Beranda  »  Artikel » Pantau Media   »   Media Daring Sumber Informasi Ketiga

Media Daring Sumber Informasi Ketiga

Oleh: Melekmedia -- 21 Januari, 2022 
Tentang: ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Media Daring Sumber Informasi Ketiga

Photo by Drew Williams from Pexels

Pencari informasi di media daring meningkat, walau bukan sumber informasi utama. Kepercayaan terhadap media daring juga meningkat, meski “hanya” menempati posisi keempat.

Survei juga menunjukkan penggunaan internet oleh warganet Indonesia mayoritas bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk berkomunikasi melalui pesan singkat, atau bermedia sosial.

Temuan ini berdasarkan survei tatap muka pada Oktober 2021, untuk mengukur Indeks Literasi Digital. Tingkat literasi digital Indonesia tahun 2021 dilaporkan masih diambang “sedang”.

Pengukuran dilakukan Kementerian Kominfo setiap tahun, bekerja sama dengan Siber Kreasi dan Katadata Insight Center (KIC). Warganet yang jadi responden mengakses internet melalui handphone.

Mayoritas mengakses internet pada pukul 19.01 – 21.00 yaitu jam setelah aktivitas sehari-hari, dan kedua terbesar pada pukul 07.01 – 10.00 di pagi hari atau jam sebelum dimulainya aktivitas harian.

Profil netizen Indonesia sebagai responden survei ini didominasi Generasi Y/Milenial (23-38 tahun), generasi Z (13-22), dan Generasi X (39-54). Gabungan ketiganya mencapai lebih dari 96 persen. Generasi Y yang berusia 23-38 tahun menjadi pengguna terbesar (43,8 persen).

Dari tingkat pendidikan, lulusan SMA/sederajat dan SMP/sederajat paling mendominasi, proporsinya masing-masing mencapai 50,1 dan 23,5 persen. Laporan selengkapnya bisa diakses di situs literasidigital.id.

Artikel ini akan memfokuskan pembahasan pada bagian perilaku netizen terhadap pencarian informasi.

Pencarian di medsos turun, kepercayaan naik

Survei ini menanyakan sumber informasi secara umum, dari ranah daring maupun luring. Beberapa jawaban dari ranah selain internet muncul, seperti televisi, radio, dan media cetak. Namun, bisa dilihat bagaimana capaian media-media di ranah daring menurut responden.

Sumber informasi yang biasa diakses oleh netizen, secara umum adalah media sosial (medsos), disusul televisi, media berita daring (online), dan situs pemerintah. Meski begitu, perburuan informasi di medsos, situs pemerintah, dan media cetak trennya menurun. Adapun pencari informasi di televisi dan media daring meningkat.

Media cetak mengalami penurunan paling dalam. Pada survei 2020 media cetak masih dipilih oleh 9,4 persen responden. Sedangkan pada survei 2021 ini, pemilihnya menyusut jadi 4 persen, atau kehilangan 5 persen poin.

Sumber informasi netizen
Sumber informasi netizen (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Pilihan untuk mencari informasi di media daring memang “hanya” peringkat ketiga, tetapi responden pemilihnya meningkat kurang lebih 1 poin pada survei 2021. Tidak ada penjelasan apakah responden pada 2021 merupakan responden yang sama dengan survei pada 2020.

Adapun tingkat kepercayaan terhadap media sosial masih tertinggi di ranah daring, mengalahkan situs web resmi pemerintah dan media berita online. Kepercayaan terhadap media sosial, secara umum tidak surut walaupun semakin sedikit netizen yang mencari informasi lewat medsos.

Temuan ini berbeda dengan riset Reuters Institute (2021) yang menyatakan lebih dari sepertiga responden percaya berita dari media massa, lebih baik dari hasil pencarian, dan berita dari media sosial. Bedanya, pertanyaan dalam survei Reuters Institute spesifik menyebut sumber berita, bukan sumber informasi.

Adapun televisi yang menjadi media paling dipercaya untuk mendapatkan informasi di antara semua jenis media, mengalami kemerosotan. Pada survei 2020 dipercaya oleh 49,5 persen responden, pada 2021 menyusut 2,5 poin menjadi 47,0 persen.

Sumber informasi terpercaya
Sumber informasi terpercaya (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Di tengah susutnya pencari informasi dan kepercayaan yang meningkat di medsos, WhatsApp dan Facebook mengalami penurunan kepercayaan paling signifikan pada 2021 dibandingkan dengan hasil survei 2020.

Meski mengalami penurunan kepercayaan, kedua produk dari Meta itu masih bertengger di urutan pertama dan kedua sebagai media sosial paling dipercaya sebagai sumber informasi. Sedangkan peningkatan kepercayaan dapat dilihat pada Instagram dan YouTube.

media sosial terpercaya
Panggung medsos terpercaya (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Reputasi media daring membaik

Media daring memang bukan sumber informasi utama bagi responden dalam survei ini. Selain bukan pilihan utama, tingkat kepercayaannya juga bukan yang tertinggi.

Tetapi, reputasi media daring sebagai sumber informasi bisa dibilang membaik di mata responden. Pencarian informasi di media daring mengalami peningkatan sebesar 1,5 poin, dari 25,2 persen pada 2020 menjadi 26,7 persen pada 2021.

Di jajaran media daring pilihan responden, survei 2021 ini menempatkan Kompas.com di puncak daftar, menggeser Detik.com, lalu diikuti Tribunnews.com. Hampir semua media daring dalam daftar yang disurvei, mengalami kenaikan dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya.

Kompas.com misalnya, mengalami kenaikan sebesar 33,8 poin. Pada tahun sebelumnya dipilih oleh 23,8 persen responden, di peringkat kedua setelah Detik.com. Pada survei 2021 naik menjadi 57,6 persen, sedikit di atas Detik.com yang pada 2021 “hanya” dipilih oleh 56,1 persen responden.

Berita online paling sering diakses
Portal berita online yang biasa diakses (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Dari sisi kepercayaan pun membaik. Media daring dipercaya 8 persen responden, lebih baik dibandingkan survei sebelumnya yang mendapat 7 persen responden. Bila diranking berdasarkan portal berita terpercaya, Detik.com bertahan peringkat pertama, meski kepercayaan terhadapnya menyusut dibandingkan hasil survei 2020.

Kompas.com masih di peringkat kedua, dengan peningkatan kepercayaan dari 26,7 persen menjadi 31,0 persen pada 2021. Peningkatan juga dialami Liputan6.com, dan CNN.com (kemungkinan CNN Indonesia).

Tribunnews.com, Okezone.com, Kumparan, dan Vivanews mengalami penurunan kepercayaan pada hasil survei terbaru ini. Dua entitas non-lembaga media, Babe dan UC News, juga mengalami penurunan. Demikian pula sejumlah portal media lokal.

Ini patut jadi perhatian, karena lebih banyak entitas media daring yang mengalami penurunan kepercayaan, meski secara umum tingkat responden terhadap media daring sebagai sumber informasi naik 1 persen poin.

Media online terpercaya
Portal berita online terpercaya (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Akurasi berita bukan faktor utama

Survei ini juga merunut alasan responden mempercayai media sebagai sumber informasi dari empat kategori media; Media sosial, media daring (portal berita online), media televisi, dan media cetak.

Media sosial, media cetak, dan media daring dipercaya banyak responden karena dinilai baik dalam hal “Informasi data jelas dan lengkap”. Sedangkan media televisi dipercaya karena “Tercantum sumber berita yang jelas”.

Di antara semua kategori media, alasan jaminan kebenaran informasi hanya dipilih oleh kurang dari 50 persen responden. Jaminan kebenaran, terbanyak dipilih responden dari televisi. Terendah, dari media sosial.

Apakah ini berarti “jaminan kebenaran” atau akurasi berita bukan faktor utama responden dalam memilih sumber informasi? Pertanyaan dalam survei ini membuktikan demikian, tetapi masih perlu ditelusuri lebih dalam.

Alasan mempercayai sumber informasi
Alasan memercayai sumber informasi (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Temuan unik lain terhadap pencarian informasi, adalah kebiasaan membaca berita daring. Kebiasaan positif saat membaca berita daring lebih jarang dilakukan dibandingkan kebiasaan negatif.

Bahkan, lebih dari setengah responden tidak pernah memeriksa alamat website yang aneh dan tidak pernah membaca informasi terkait latar belakang media daring tersebut.

Kebiasaan membaca berita daring
Kebiasaan membaca berita daring (Status Literasi Digital di Indonesia 2021)

Bila dikaitkan dengan kecakapan Melek Media dan Informasi (MIL), memaklumi pengutipan berita dengan sumber anonim atau tidak ada sumbernya sama sekali, bukanlah hal yang baik. Pembaca kritis diharapkan bisa menilai akurasi berita, salah satunya dari kejelasan sumber beritanya.

Demikian pula kebiasaan membaca berita yang tidak mencantumkan nama penulisnya, perlu diubah. Meskipun, responden sudah menunjukkan kebiasaan positif seperti mengecek laman “Tentang Kami” sebagai identitas situs web yang sedang dibacanya.

*Photo by Drew Williams from Pexels

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.