Pertanyaan kritis dalam melek media dan teknik observasi akan membantu untuk melalui disinformasi tanpa terjebak dalam argumen atau melukai hubungan dengan teman dan keluarga. Tetapi, Anda perlu mengajukan pertanyaan dan membiasakan diri menerapkan penyelidikan kritis terhadap setiap informasi yang datang.
Dalam materi Mengenali informasi sumir berikut ini Anda akan:
- Mengidentifikasi petunjuk bahwa berita atau sumber informasi menipu.
- Menggunakan pertanyaan analitis untuk mengevaluasi kredibilitas sumber.
- Memeriksa kredibilitas sumber sebelum membagikan pesan.
- Menganalisis sumber berita dan informasi.
Apakah Anda pernah memainkan salah satu gim di mana Anda mencari kesalahan yang tersembunyi dalam sebuah gambar? Terkadang saat berhadapan dengan berita, kita mendapati situasi yang sama. Ada banyak orang dan kelompok yang dengan sengaja memutarbalikkan kebenaran untuk membuat kita setuju dengan mereka. Ketika informasi sumir disamarkan sebagai berita, itu salah satu bentuk disinformasi.
Beberapa di antara kita tidak tahu bagaimana mengenali informasi palsu, tetapi mereka tetap membagikan informasi seperti itu. Begitulah cara penyebarannya. Ketika orang membuat pilihan tentang hal-hal yang mereka lakukan atau percayai berdasarkan disinformasi itu, akan sulit untuk mendengarkan satu sama lain dengan tenang, berdebat dengan hormat, saling memahami dengan lebih baik, dan memecahkan masalah.
Jadi, jika sesuatu terlihat atau terdengar seperti berita, bagaimana kita bisa membedakan antara yang kredibel dan mana yang palsu atau menyesatkan? Ada petunjuk yang bisa kita pelajari untuk menemukannya—trik yang digunakan untuk menyesatkan Anda.
Mari bermain. Terdapat 5 perbedaan pada gambar di bawah ini. Temukan kelima perbedaannya! Kita bisa belajar dari permainan ini.
Berikut beberapa petunjuk untuk menemukan disinformasi. Jika menghadapi hal-hal ini, Anda mungkin sedang melihat cerita palsu, atau menipu.
1. Menemukan URL “palsu”
Hal pertama yang harus dilihat adalah URL atau tautan (alamat web) untuk situs yang menerbitkan cerita tersebut. Beberapa situs palsu mencoba menipu Anda dengan memilih nama yang mirip situs aslinya, tetapi dengan sedikit perbedaan. Sebagian besar perusahaan menggunakan URL pendek karena lebih mudah diingat dan diketik, sehingga URL dengan huruf tambahan yang tidak perlu sering kali merupakan situs dengan informasi palsu.
Coba tebak mana tautan yang palsu dari contoh berikut ini:
Apakah tebakan Anda benar semua?
Salah satu cara memeriksanya adalah dengan melakukan pencarian di web terhadap organisasi berita atau URL dimaksud. Jika organisasi tersebut kredibel, hasil pencarian akan menampilkan deskripsi organisasi, termasuk alamat situs web mereka. Jika URL tidak kredibel, Anda mungkin tidak menemukannya di mesin pencari, bahkan dilaporkan sebagai palsu.
2. Memeriksa judul berita
Terkadang seseorang membagikan berita tanpa URL. Misalnya, foto ini memperlihatkan ular raksasa melilit mobil beredar di media sosial. Awalnya beredar di TikTok dalam bentuk video, sebuah akun situs membagikan foto adegan tersebut, dengan kapsi sebagai berikut:
“[…] Sebelum membahas tentang hewan melata ini, apakah ada di antara kalian pernah melihat seekor ular lebih besar tiga kali lipat dari ukuran tubuhnya? Bagimana jika ular tersebut bisa melilit barang yang besar, seperti kendaraan atau hal yang lain mungkin?”
Apakah Anda akan mempercayainya?
Cek fakta di balik ular raksasa melilit mobil
Dalam kasus di atas, berikut adalah beberapa petunjuk yang bisa digunakan:
- Sebuah cerita dimulai dengan gambar sesuatu yang menarik bagi kita, seperti anjing yang lucu, selebriti, atau aksi yang tidak biasa. Tetapi ketika kita mengeklik, ceritanya sedikit atau tidak sama sekali lakukan dengan gambar.
- Alih-alih membiarkan Anda memutuskan sendiri, orang-orang yang mencoba meyakinkan Anda kadang-kadang menggunakan hal-hal seperti huruf tebal, SEMUA KAPITAL, menggarisbawahi, atau tanda seru untuk membuat Anda berpikir bahwa apa yang Anda lihat itu penting dan mengekliknya, disebut clickbait. Wartawan sejati tidak menggunakan teknik itu.
- Untuk membuat Anda membaca sebuah cerita, beberapa orang memasukkan kata-kata dalam judul seperti “mengejutkan”, “menghebohkan”, atau “keterlaluan”. Mereka tahu kata-kata seperti itu membuat kita penasaran. Tapi jurnalis sejati membiarkan berita berbicara sendiri. Mereka menceritakan kisahnya dan membiarkan pembaca memutuskan apakah itu mengejutkan atau keterlaluan.
Hasil penelusuran para pemeriksa fakta, klaim pada foto ular raksasa melilit mobil adalah salah. Meski belum diketahui lokasinya, sejumlah pihak menyatakan ini foto instalasi seni belaka di kebun binatang. Penggunaan kata “Menyeramkam” dalam judul sangat bombastis dan berusaha menarik perhatian.
3. Memeriksa sumber
Saat menganalisis berita, petunjuk dapat membantu, tetapi itu tidak selalu mencukupi untuk membuat keputusan. Terkadang berita yang dapat dipercaya menggunakan teknik tertentu untuk menarik perhatian, dan itu bisa membuatnya tampak palsu. Terkadang sumber palsu sangat pandai menyalin yang asli, sehingga sulit untuk mengatakan bahwa mereka palsu.
Bayangkan hingga 2018 jumlah total media diperkirakan mencapai 47.000 di Indonesia. Di antaranya, 43.300 adalah media daring. Sekitar 2.000-3.000 diantaranya berupa media cetak. Sisanya radio dan stasiun TV yang memiliki siaran berita. Namun yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi di Dewan Pers hingga akhir 2018 baru sekitar 2.400 perusahaan pers.
Ciri-ciri media abal-abal ini secara umum adalah tidak berbadan hukum, alamat redaksi tak jelas atau malah palsu , tak menyantumkan nama penanggungjawab media, terbit bersifat temporer, bahasa tak standar, berita yang dibuat melanggar kode etik terutama tanpa konfirmasi dan memojokkan pihak yang ditulis.
Kebanyakan media abal-abal menggunakan nama mirip lembaga negara, LSM, atau institusi penegak hukum, agar terkesan “menakutkan”. Misalnya KPK, BIN, BNN, Tipikor, ICW, Buser, Bhayangkara. Praktik ini telah dilarang oleh Dewan Pers sejak 2014. Contoh: ada media dengan nama KPK—singkatan dari Koran Pemberita Korupsi atau Koran Penelusuran Kasus.
Ingatlah 3 langkah yang telah dibahas sebelumnya tentang memeriksa sumber informasi? (1) Gunakan akal sehat; (2) Ajukan pertanyaan kritis; (3) Konfirmasikan. Dengan tiga langkah sederhana tersebut, kita bisa membedakan mana sumber yang asli, dengan yang palsu. Mungkin butuh waktu, maka bersabarlah sebelum memutuskan.
Setelah mengetahui cara menggunakan petunjuk dan pertanyaan kritis untuk menemukan disinformasi, Anda dapat mengajukan pertanyaan cerdas dan menjadikan pengamatan yang cermat sebagai bagian dari rutinitas harian. Anda akan menjadi ahli dalam menemukan konten palsu secara online, sehingga tak mudah tertipu.