Beranda  »  Tata Laksana » Untuk Umum   »   Menjaga Kesehatan Mental di Linimasa

Menjaga Kesehatan Mental di Linimasa

Oleh: Melekmedia -- 17 November, 2021 
Tentang: ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Menjaga Kesehatan Mental di Linimasa

Kesehatan mental

Terkoneksi secara daring menghadirkan banyak peluang untuk terhubung, belajar, dan berbagi hal-hal lucu ataupun penting. Pada saat bersamaan, kesehatan mental mengadang.

Bila Anda pernah merasa media sosial membuat stres, iri, rendah diri, atau kecemasan sosial, Anda tidak sendirian. Hal-hal terkait kesehatan mental itu dilaporkan oleh banyak pengguna, bisa terjadi pada siapa saja.

Penggunaan media sosial sehatinya tidak selalu mengundang risiko kesehatan mental. Riset dari Harvard T.H. Chan School of Public Health yang dirilis pada 2019 menemukan bahwa media sosial bisa membawa kemalangan dan kegunaan bagi penggunanya. Sampel penelitiannya adalah orang dewasa di Amerika Serikat (AS).

Bukti awal studi itu menunjukkan seberapa rutin media sosial digunakan, dan seberapa terhubung pengguna pada platform secara emosional, berkaitan dengan tiga aspek kesehatan: kesejahteraan sosial, kesehatan mental yang positif, dan derajat kesehatan (berdasarkan penilaian mandiri).

Para penelitinya; Mesfin Awoke Bekalu, Rachel McCloud, dan Vish Viswanath, menemukan bahwa cara orang menggunakan media sosial juga memiliki dampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan, daripada sekadar frekuensi dan durasi penggunaannya.

Penggunaan media sosial secara rutin—sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari dan menanggapi konten yang dibagikan orang lain—berhubungan positif dengan ketiga aspek kesehatan yang telah disebutkan di atas.

Misalnya pada kehidupan orang-orang yang sibuk, penggunaan media sosial secara rutin dapat mengimbangi berkurangnya interaksi sosial tatap muka. Media sosial mengatasi hambatan jarak dan waktu, sehingga dapat memperluas dan memperkuat jejaring dan interaksi.

Adapun koneksi emosional ke media sosial—misalnya, memeriksa aplikasi secara berlebihan karena takut ketinggalan (sindrom FOMO), kecewa atau merasa terkucilkan dari teman saat tidak aktif di media sosial—terhubung secara negatif dengan ketiga aspek.

Kerugian banyak ditemukan pada pengguna berusia lebih tua, pendidikan lebih rendah, dan pada kelompok ras minoritas di AS. Terhadap mereka, intervensi perilaku dapat membantu. Semisal program mengendalikan perilaku diri sendiri, untuk menangani penggunaan media sosial yang bermasalah.

Meski demikian, masih perlu pendalaman mengenai hubungan antara cara penggunaan media sosial dengan kesehatan, khususnya faktor-faktor yang terkait dengan hubungan emosional.

Tetap waras di media sosial

Saat berselancar di media sosial, ada banyak cara untuk membuat linimasa “lebih sehat” sehingga pengguna bisa tetap waras. Salah satunya adalah menyaring konten yang tidak diinginkan.

Percayalah, tidak semua konten yang ada di media sosial harus dan perlu Anda ikuti. Mungkin hanya yang cocok dengan selera, atau benar-benar dibutuhkan.

Setidaknya ada dua cara yang bisa dipilih, membisukan akun tertentu, atau topik tertentu. Dengan membisukan sejumlah akun atau kata kunci tertentu, linimasa Anda lebih pendek dan lebih fokus pada apa yang ingin Anda baca—tanpa kehilangan koneksi atau mungkin teman.

Membisukan akun yang Anda ikuti di media sosial

Karena di media sosial pada dasarnya kita terkoneksi dengan pengguna lain, terkadang kita tidak ingin hubungan dengan akun tersebut terputus. Lewat fitur mute, Anda masih dapat berinteraksi dengan mereka lewat pesan langsung (DM), dan tak sadar bahwa Anda menyaring konten dari mereka.

Membisukan topik atau kata kunci

Bayangkan Anda fans Juventus dan gerah dengan komentar fans Ronaldo terhadap kepindahannya yang tak terduga ke Manchester United. Anda hanya ingin mendapat informasi tentang Juventus, tetapi tak ingin lagi menerima berita terkait dengan Ronaldo.

Beruntung, beberapa media sosial sudah menyediakan fitur untuk membisukan kata kunci tertentu. Prinsipnya seperti memfilter kata kunci Ronaldo dalam pencarian di Google tentang Juventus: “Juventus -Ronaldo”.

  • Twitter paling ramah dengan fitur ini: Lihat di laman bantuan Twitter.
  • Untuk membisukan kata kunci di YouTube: Lihat langkahnya di Wikihow.
  • Facebook sempat menguji coba fitur “Keyword Snooze”, tetapi kini telah dimatikan. Alternatifnya adalah menggunakan alat bantu seperti extension Social Fixer
  • Di Instagram, coba buka menu Settings > Privacy > Comments, dan klik untuk mengaktifkan Manual Filter. Di sana, masukkan kata kunci yang ingin dibisukan.
  • Di LinkedIn belum ditemukan fitur membisukan kata kunci, tetapi pengguna dapat menyembunyikan kiriman tertentu dengan mengeklik bagian atas kanan kiriman tersebut.

Mengubah perilaku saat berinternet

UNICEF pernah merilis lima kiat menjaga kesehatan mental, dengan bersikap baik kepada diri sendiri dan orang lain saat beraktivitas daring. Pertama, menggunakan media sosial untuk kebaikan. Anda bisa berbagi konten dan pesan positif untuk mendukung teman, keluarga, atau teman sekelas.

Jika terpancing menanggapi pesan atau posting secara negatif terhadap kawan-kawan atau kerabat, cobalah mengambil jeda. Pertimbangkan kembali apakah komentar tersebut dapat disampaikan dengan cara lain yang tidak menyakitkan hati, atau malah sebaiknya disampaikan secara langsung.

Tetapi jika menemukan konten atau menerima pesan yang dianggap intimidatif atau pelecehan, sebaiknya segera blokir dan laporkan. Setidaknya laporkan ke pengelola platform.

Kedua, gunakan panggung dan sumber daya daring ini untuk membantu mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mental yang baik. Ada banyak alat dan konten hebat yang dapat membantu mendukung semua aspek kesehatan dan kesejahteraan mental.

Cobalah dan temukan konten dan pembuat konten yang positif dan memotivasi untuk diikuti, seperti atlet, penyanyi, juru masak rumahan, wiraswasta, penulis, atau bahkan profesional yang berbicara tentang kesehatan mental.

Anda bahkan dapat menemukan kelompok yang menginspirasi untuk kesehatan jiwa dan raga. Tetapi hati-hati, jangan sampai tertipu. Bila meragukan, coba datangi klinik yang jelas alamat dan izin praktiknya.

Ketiga, lindungi diri Anda dan orang lain secara daring. Periksa pengaturan privasi di semua profil media sosial Anda. Tutup kamera webcam saat tidak digunakan. Berhati-hatilah saat mendaftar ke aplikasi dan layanan daring, terutama bila mengharuskan memberi nama lengkap, alamat, atau foto pribadi.

Jika khawatir tentang sesuatu yang Anda lihat atau alami secara daring, sebaiknya bicarakan dengan orang dewasa tepercaya seperti orang tua atau guru, melaporkan kejadian tersebut di platform yang bersangkutan (ingat untuk mengambil tangkapan layar sebagai catatan), atau mencari bantuan dan layanan kesehatan mental profesional.

Dukungan dari orang lain bisa sangat membantu, sehingga bila menemukan tanda-tanda bahwa rekan kerja, teman, atau bahkan orang asing tampak tidak sehat, dan menunjukkan tanda-tanda kesusahan, Anda bisa membantu mereka mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Keempat, hindari doomscrolling. Doomscrolling adalah “Tindakan tanpa henti menggulir aplikasi berita, media sosial, dan mendapati berita buruk,” jelas Ariane Ling, PhD, psikolog dan asisten profesor klinis di departemen psikiatri di NYU Langone Health, New York.

Perhatikan bagaimana media sosial dan konten daring memengaruhi emosi, pikiran, atau tindakan Anda. Apa yang Anda rasakan? Apakah membaca berita membuat merasa terinformasi atau justru tambah stres? Apakah melihat foto teman Anda di sebuah pesta membuat Anda merasa senang atau iri?

Mengidentifikasi mengapa online dan bagaimana perasaan Anda saat berselancar daring dapat membantu menetapkan batas waktu di media sosial, atau aplikasi internet yang lain. Anda dapat mencoba mematikan atau membatasi konten dari akun yang membuat Anda merasa tidak nyaman.

Kelima, tetap hadir dan terhubung di dunia nyata. Batas antara dunia daring dan luring terasa semakin kabur, sehingga sangat penting untuk mematikan dan beristirahat dari media sosial sesekali lalu menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga di kehidupan nyata (saat aman dilakukan dalam kondisi pandemi).

Cobalah menetapkan pengurangan waktu berinternet secara realistis, misalnya tidak online selama satu jam pertama hari ini, atau tepat sebelum tidur. Kegiatan seperti meditasi, berjalan-jalan, atau menelepon teman akan membantu Anda merasa lebih fokus dan santai.

*Photo by Anna Shvets from Pexels

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.