/4/2020). Pada kesempatan itulah Ma’ruf bilang, “Kalau kita juga sudah dorong MUI untuk menyatakan bahwa pada saat sekarang ini mudik itu haram hukumnya itu,” demikian dikutip dari laporan Detikcom.

Dalam narasi kiriman di akun Facebook, si pelaku menulis “Ngomong doang, Gak Kerja. !! Mending tidur yai sama apem muda. Lima tahun nggak ngapa-ngapain. Diam yai tukang sunat sebentar lagi datang.” Si pengirim ini hanya memaki-maki Ma’ruf Amin, tanpa menjelaskan apa yang dia maksud.

Konten tangkapan layar berita asli yang dipasang dengan konteks yang menyesatkan oleh akun Facebook Sultan Sultan.

Kerangka kerja pencemaran informasi

Apakah konten menyesatkan ini dibuat untuk “memuluskan” narasi perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode? Tampaknya tidak. Sentimen negatif yang begitu kuat dari pengirim konten dan “pendukungnya” lewat komentar, menunjukkan sikap kontra terhadap narasi tersebut.

Bila melihat kronologi penyebaran konten, akun Facebook Sultan Sultan ini penyebar pertama konten tersebut. Tidak jelas apakah ia yang membuatnya, atau ia hanya mendistribusikannya. Tetapi indikasi dari berbagai konten yang telah dikirim sebelumnya, ia penyebar pertama konten tersebut.

Dari pola interaksi, tampaknya ia dikendalikan oleh seseorang, atau bisa juga lebih dari satu orang. Akun inipun bukan kategori “bot” yang hanya menerima pesanan konten lalu mengirimnya—sehingga bisa ditemukan konten yang sama secara masif di berbagai media atau jejaring sosial.

Akun ini tak hanya mengacaukan informasi lewat aksi manipulasi atau memelintir konteks berita, tetapi juga aktif menyebarkan kebencian terhadap sejumlah tokoh. Wakil Presiden Ma’ruf Amin sudah beberapa kali muncul di linimasanya, begitu juga Presiden Joko Widodo.

Dengan daftar “teman” yang mencapai sekitar 5 ribu akun, kirimannya mendapat eksposur yang lumayan besar. Dari setiap kiriman, bisa ditemukan puluhan hingga ratusan komentar, yang sebagian besar mendukung narasi yang ia sampaikan.

Meski ia menggunakan avatar Presiden Soeharto, tidak bisa dikonfirmasi apakah ia memang pendukung Orde Baru yang memiliki motif untuk menyerang rezim saat ini. Berdasarkan konten terkait Orde Baru atau Soeharto di akunnya, semuanya bersentimen positif, menunjukkan seolah ia adalah pendukung rezim yang ditumbangkan oleh Reformasi 1998 tersebut.

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.



Exit mobile version