
Kita di persimpangan antara teknologi dan demokrasi. Nepal telah membuat sejarah pada 12 September 2025 dengan memilih Perdana Menteri interim melalui voting di media sosial lewat platform Discord, setelah gelombang protes oleh Generasi Z berhasil menggulingkan rezim.
Aksi massa anti-korupsi meledak di Nepal, dibantu oleh sebaran informasi lewat medsos. Upaya melarang media sosial oleh pemerintah berakhir dengan kekerasan yang malah menggulingkan perdana menteri.
Parlemen terbakar, tentara keliling di jalan-jalan ibu kota. Sekarang, teknologi yang coba dilarang oleh pemerintah itu dimanfaatkan untuk memilih pemimpin negara berikutnya. Lebih dari 100.000 warga “bertemu” di ruang obrolan virtual, memperdebatkan masa depan negara.
“Parlemen Nepal saat ini adalah Discord,” kata Sid Ghimiri, 23, seorang content creator dari Kathmandu, yang dikutip New York Times. Ghimiri menjelaskan bagaimana platform tersebut telah menjadi pusat pengambilan keputusan politik bangsa.
Saat ini Discord menghasilkan uang dari langganan premium (Discord Nitro) dengan fitur tambahan; Penjualan game dan merchandise; serta Kemitraan dengan perusahaan game. Jadi, mereka tidak perlu jual data pribadi pengguna untuk cari untung. Tapi ini masih perlu bukti.
Kasus dari Nepal menunjukkan bahwa generasi muda bisa berpartisipasi politik dengan cara yang mereka pahami. Diskusi politik jadi lebih mudah diakses, menyenangkan. Koordinasi gerakan sosial pun bisa lebih efektif.
Tapi, itu semua datang dengan catatan: Keamanan dan verifikasi identitas masih lemah. Karena bisa diinfiltrasi, bisa disalahgunakan untuk manipulasi. Hasil voting sebenarnya tidak punya dasar hukum yang kuat. Ia hanya bisa jadi semacam popular vote.
Dari Gaming jadi Town Hall Meeting
Discord? Apaan itu? Bayangkan Discord seperti sebuah mall besar dengan banyak toko (server). Setiap toko punya berbagai ruangan (channel) – ada ruang ngobrol biasa, ruang khusus foto, ruang untuk diskusi serius, dan ruang untuk ngomong pakai suara seperti konferensi via telepon.
Bedanya dengan WhatsApp grup biasa, di Discord Anda bisa:
- Punya banyak ruang chat dalam satu tempat
- Ngomong bareng-bareng seperti di radio (voice chat)
- Atur siapa boleh ngomong di ruang mana
- Bikin bot (robot digital) yang bisa bantu-bantu
Generasi muda Nepal pakai Discord karena mereka sudah terbiasa. Sama seperti orang tua kita lebih nyaman pakai SMS, anak muda lebih nyaman pakai platform yang mereka kenal sehari-hari. Discord juga gratis dan bisa dipakai siapa saja.
Platform yang lahir dari dunia gaming, Discord mungkin terdengar aneh sebagai medium demokrasi. Namun, pilihan ini justru menunjukkan kecerdikan digital Generasi Z Nepal. Discord menawarkan beberapa keunggulan yang membuatnya cocok untuk koordinasi politik:
Pertama, struktur server Discord memungkinkan pembentukan komunitas tertutup dengan sistem moderasi yang ketat. Hal ini penting untuk menghindari infiltrasi dari pihak luar. Kedua, fitur voting bawaan Discord menawarkan transparansi dan pengambilan suara secara real-time.
Ketiga, Discord sudah familiar bagi Generasi Z sebagai platform komunikasi sehari-hari, sehingga barrier to entry sangat rendah. Mereka tidak perlu belajar platform baru atau menghadapi hambatan teknologi yang rumit. Tidak perlu daftar ribet atau bayar langganan.
Cukup bikin akun, langsung bisa ikut diskusi politik.
BijakMemantau.id pernah merilis “Cara Baru Memantau DPR” lewat Platform Bijak Memantau sebagai ruang untuk menavigasi isu kebijakan, memantau proses legislasi, dan memperluas kanal partisipasi publik, khususnya generasi muda. BijakMemantau.id adalah inisiator Tuntutan 17+8.
Bijak Memantau mendorong partisipasi lanjutan lewat Komunitas Bijak, tempat warga dapat mengikuti diskusi daring melalui Discord, Kelas Bijak, forum townhall, bahkan bergabung dalam advokasi bersama organisasi masyarakat sipil untuk memperluas partisipasi.
Bagaimana Cara Kerja Discord?
1. Sistem Pesan Instan yang Canggih. Discord seperti WhatsApp, tapi lebih pintar. Ketika Anda ketik pesan, langsung sampai ke semua orang tanpa delay. Ini karena Discord punya “jalur khusus” (teknologi WebSocket) yang selalu terbuka, tidak seperti SMS yang harus kirim satu-satu.
2. Suara Jernih Meski Internet Lemot. Pernah video call tiba-tiba suaranya putus-putus? Discord punya teknologi yang otomatis menyesuaikan kualitas suara dengan kekuatan internet Anda. Internet lemot? Kualitas turun dikit tapi tetap jelas. Internet kencang? Suara jernih banget.
Plus, Discord bisa hapus suara-suara ganggu seperti kipas angin atau suara motor secara otomatis. Jadi diskusi politik tetap jelas meski dari rumah yang bising.
3. Sistem “Siapa Boleh Apa”. Ini sistem moderasi yang bikin Discord cocok untuk organisasi. Seperti mengatur siapa yang boleh masuk ruang rapat, siapa yang boleh bicara, siapa yang cuma boleh dengar. Sang Admin di Discord bisa mengatur:
- Si A boleh kirim pesan di ruang diskusi umum
- Si B cuma boleh baca, tidak boleh kirim pesan
- Si C boleh masuk voice chat, Si D tidak boleh
- Dan seterusnya
4. Robot Pembantu (Bot). Discord punya “asisten digital” yang bisa diprogram untuk berbagai tugas:
- Menghitung suara voting otomatis
- Mencatat siapa yang hadir di diskusi
- Mengirim pengingat meeting
- Bahkan bisa verifikasi identitas anggota
Mengapa Discord Belum Tent untuk Politik?
- Mudah Digunakan. Voting di Discord semudah klik emoji. Setuju? Klik jempol ke atas Tidak setuju? Klik jempok ke bawah. Hasilnya langsung keliatan, real-time.
- Transparan. Semua orang bisa lihat siapa yang vote apa (kecuali dibuat anonymous). Ini seperti voting angkat tangan di rapat RT, tapi digital.
- Cepat dan Praktis Tidak perlu datang ke TPS atau tempat khusus. Cukup buka HP, klik-klik, selesai.
Namun, karena bukan Discord bukan platform yang dirancang untuk memenuhi kriteria voting yang ketat, memanfaatkannya tentu punya kekurangan:
- Sulit Pastikan Identitas Asli. Discord tidak tau apakah akun “Budi123” itu benar-benar Budi atau orang lain yang menyamar. Tidak ada sistem verifikasi KTP seperti di pemilu resmi.
- Bisa Dimanipulasi. Orang bisa bikin banyak akun palsu (fake account) untuk vote berkali-kali. Seperti orang yang nyoblos berkali-kali dengan identitas berbeda.
- Tidak Ada Bukti Legal. Hasil voting di Discord tidak punya kekuatan hukum seperti pemilu resmi. Ini lebih seperti “polling” atau “survei” yang hasilnya bisa jadi pertimbangan.
Bagaimana Data Anda Disimpan?
Discord menyimpan semua chat Anda di banyak komputer server di seluruh dunia. Seperti fotokopi surat yang disimpan di berbagai brankas berbeda, jadi kalau satu hilang, masih ada backup-nya. Data ini dienkripsi saat dikirim, jadi orang lain tidak bisa baca isi obrolan Anda di tengah perjalanan.
Discord punya teknologi yang bagus dan powerful, tapi tergantung bagaimana cara pakainya. Untuk politik, Discord bisa jadi alat koordinasi yang efektif, tapi belum tentu cocok untuk voting resmi yang menentukan nasib negara.
Jason Citron bersama Stanislav Vishnevskiy merilis Discord pada Mei 2015. Jason pernah menyatakan dalam kesaksian di Senat AS bahwa Discord adalah “layanan komunikasi suara, video, dan teks yang menyatukan orang-orang melalui pengalaman bersama”.
Discord selalu memposisikan diri sebagai platform komunikasi netral, bukan platform politik. Mereka lebih fokus pada aspek komunitas dan komunikasi daripada endorsement penggunaan tertentu.
Bila serius untuk aksi politik, masih perlu perbaikan ihwal keamanan dan verifikasi identitas. Yang penting, kita paham bahwa teknologi itu bisa digunakan untuk kebaikan, atau disalahgunakan. Baik atau buruk bukan saja tergantung penggunanya, juga proses pengembangannya.
*Photo by appshunter.io via Unsplash
Komentar Anda?