Setelah dunia hiburan, dan pendidikan, metaverse Indonesia akan diramaikan juga oleh olahraga. Atlet dapat berkompetisi secara fisik dalam lintasan virtual.
Adalah aplikasi 99 Virtual Race, yang selama ini menggelar lomba lari atau bersepeda secara virtual, akan segera hadir di semesta meta.
99 Virtual Race (99VR) telah menandatangani kerja sama dengan Grup WIR untuk mengembangkan lari virtual di metaverse. Pengguna dapat berolahraga lari bersama seperti di dunia nyata.
“Dengan ditandatanganinya kerjasama ini bersama WIR, maka kami akan segera mewujudkan era baru dalam dunia olahraga di mana para pengguna 99VR dapat berlari dan bersepeda, bahkan berkompetisi dengan siapa saja di metaverse,” ujar Stevie Go, CEO & Founder dari 99VR.
Pengguna dapat janjian di semesta meta untuk lari atau bersepeda bersama-sama meski dari lokasi berbeda di dunia nyata. “Bahkan mereka bisa merasakan gamifikasi lebih banyak dan seru di metaverse,” imbuhnya.
Gupta Sitorus, Chief Marketing Office WIR Group, mengatakan dengan terjalinnya kerja sama dengan 99VR membuktikan metaverse merupakan wahana penting bagi seluruh lini sektor bisnis dan lembaga apapun yang ingin mengembangkan visinya di era digital.
“Berbagai pengembangan inovasi sangat mungkin dilakukan melalui platform metaverse di berbagi sektor, tinggal bagaimana kita bisa menggali kreativitas dan imajinasi yang kuat untuk dapat mengaplikasikannya, karena nantinya disesuaikan dengan kebutuhannya” jelas Gupta.
Mengatasi ruang dan waktu
Platform 99 Virtual Race telah berdiri sejak Mei 2017, bisa diunduh di Appstore dan Playstore. Mereka ingin mendorong masyarakat menjadikan olahraga gaya hidup sehari-hari.
Didirikan oleh tiga orang yang memiliki hobi lari, 99 Virtual Race bercita-cita jadi solusi untuk mereka yang ingin mengikuti lomba lari tapi tak punya banyak waktu atau mungkin biaya terbatas.
Dengan berlangsung secara virtual, juga bisa menghemat biaya. Bayangkan bila harus mengikuti lomba di luar kota, atau bahkan di luar negeri. Meski ada biaya pendaftaran, harganya tetap terjangkau.
Setelah mengunduh aplikasi, peserta boleh lari di mana pun, bahkan di treadmil. Jamnya pun bebas, yang penting pada hari yang sama dengan ajang yang sedang digelar.
Meski dilakukan secara virtual, peserta yang berhasil “finish” sesuai ketentuan tetap bisa mendapat medali bahkan jersey yang dikirimkan langsung ke rumah masing-masing.
Dari setiap lomba yang diikuti, pelari atau pesepeda memasukkan data manual melalui apps. Dari data tersebut akan muncul sistem ranking, dan peserta dengan catatan terbaik bisa saja mendapat medali khusus.
Pengembangan 99VR di metaverse akan dilakukan dalam beberapa fase, seperti penambahan fitur mirroring agar para pengguna dapat menggunakan avatar mereka saat ikut berlari atau bersepeda.
Tak hanya itu, 99VR dan WIR Group menjanjikan akan ada token, NFT, serta kegiatan menarik yang diciptakan secara berkesinambungan.
Tren olahraga memasuki metaverse
Aplikasi serupa yang cukup populer adalah Zwift. Zwift adalah panggung bersepeda interaktif yang meniru bersepeda dunia nyata, dan menggabungkannya di dunia maya.
Pengendara dapat berlatih dan berpacu melawan pengendara sepeda lain dari seluruh dunia dari rumah sendiri. Secara virtual, pengguna bisa melihat saat disalip lawan, atau sebaliknya menyalip yang lain.
Tidak hanya pesepeda, pelari juga dapat memanfaatkannya. Zwift akan lebih akurat bila menggunakan perangkat khusus, misalnya sensor untuk mendeteksi gerak dan kecepatan.
Berkat algoritme pintar dalam platform, perangkat yang disebut “pelatih cerdas” secara otomatis bisa menyesuaikan nuansa topografis dunia Zwift yang dilalui—menanjak di bukit atau menukik pada turunan.
Sejak didirikan pada 2015, jutaan orang telah terlibat di dunia yang—menurut majalah Outside—”sebagian platform media sosial, sebagian pelatih pribadi, sebagian permainan komputer.”
Simon Sharwood dari The Register, menilai Zwift cocok dengan definisi Oxford tentang metaverse karena kombinasi realitas maya dan dunia nyata—tanpa kacamata VR sekalipun.
Otoritas bersepeda pun mengakui Zwift sebagai lingkungan yang cukup ketat untuk balapan profesional (bahkan memberikan sanksi kepada para penipu data untuk meningkatkan kinerja).
*Foto ilustrasi: Sebastian Voortman