Narasi dalam berita
Jenis kekacauan informasi seperti disinformasi, minformasi, dan mal-informasi yang telah diuraikan sebelumnya berbeda dengan berbagai narasi dalam berita tulen. Dua narasi bisa jadi tetap sah untuk menafsirkan situasi yang sama. Narasi yang berbeda dalam satu fakta tidak sama dengan melakukan misinformasi atau disinformasi.
Sebagai contoh, seorang jurnalis dapat menulis, “Meskipun berbeda level dengan Bernie Madoff, dugaan penipuan dalam kasus ini telah memukul para investor kecil.” Penulis lain dapat secara sah mengatakan sebaliknya: “Dugaan penipuan dalam kasus ini telah memukul para investor kecil, meski tidak sebesar kasus Bernie Madoff.”
Kedua pernyataan seolah sama, meski bobot fokusnya berbeda. Penulisan kedua lebih meminimalkan signifikansi perbandingan kasus baru dengan kasus penipuan yang dilakukan Bernie Madoff. Ia memilih berfokus pada dampaknya terhadap “investor kecil”. Sedangkan penulisan pertama menyoroti besaran kasus yang dianggap “lebih kecil”, dengan pembanding kasus yang melibatkan Bernie Madoff.
Perbedaan narasi dalam satu kasus juga bisa dilihat dari penelitian tentang pemberitaan Covid-191Ng R, Chow TYJ, Yang W (2021) News media narratives of Covid-19 across 20 countries: Early global convergence and later regional divergence. PLoS ONE 16(9): e0256358. (diakses 20 Januari 2022)., sejak awal kemunculannya di Wuhan, Tiongkok. Para peneliti menemukan empat fase narasi media berita online: Pra-pandemi, Awal, Puncak, dan Pemulihan, dalam pemberitaan Covid-19 di 20 negara.
Narasi pra-pandemi (19 Oktober–19 Desember) berbeda di seluruh wilayah; Afrika berfokus pada cacar monyet, Asia tentang demam berdarah, dan Amerika Utara tentang penyakit Lyme dan AIDS. Awal (Jan–Feb’20) dan Puncak Pandemi (Mar–Mei’20) membuktikan konvergensi global, yang mengkonfirmasi kehadiran Covid-19.
Transisi singkat dari narasi pandemi awal ke puncak menggambarkan penyebaran cepat pandemi. Saat pandemi memuncak, muncul kata-kata pemulihan yang berbeda secara regional—Oseania berfokus pada harapan dan masa depan yang tidak pasti sementara Amerika Utara berpusat pada pembukaan kembali ekonomi dan penanganan diskriminasi.
Intinya adalah narasi hadir dalam berita, termasuk juga dalam disinformasi, misinformasi, dan mal-informasi. Jadi narasi tertanam dalam fakta yang dipilih untuk ditonjolkan dalam berita. Dengan konteks kekacauan informasi, tertanam dalam “fakta” yang direka atau diambil di luar konteks.
Laporan berita tentang kejahatan, yang bukan disinformasi atau sejenisnya, mungkin tetap relevan saat menyebutkan dugaan ras atau kewarganegaraan pelaku dan korban. Mungkin faktanya terduga perampok adalah seorang migran dan laki-laki, dan korbannya adalah warga negara yang berjenis kelamin perempuan.
Penentuan apakah fakta-fakta tersebut penting untuk diangkat dalam cerita adalah fungsi dari kekuatan investigasi si jurnalis, dan khususnya bagian dari ideologi, perspektif, dan narasi tentang arti penting dan sebab-akibat yang ditampilkan secara sadar atau tidak sadar oleh si jurnalis.
Itulah alasan mengapa “pemeriksaan fakta” akan lebih menguntungkan jika disertai dengan “pembongkaran narasi”, yang memeriksa struktur makna di dalamnya, dan memilah fakta serta non-fakta yang dipakai untuk tujuan tertentu.