
Potongan video Menteri Keuangan Sri Mulyani viral di media sosial, berisi adegan beliau menyebut “guru adalah beban negara.” Video ini ramai karena sebelumnya ada berita yang mengaitkan pernyataan Bu Menteri dengan isu gaji guru dan dosen.
Video itu mungkin terlihat sangat meyakinkan, namun, jika Anda amati lebih dekat, ada banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa video tersebut adalah konten palsu yang dibuat dengan teknologi deepfake AI.
Kepada media, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu RI Deni Surjantoro, menyatakan potongan video tersebut hoaks. “Faktanya, Menteri Keuangan tidak pernah menyatakan bahwa Guru adalah beban negara,” kata dia, Selasa (19/8/2025).
Potongan video Sri Mulyani tersebut, menurut analisis Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax), merupakan konten rekayasa AI yang terdeteksi oleh Google SynthID Detector sebagai konten sintetik. Konten tersebut telah dimanipulasi (manipulated content).
Di sisi lain, ada foto para pemimpin negara-negara Eropa sedang antre ingin menghadap Presiden AS, Donald Trump. Foto yang ramai di linimasa X itu bahkan diposting akun-akun dengan ratusan bahkan jutaan pengikut. Padahal, itu juga foto hoaks.
Tampak sekali keanehan pada gambar tersebut, karena ada sepasang kaki yang tak terhubung dengan salah satu figur yang sedang duduk dalam foto. Tampaknya AI sedang berhalusinasi dengan membuat terlalu banyak pasang kaki untuk foto para tokoh di dalamnya.
Penyebaran konten palsu seperti ini adalah salah satu tantangan terbesar di era digital. Untungnya, Anda tidak perlu menjadi ahli teknologi untuk bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Berikut panduan praktis untuk mendeteksi video deepfake AI.
Ciri Visual yang Mencurigakan
Perhatikan baik-baik detail visual pada wajah dan gerakan subjek dalam video. Teknologi AI, meskipun canggih, sering kali gagal meniru kehalusan gerakan manusia.
- Gerakan Wajah dan Ekspresi yang Kaku: Sering kali, wajah dalam video deepfake terlihat “dingin,” tanpa ekspresi mikro yang alami. Senyuman atau kerutan mungkin terlihat kaku dan tidak sinkron dengan emosi yang seharusnya. Wajahnya mungkin tampak terlalu “halus” atau tidak memiliki tekstur kulit yang realistis.
- Ketidakkonsistenan pada Mata dan Kedipan: Ini adalah salah satu tanda paling umum. Mata dalam video deepfake kadang-kadang tidak berkedip sama sekali atau berkedip dengan pola yang sangat tidak wajar. Tatapannya juga bisa terlihat kosong atau tidak fokus.
- Masalah Sinkronisasi Bibir (Lip Sync): Perhatikan apakah gerakan bibir benar-benar sesuai dengan kata-kata yang diucapkan. Pada video palsu, ada kemungkinan gerakan bibir terlihat sedikit tertinggal atau mendahului suara. Gerakan bibir juga bisa terlihat tidak natural dan “patah-patah”.
- Keanehan pada Tangan dan Jari: Tangan dan jari sering menjadi “kelemahan” besar AI dalam menghasilkan gambar. Periksa apakah jumlah jari tidak wajar, jari terlihat aneh, atau tangan menyatu dengan objek lain di sekitarnya.
- Pencahayaan dan Bayangan yang Tidak Masuk Akal: Amati bagaimana cahaya jatuh pada wajah dan tubuh. Apakah pencahayaan dan bayangan terlihat konsisten dari awal hingga akhir video? AI terkadang kesulitan mereplikasi pencahayaan yang kompleks, sehingga bayangan bisa tampak tidak logis atau wajah terlihat “tertempel” pada latar belakang.
Ciri Audio dan Konteks
Selain visual, perhatikan juga aspek audio dan latar belakang penyebaran konten. Sekarang deepfake tidak saja mengubah gambar, tetapi juga bisa memanipulasi suara:
- Suara yang Terlalu “Sempurna” atau Robotik: Teknologi kloning suara AI kadang menghasilkan suara yang terlalu bersih, tanpa jeda, atau intonasi yang monoton. Suara itu mungkin terdengar seperti robot yang berusaha meniru manusia.
- Narasi atau Kalimat yang Tidak Biasa: Apakah tokoh tersebut mengucapkan kalimat yang tidak biasa atau sangat kontroversial tanpa konteks yang jelas? Pada kasus Sri Mulyani, pernyataan “guru adalah beban negara” sangatlah tidak lazim dan berpotensi memicu kegaduhan, sehingga harus ditinjau ulang kebenarannya.
- Kurangnya Sumber Kredibel: Konten yang benar-benar viral biasanya diliput oleh banyak media massa terpercaya. Jika video tersebut hanya beredar di satu atau dua akun anonim dan tidak ada media besar yang memberitakannya, patut dicurigai.
Langkah Sederhana Verifikasi Deepfake AI
Jika Anda menemukan video yang mencurigakan, jangan langsung percaya dan jangan membagikannya. Lakukan langkah-langkah verifikasi sederhana ini:
- Mencari Berita dari Media Terpercaya: Lakukan pencarian di Google dengan kata kunci “Sri Mulyani guru beban negara” atau “video Sri Mulyani viral.” Cari laporan dari media-media besar yang sudah terverifikasi.
- Mencari Video Asli atau Keterangan Resmi: Cari sumber video asli di akun media sosial atau situs resmi tokoh tersebut. Jika video tersebut benar-benar dari sebuah acara, pasti ada video lengkapnya di kanal resmi. Perhatikan juga apakah ada pernyataan resmi yang mengklarifikasi atau membantah isi video tersebut.
- Membandingkan dengan Konten Asli: Bandingkan video yang Anda lihat dengan video atau foto asli dari tokoh tersebut. Apakah ada ketidakkonsistenan pada wajah, rambut, atau latar belakangnya?
- Manfaatkan Reverse Image Search: Bila ada video atau gambar yang mencurigakan, coba manfaatkan fitur Reverse Image Search dari Google, atau layanan yang lain. Dari situ bisa ditemukan sumber asli gambar yang kemungkinan telah dimanipulasi atau digunakan di luar konteks.
Tidak semua deepfake mungkin bisa terdeteksi dengan cara-cara di atas, karena teknologi berkembang sangat pesat. Kini sudah mulai bertebaran layanan yang bisa mendeteksi deepfake, seperti Google SynthID Detector yang dibahas di atas. Beberapa layanan, tidak tersedia secara gratis.
Platform canggih seperti Sensity AI, Verihubs, dan Resemble AI lebih ditujukan untuk penggunaan bisnis atau korporasi (misalnya untuk sistem verifikasi identitas di perbankan atau onboarding pelanggan) karena memerlukan teknologi dan data yang sangat besar.
Namun, ada beberapa alat yang bisa Anda coba, meskipun mungkin ada batasan seperti harus mendaftar atau hanya untuk uji coba gratis: DeepDetekt, aplikasi seluler yang mengklaim dapat mendeteksi konten deepfake secara lokal di perangkat Anda, bahkan saat luring.
Contoh lainnya adalah McAfee Deepfake Detector, yang tersedia dalam bentuk ekstensi peramban yang bisa mendeteksi audio deepfake saat Anda menonton video di YouTube atau platform lain. Sayangnya ini masih terbatas pada video berbahasa Inggris.
Dengan meningkatkan melek digital dan melek AI, dan membiasakan diri untuk selalu kritis, kita dapat melindungi diri dari informasi palsu dan turut menjaga ruang digital kita tetap bersih.
*Photo by Budka Damdinsuren via Unsplash
Komentar Anda?