Twitter Kian Toksik di Tangan Elon Musk – Melék Media


Beranda  »  Artikel » Pantau Media   »   Twitter Kian Toksik di Tangan Elon Musk

Twitter Kian Toksik di Tangan Elon Musk

Oleh: Melekmedia -- 1 April, 2023 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Twitter Kian Toksik di Tangan Elon Musk

twitter ujaran kebencian ccdh

Lembaga nirlaba Center for Countering Digital Hate (CCDH) melaporkan bahwa selama Twitter dalam kekuasaan Elon Musk, tweet yang mendorong narasi anti-LGBTQ+ melonjak 119 persen.

Peneliti kebencian dan misinformasi di ranah daring itu juga menemukan ada lima akun yang menyebarkan kebohongan tersebut—salah satunya pernah dinonaktifkan tapi mendapat pengampunan Elon Musk. Mereka menghasilkan hingga $6,4 juta per tahun dengan menunggangi iklan Twitter.

Analisis yang dilakukan CCDH ini mencakup diskusi seputar narasi groomer, yang mencakup kicauan yang membela komunitas LGBTQ+, serta cuitan yang mempromosikan kata-kata kasar.

Komunitas LGBTQ+ makin rentan menjadi target dalam beberapa bulan terakhir melalui media sosial, berita, dan dalam legislasi yang diusulkan lantaran adanya narasi grooming pada anak-anak.

CCDH mengidentifikasi lebih dari 1,7 juta tweet dan retweet sejak awal 2022 yang menyebut komunitas LGBTQ+ melalui kata kunci seperti LGBT, gay, homoseksual, atau trans, bersamaan dengan kata-kata kasar termasuk groomer, predator, dan pedofil.

Sebelum Musk mengambil alih pada tahun yang sama, kicauan semacam itu rata-rata kurang dari tiga ribu per hari—kini melonjak 119 persen dalam empat bulan setelah pengambilalihan Musk pada Oktober 2022.

Twitter menjadi pemain kunci dalam menyebarkan sentimen berbahaya ini. Twitter kian toksik sejak dipegang Musk.

Pada 19 November 2022, penembakan di sebuah klub malam LGBTQ+ di Colorado Springs menyebabkan lima orang tewas. Setelah insiden tersebut, sejumlah cuitan viral muncul yang mencemarkan nama baik komunitas LGBTQ+ sebagai pelaku grooming.

Pada 10 Desember 2022, Elon Musk menyerang mantan karyawan Twitter, Yoel Roth, dengan menginsinuasi bahwa ia memfasilitasi pelecehan anak. Roth yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kepercayaan dan Keselamatan di Twitter dan seorang gay, menjadi sasaran serangan daring yang menyebutnya sebagai “pelaku grooming“.

Pada 27 Desember 2022, Chaya Raichik yang mengelola akun Libs of TikTok, diwawancarai di saluran televisi Fox News oleh Tucker Carlson. Dalam wawancara selama satu jam tersebut, Raichik menjelek-jelekkan anggota komunitas LGBTQ+ sebagai “jahat” dan menuduh mereka melakukan grooming. Wawancara tersebut banyak diangkat di Twitter.

Pada 16 Januari 2023, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengambil langkah untuk menghalangi legislasi pengakuan gender di Skotlandia yang dirancang untuk memudahkan orang transgender dalam mengidentifikasi diri. Tujuannya adalah agar tidak menimbulkan kontroversi.

Pada 17 Januari 2023, muncul berita tentang pasangan gay yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap anak adopsi mereka. Meskipun hanya satu kasus yang terisolasi, berita tersebut digunakan beberapa pihak sebagai bukti bahwa LGBTQ+ memang melakukan grooming.

Retorika kebencian ini terbukti memberi keuntungan Twitter sebesar $6,4 juta. Kegiatan anti-LGBTQ+ dari hanya lima akun Twitter: Libs of TikTok, Gays Against Groomers, Chris Rufo, Tim Pool, dan James Lindsay—menghasilkan jutaan pendapatan iklan.

Untuk menemukan angka tersebut, CCDH menganalisis informasi yang tersedia secara publik tentang impresi tweet, hasil simulasi untuk menemukan frekuensi iklan di Twitter, dan informasi industri tentang biaya iklan Twitter.

Peneliti CCDH sebelumnya pernah menemukan bahwa Twitter menghasilkan hingga $19 juta per tahun dari monetisasi sepuluh akun yang berkicau penuh kebencian—meski pernah ditendang dari Twitter tapi dipulihkan oleh Musk.

Sepuluh akun itu sengaja dipilih peneliti untuk menyoroti berbagai jenis konten toksik yang didukung oleh pengiklan Twitter saat ini. Di antaranya adalah akun Andrew Tate, influencer dan mantan petinju kickboxing yang dikenal karena memposting video misoginis ekstrem.

Dia mengatakan bahwa korban pemerkosaan “bertanggung jawab sebagian” atas pemerkosaan yang dialaminya dan bahwa ia akan mengancam wanita yang menuduhnya selingkuh dengan sebilah golok.

“Ini bukan kecelakaan. Elon Musk memasang ‘Sinyal Kelelawar’ untuk homofob, transfob, rasialis, dan semua jenis pelaku disinformasi, mendorong mereka untuk berduyun-duyun ke Twitter,” kata chief executive CCDH Imran Ahmed.

Bukan hanya kepemilikan Musk terhadap Twitter yang berbarengan dengan ledakan narasi “pencabulan” penuh kebencian. Twitter juga memonetisasi kebencian dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dari lima akun yang disebutkan, Liga Anti-Difamasi menempatkan Libs of TikTok, Gays Against Groomers, dan Rufo pada daftar Top Online Amplifiers of Anti-LGBTQ+ Extremism.

Lindsay, seorang pendukung teori konspirasi, sempat dilarang secara permanen dari Twitter sebelum Musk memulihkan akunnya. Sementara Pool, seorang pemengaruh sayap kanan, dikutuk oleh Media Matters karena menyebar kebencian anti-trans dan propaganda setelah penembakan klub malam di Colorado Springs.

Data yang tersedia untuk umum menunjukkan bahwa kicauan lima akun ini telah mengumpulkan hampir 1,4 miliar tayangan sejak statistik tersebut tersedia untuk umum.

Twitter menampilkan iklan dari merek-merek populer seperti Fortune Magazine, Kindle, Disney dan NBA, serta T-Mobile di atas atau di bawah akun dalam daftar barusan. Laporan CCDH menunjukkan bukti iklan-iklan tersebut, dengan menyoroti iklan-iklan yang muncul di dekat kicauan yang mempromosikan narasi grooming yang penuh kebencian.

Iklan-iklan tersebut diambil melalui akun-akun peneliti CCDH yang disiapkan untuk mensimulasikan pengalaman pengguna yang mengikuti akun-akun tersebut. Iklan-iklan tersebut muncul di feed “For You”, linimasa “Following”, atau di hasil pencarian.

Hasil penelusuran ini memperlihatkan bahwa Twitter kian toksik dengan menampilkan iklan di dekat akun-akun yang telah diselidiki, meskipun akun-akun berbahaya itu mempromosikan pandangan penuh kebencian.

Misalnya, kicauan akun iklan untuk Kindle muncul di sebelah tweet dari akun Libs of TikTok yang mengklaim “bangga” menduduki posisi pertama dalam daftar akun ADL sebagai penyebar narasi palsu tentang komunitas LGBTQ+.

Contoh lainnya, sebuah iklan untuk Disney+ muncul di samping tweet dari akun Gays Against Groomers yang menyatakan bahwa anak-anak perlu dilindungi “dari pelecehan anak oleh pelaku grooming”.

“Platform media sosial memiliki tanggung jawab terhadap pengguna untuk menciptakan ruang pertukaran ide yang meski berlawanan tidak mengakibatkan kerusakan fisik atau diskriminasi,” kata Jay Brown, Wakil Presiden Senior Program, Penelitian, dan Pelatihan Human Rights Campaign.

Selama di Twitter, Musk telah menghapus kebijakan misinformation COVID-19, mencabut larangan iklan politik, meningkatkan risiko bagi pengguna tertentu, memberhentikan eksekutif bagian keamanan, dan menginspirasi puluhan karyawan untuk eksodus besar-besaran.

Saat perusahaan semakin membatasi akses pengguna yang tidak membayar untuk layanan Twitter Blue, akun penyebar informasi berbahaya mungkin akan makin meningkat karena sebagian dari mereka justru mendapat fasilitas sebagai pelanggan Twitter Blue.

*Gambar: Tangkapan layar dari laporan CCDH

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.



Exit mobile version