Trolling dan Astroturfing
Fenomena ini1Contoh penggunaan “astroturfing” untuk kepentingan pengajaran, lihat video di tautan ini yang ditampilkan pada laman di atas. mencakup merekayasa karakter dan peristiwa untuk menipu jurnalis dan khalayak, bersama dengan kampanye media sosial terorganisir yang bertujuan meniru reaksi publik organik. Kadang memang sulit untuk membedakan breaking news dan akun saksi mata otentik dari konten palsu atau tidak akurat yang sengaja menyesatkan atau merusak kredibilitas jurnalis dan komentator daring lain.
Contoh perilaku semacam ini antara lain:
- Rekayasa korban bencana dan serangan teroris (lihat contoh bom Manchester2Lihat contoh dari The Guardian (diakses 30/03/2018).) untuk membodohi orang supaya membagikan konten yang berpotensi merusak reputasi individu, termasuk jurnalis, yang mungkin di-tag dalam proses distribusi tersebut.
- Publikasi konten yang ditampilkan sebagai bernilai berita yang diproduksi oleh karakter fiktif seperti “Gay girl in Damascus”3Young, K. (2017). How to Hoax Yourself: The Case of the Gay Girl in Damascus, 9 November 2017, dalam The New Yorker. (diakses 30/03/2018).. Pada 2011, sejumlah media global melaporkan penangkapan pengeblog tersebut, yang konon adalah seorang lesbian Suriah, tapi penulisnya ternyata adalah seorang siswa AS yang berbasis di luar negeri. Jurnalis Jess Hill ditugaskan meliput cerita itu untuk program di Australian Broadcasting Corporation. Dia mengatakan nilai-nilai dan metode verifikasi tradisional mencegah programnya memperbesar informasi palsu itu. “Kami tidak melaporkan penangkapannya, karena satu alasan sederhana—kami tidak dapat menemukan siapa pun yang pernah bertemu dengannya secara langsung. Tidak ada kerabat, tidak ada teman pribadi. Kami menghabiskan dua hari untuk mencari orang-orang, dengan meminta kontak Suriah kami untuk merujuk kami ke orang-orang yang mungkin telah melakukan kontak dengannya, tapi setiap petunjuk menemui jalan buntu. Fakta bahwa kami tidak dapat menemukan siapa pun yang benar- benar bertemu dengannya memicu alarm, jadi kami tidak melaporkannya … Kantor berita yang bergegas melaporkan cerita itu tidak melakukan pekerjaan dasar untuk merujuk kembali ke sumber. Mereka melaporkan berita berdasarkan unggahan di blog.”4Posetti, J. (2013). op cit
Motivasi lain termasuk keinginan untuk mengalihkan perhatian jurnalis dari investigasi dengan memberikan jalur penyelidikan palsu yang menghambat upaya liputan, dan pada akhirnya, meredam upaya pencarian kebenaran.
Contoh gaya penyesatan ini antara lain:
- Upaya membingkai ulang klaim tentang besarnya kerumunan orang saat pelantikan Donald Trump pada Januari 2017 sebagai “fakta alternatif”5NBC News (2017) (diakses 30/03/2018).;
- Propaganda perang kontemporer, misalnya, seorang Taliban mencuitkan kepada akun Tweeter para jurnalis di Afghanistan dengan detail pertempuran yang salah dan menyesatkan6Cunningham, E (2011). In shift, Taliban embrace new media, GlobalPost. (diakses 30/03/2018).;
- Kumpulan data yang diserahkan kepada jurnalis yang memuat sejumlah informasi bernilai kepentingan publik yang dapat diverifikasi, tetapi telah dicampuri dengan disinformasi.