Beranda  »  Sorotan Media   »   Riset Sebut Efek Google Melemah

Riset Sebut Efek Google Melemah

Oleh: Melekmedia -- 29 Juli, 2025 
Tentang: ,  –  Komentar Anda?

a white board with writing on it

Sekitar dua tahun silam, kami pernah membayangkan bagaimana saat media daring “ditinggalkan” oleh mesin pencari. Hari-hari belakangan ini, prediksi para ahli dan tokoh dalam tulisan tersebut, semakin mendekati kenyataan. Salah satunya lewat hasil riset Pew Research Center (PRC).

Dulu mesin pencari Bing dan peramban Edge mengumumkan dukungan AI dalam pratinjau di Bing.com, dengan klaim memberi pencarian yang lebih baik, jawaban lebih lengkap, pengalaman obrolan baru, dan kemampuan untuk menghasilkan konten.

Google menyusul dengan Bard, yang diklaim mampu memahami seluk-beluk bahasa manusia. Mesin ini memiliki pemahaman informasi tingkat lanjut dan multibahasa yang dapat memilih momen penting dalam video, mampu menyajikan informasi yang penting.

Tak nampak lagi tautan paling atas yang menjadi idaman para penerbit. Pertanyaan langsung dijawab dengan konten. Tak ada tautan, tak ada klik. Tanpa klik, tak ada kunjungan ke situs pemlik konten. Tak ada kunjungan, bisa bikin suram pendapatan.

Kini sebagian dari fenomena itu mulai tampak, meski masih samar. Pekan lalu (22 Juli 2025), Pew Research Center merilis hasil analisis 68.879 pencarian Google oleh 900 orang dewasa AS, dan menemukan pola perilaku baru ketika Google menampilkan ringkasan AI di hasil pencarian.

Data menunjukkan pengguna yang melihat ringkasan AI jauh lebih enggan mengklik tautan ke situs web lain, dibanding yang disajikan hasil pencarian biasa. Misalnya, hanya 8% kunjungan dengan ringkasan AI yang berakhir klik ke tautan, dibandingkan 15% pada halaman tanpa ringkasan langsung.

Klik tautan langsung dari ringkasan AI sangat langka, hanya 1% dari kunjungan. Hanya 1 dari 100 orang yang mencari informasi ke laman Google—dan menemukan jawaban dari ringkasan AI—yang kemudian mengklik tautan tertentu dari hasil pencarian itu.

Sebaliknya, pengguna lebih sering mengakhiri sesi pencarian setelah membaca ringkasan AI: 26% sesi berakhir pada halaman dengan ringkasan. Dalam bahasa teknis, ini sering disebut bounch rate, saat pengunjung hanya mengakses satu halaman, lalu pergi.

Dibandingkan dengan yang tanpa tingkasan, “hanya” 16% yang langsung pergi setelah halaman pertama. Artinya, secara umum pengunjung “sudah puas” dengan hasil yang ditampilkan oleh hasil ringkasan AI, dan tak tertarik melanjutkan pencarian.

Tren ini disebut oleh para ahli sebagai “search-and-stop”: Pengguna mencari sesuatu, membaca ringkasan, lalu berhenti. Tak ada lagi kebiasaan membuka banyak tab, membandingkan sumber, atau membaca lebih dalam.

Banyak penerbit berita dan pembuat konten, termasuk media independen dan situs edukasi, mulai panik. Banyak yang mengeluh trafik (jumlah pengunjung) dari Google turun drastis.

The Guardian, media asal Inggris, menyebut dampaknya “menghancurkan.” Laporan lain menunjukkan situs yang tadinya muncul di peringkat atas bisa kehilangan hingga 79% pengunjung kalau hasilnya disembunyikan di balik ringkasan AI.

Lebih mengkhawatirkan, ringkasan AI bukan tanpa cela. Banyak studi menemukan AI seperti Gemini atau ChatGPT masih bisa salah mengartikan, bahkan mengarang informasi. “Ringkasan AI sering terlalu percaya diri—tapi belum tentu akurat,” kata Abeba Birhane dari Mozilla Foundation.

Temuan Pew Research Center sebagian selaras dengan data dari sumber yang lain. Ada pula kekhawatiran bahwa AI Google mengambil konten mereka tanpa memberikan kompensasi atau lalu lintas yang adil.

Lalu bagaimana tanggapan Google? Meskipun temuan Pew Research Center menarik perhatian luas, Google membantah temuan studi tersebut. Menurut artikel di Search Engine Journal yang mengulas validitas penelitian Pew, Google berpendapat bahwa:

Metodologi Pew Cacat: Google mengklaim studi Pew Research menggunakan metodologi yang cacat dan kumpulan data yang tidak representatif. Mereka bilang data yang digunakan mungkin tidak mencerminkan perilaku miliaran pengguna mereka secara akurat.

Miliaran Klik Setiap Hari: Google menegaskan bahwa mereka masih mengarahkan miliaran klik ke situs web setiap hari, dan belum “mengamati” penurunan signifikan dalam lalu lintas web secara agregat seperti yang ditulis dalam beberapa laporan.

Peluang Baru: Google berpendapat bahwa fitur ringkasan AI tersebut menciptakan “peluang baru bagi konten dan bisnis untuk ditemukan,” karena pengguna mungkin mengajukan pertanyaan yang lebih kompleks yang sebelumnya tidak mereka lakukan.

Penurunan Lalu Lintas: Juru bicara Google juga menyatakan bahwa penurunan lalu lintas situs dapat disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk permintaan musiman, minat pengguna, dan pembaruan algoritma rutin pada penelusuran.

Apakah ini menandai berakhirnya era mesin pencari yang mendatangkan kunjungan ke situs? Bila benar-benar terjadi, rangkaian peristiwa selanjutnya akan menambah tantangan bagi para penerbit.

Ancaman “Google Zero”: Beberapa pihak menyebut fenomena ini sebagai “Google Zero” atau “Traffic Apocalypse,” merujuk pada Google yang tak lagi mengirimkan lalu lintas signifikan ke penerbit. Pengguna mendapatkan semua yang mereka butuhkan langsung dari Google.

Tantangan Monetisasi: Penurunan lalu lintas berarti penurunan tayangan iklan dan potensi pendapatan bagi penerbit. Ini memaksa mereka untuk mencari model bisnis alternatif, seperti langganan atau membangun audiens langsung.

Transparansi data. Meskipun Google menyatakan bahwa AI Overviews menciptakan “peluang baru” dan mengirimkan “miliaran klik” setiap hari, banyak penerbit merasa klaim ini tidak transparan dan tidak mencerminkan kenyataan di lapangan.

Yang jelas, pergeseran ini menandai evolusi besar dalam cara netizen mencari dan mengonsumsi informasi. Bagi pengguna, ini mungkin berarti efisiensi dalam mendapatkan jawaban. Namun, bagi penerbit konten, ini adalah tantangan besar yang menuntut adaptasi dan inovasi.

*Photo by Sarah B via Unsplash

Artikel lain sekategori:

Komentar Anda?


Topik
Komentar
Materi Kursus