Elemen kekacauan informasi
Unggahan media sosial bisa direproduksi oleh media arus utama (yang beroperasi tanpa pengawasan memadai), lalu tersebar ke komunitas lain. Oleh karena itu, publik dan jurnalis khususnya, perlu mengenali berbagai elemen dari kekacauan informasi: Aktor atau Agen, pesan, dan penafsir atau interpreter.
Melalui permainan di bawah ini, Anda akan mengenali tiga elemen kekacauan informasi, dan daftar informasi yang harus diperdalam sesuai elemennya. Anda hanya perlu menemukan nama elemen untuk setiap daftar informasinya.
Agen yang memprakarsai konten rekaan mungkin bukan yang memproduksinya—pun distribusinya. Perlu memahami tentang siapa agen ini, dan apa motivasi mereka. Berbagai jenis pesan yang didistribusikan juga perlu dipahami sehingga dapat memperkirakan besaran penyebaran, dan cara mengatasinya.
Sebagai contoh, motivasi kampanye disinformasi yang disponsori negara sangat berbeda dari motivasi “troll” murahan yang bertugas mengubah tema kampanye. Motivasi yang berbeda bisa ditemukan begitu sebuah pesan didistribusikan, direproduksi, serta didistribusikan kembali tanpa akhir, oleh banyak aktor yang berbeda.
Hanya dengan membedah “kekacauan informasi”, pemahaman dapat dibangun terhadap nuansa-nuansa di antara elemen tersebut.
Sebagai pertimbangan lebih lanjut, perhatikan penjelasan dalam tabel berikut ini1Catatan editor: Untuk pertimbangan lebih lanjut, lihat Tabel 1. Sumber: Berger, G. 2017. (diakses 22/04/2018).
Karena agen yang mendalangi konten bisa berbeda dari produsen dan distributornya, penting untuk memperhatikan fase “kekacauan informasi” di samping elemen-elemennya. Pada setiap fase juga bisa ada agen yang berbeda. Tiga “fase” dari “kekacauan informasi” tersebut adalah: Kreasi, produksi, dan distribusi.
Viralnya kabar Paus mendukung capres Donald Trump adalah salah satu contoh yang paling terkenal2WTOE 5News (2016). Pope Francis shocks world, endorses Donald Trump for President, releases statement. (diakses 06/04/2018).. Itu merupakan studi kasus yang menarik untuk mengulas berbagai fase dari “kekacauan informasi”.