
Dewan Eropa mengembangkan kerangka melek AI yang unik dengan fokus pada dimensi manusia, berbeda dari pendekatan teknis yang dominan selama ini. Bahkan, kerangkanya terdiri dari tiga dimensi: dimensi teknologi, praktis, dan yang terpenting, dimensi manusia.
Council of Europe tengah mengembangkan rekomendasi penting tentang melek akal imitasi (AI) yang menekankan aspek dampak teknologi terhadap manusia, hak asasi, dan demokrasi—sebuah pendekatan yang berbeda dari kebanyakan program melek AI yang ada saat ini.
Dalam dokumen diskusi yang diterbitkan pada 25 Februari 2025 dan disusun oleh konsultan Wayne Holmes, dokumen tersebut menggarisbawahi keunikan AI dibandingkan teknologi digital lainnya.
“AI adalah teknologi pertama dan satu-satunya yang berhasil meniru perilaku manusia, komunikasi, dan proses pengambilan keputusan,” tulis Holmes.
Karakteristik antropomorfik ini menciptakan tantangan khusus dalam cara individu menafsirkan, mempercayai, dan secara kritis berinteraksi dengan sistem AI.
Pendekatan ini sejalan dengan Konvensi Kerangka Kerja Council of Europe tentang Kecerdasan Buatan dan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum (2024), yang mengakui “kebutuhan untuk mempromosikan melek digital” terkait sistem AI.
Standar Council of Europe akan disempurnakan menjadi tindakan nyata dalam mengatur penggunaan AI dalam konteks pendidikan, melalui Compass for AI and Education yang dijadwalkan tersedia pada Maret 2026.
Tiga Dimensi Melek AI
1. Dimensi Teknologi
Bagaimana AI bekerja dan bagaimana ia dapat dikembangkan. Selama lebih dari satu dekade, berbagai kursus online telah mengajarkan aspek ini—fokus pada algoritma, data, dan statistik. Banyak dikembangkan oleh perusahaan teknologi besar seperti IBM, Apple, dan HP.
2. Dimensi Praktis
Bagaimana AI dapat digunakan secara efektif. Sejak debut ChatGPT dan AI generatif lainnya, ribuan situs web dan kursus muncul untuk mengajarkan cara menggunakan AI, terutama dalam menulis prompt. Namun, dokumen Council of Europe mencatat bahwa program ini jarang memberikan informasi memadai tentang cara kerja AI atau dampaknya terhadap manusia.
3. Dimensi Manusia
Inilah fokus utama yang membedakan pendekatan Council of Europe. Dimensi ini membahas dampak AI terhadap manusia, hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum—aspek yang menurut dokumen tersebut “jarang dipertimbangkan sepenuhnya” dalam program melek AI yang ada.
Topik Krusial dalam Dimensi Manusia
Dokumen Council of Europe mencantumkan berbagai isu penting yang harus dibahas dalam melek AI, termasuk:
- Dampak AI pada kesejahteraan manusia, gender, martabat, inklusi, kepercayaan, pendidikan, dan kesenjangan digital
- Implikasi bagi agensi manusia, otonomi, privasi, kesetaraan, keberagaman, dan diskriminasi
- Berita palsu (mis-, dis-, dan mal-informasi)
- Sejarah AI (termasuk peran militer) dan pekerja bayangan AI
- Pengawasan dan campur tangan dalam pemilihan umum
- Dampak pada pekerjaan dan pembangunan berkelanjutan
- Pengaruh terhadap lingkungan dan iklim
Yang menarik, dokumen ini juga menekankan bahwa dimensi manusia tidak seluruhnya negatif. Dampak positif AI juga perlu dibahas, seperti penggunaannya untuk memantau kesehatan laut, mengurangi pemborosan energi industri, mengidentifikasi penyakit tanaman, dan mengelola risiko kebakaran hutan.
Kesadaran, Bukan Sekadar Kompetensi
Salah satu poin penting dalam dokumen ini adalah pembedaan antara “kompetensi” dan “kesadaran”. Kebanyakan program melek AI menekankan membangun kompetensi teknis, yang menurut Council of Europe bisa menyesatkan karena cenderung mengutamakan pengetahuan dan keterampilan teknis lanjutan.
“Fokus pada kompetensi dapat membatasi dan menyesatkan, serta mengabaikan pentingnya menumbuhkan kesadaran,” tulis dokumen tersebut. Yang dibutuhkan bukanlah kemampuan semua orang untuk menulis algoritma AI, melainkan kesadaran tentang bagaimana algoritma tersebut dibuat, data yang diandalkan, serta potensi bias dan dampaknya.
Proses Pengembangan
Rekomendasi ini sedang dalam proses konsultasi multi-pihak. Pada Mei 2025, Council of Europe mengadakan sesi konsultasi untuk menginformasikan Draft Recommendation yang akan dibahas pada pertemuan pleno ke-8 Steering Committee for Education (CDEDU) pada 23-25 September 2025.
Pada Oktober 2025, konferensi kerja ketiga “Ensuring Quality Education in the AI Era” di Strasbourg membahas lebih lanjut rekomendasi ini bersama dengan instrumen kebijakan lain seperti Policy Toolbox on AI and Education dan European Reference Framework untuk evaluasi teknologi pendidikan.
Konteks Global
Inisiatif Council of Europe ini muncul bersamaan dengan berbagai upaya global lainnya. Uni Eropa telah memberlakukan kewajiban melek AI dalam EU AI Act yang mulai berlaku pada 2 Februari 2025, mewajibkan penyedia dan pengguna sistem AI memastikan tingkat melek AI yang memadai bagi staf mereka.
Sementara itu, Komisi Eropa dan OECD juga tengah mengembangkan AI Literacy Framework untuk pendidikan dasar dan menengah, yang diluncurkan dalam bentuk draft pada 22 Mei 2025 dan akan dirilis versi final pada 2026.
Peluang Kepemimpinan Eropa
Dokumen Council of Europe menyimpulkan bahwa ini adalah “peluang unik” bagi Dewan untuk mengambil peran kepemimpinan dalam mempromosikan “melek AI yang unik dan berpusat pada manusia” berdasarkan kerangka tiga dimensi.
“Mengingat kebutuhan akan melek AI, keterbatasan pendekatan yang ada, dan nilai-nilai inti Council of Europe, ini adalah kesempatan untuk mendukung dan melindungi semua orang—terutama siswa dan guru—dari dampak AI di seluruh Eropa dan sekitarnya,” demikian kesimpulan dokumen tersebut.
Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi negara-negara anggota untuk mengembangkan versi melek AI yang sesuai dengan konteks lokal mereka, sambil memastikan bahwa dimensi manusia—termasuk dampak AI terhadap hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum—tidak diabaikan atau dikurangi penekanannya.
*Photo by Joshua Reddekopp via Unsplash