Hati-hati Saat Berbagi (1,5 jam)?

Bagian pertama ini menyoal "Hati-hati saat berbagi" (Share with Care). Pada dasarnya materi ini tentang privasi di internet untuk segala usia. Pesan intinya, hampir tidak mungkin mengambil kembali apa yang Anda bagikan di internet, mengontrol siapa yang akan melihatnya, atau memperkirakan seberapa lama konten tersebut akan bertahan di dunia maya.

Jangan Tertipu Konten Palsu (1,75 jam)?

Penting untuk memahami bahwa kontak atau konten yang ditemukan secara daring belum tentu benar, dan bisa saja penipuan atau pencuri informasi, identitas, atau properti lain. Penipuan daring seringkali menggoda pengguna dari segala usia menanggapi postingan dan promosi palsu—terkadang dari orang yang berpura-pura menjadi seseorang yang mereka kenal.

Amankan Data Pribadi (1,5 jam)?

Siapa pun berselancar di Internet—game, telepon, asisten digital, komputer, dll.—perlu mengetahui dasar-dasar privasi dan keamanan daring. Melindungi perangkat dan informasi pribadi di dalamnya berarti memikirkan apa yang "masuk dan keluar" dan bijak dengan kata sandi.

Bersikap Baik itu Keren (1,25 jam)?

Internet dapat menonjolkan kebaikan juga hal-hal negatif. Belajar mengekspresikan kebaikan dan empati—dan bagaimana menanggapi hal negatif serta pelecehan—sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan mengurangi intimidasi, depresi, dan masalah lainnya.

Jangan Diam (1,25 jam)?

Penting bagi warganet untuk memahami bahwa mereka tidak sendirian saat melihat konten online yang menimbulkan rasa tidak nyaman—terutama jika bisa melukai seseorang. Jangan ragu untuk bertindak atau mencari bantuan dari seseorang yang dipercayai. Ketahuilah ada berbagai cara untuk mengambil tindakan.
5.1 Jadilah pemberani

Dalam materi Jadilah pemberani berikut ini Anda akan:

  • Mempertimbangkan makna menjadi pemberani, termasuk berani saat online.
  • Mengidentifikasi sumber gagasan tentang apa artinya menjadi berani.
  • Mempelajari kebiasaan bertanya: “Apa yang mereka tinggalkan?”

Pikirkan bagaimana media memengaruhi kita: Seseorang telah melakukan sesuatu yang dianggap “berani”. Kita dapat mencoba menyelami mengapa ada orang yang memilih bertindak “berani”. Kita pun bisa menggali dari mana ide-ide tentang keberanian itu berasal, dan untuk membicarakannya dengan orang lain.

Kita bisa mempelajari kisah kepahlawanan “CIPTA: Create!”, komik buatan Rizka, ilustrator 18 tahun dan pejuang anti-perundungan dari Sulawesi Selatan. Komiknya digunakan UNICEF sebagai materi kampanye melawan cyberbullying, atau perundungan online

Berikut ringkasan ceritanya:

Rajwa adalah gadis remaja berusia 15 tahun dengan kemampuan mengubah gambar menjadi hidup. Ia gunakan kemampuan ini untuk menghentikan kekerasan di sekolah.

Tak lama setelah masuk ke sekolah baru, di ruang kelas yang kosong Rajwa melihat dua murid perempuan mengancam seorang murid lain. Para pelaku yang selama musim liburan mempermalukan anak malang itu di dunia maya, kini hendak bertindak lebih jauh.

Rajwa pun berubah menjadi Cipta, untuk menghadapi makhluk gaib yang mempengaruhi dua murid jahat itu. Cipta memiliki kemampuan seluas imajinasinya, mengerahkan kecerdikan dan empatinya untuk mengalahkan kekuatan gaib dan memulihkan kedamaian.

Setelah membaca komik di atas, coba renungkan hal-hal berikut ini:

  • Siapa yang membela orang lain yang ditindas? Bagaimana ia menyelamatkan seseorang dari perasaan terpuruk atau sedih? Mengapa ia melakukannya?
  • Apa jadinya bila kita tak punya “kekuatan super”? Apakah bersikap baik dan mendukung mereka yang sedang bersedih atau terpuruk juga bisa disebut berani?
  • Bagaimana dengan melaporkan sesuatu yang membuat Anda sangat tidak nyaman—bahkan saat Anda tidak yakin bagaimana reaksi orang yang Anda lapori?
  • Apakah Anda menganggap itu sebuah keberanian juga?

Keberanian adalah tentang mengambil risiko untuk membantu orang—dalam hal besar maupun kecil. Media seperti komik dapat membentuk cara kita berpikir tentang “pemberani”, tetapi media tidak selalu menghadirkan semua kemungkinan.

Jadi, ada baiknya kita bertanya, “Seperti apa kenyataan yang tak ada dalam cerita?”

Dalam kenyataan kita tak punya dan tak butuh “kekuatan super” untuk menjadi pemberani. Saat online, terkadang kita perlu mengambil risiko untuk menyelamatkan orang dari perasaan tertindas atau terpuruk, tanpa “kekuatan super”. Kita hanya butuh empati yang kuat.