Beranda  »  Tata Laksana » Untuk Guru   »   Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran Digital

Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran Digital

Oleh: Melekmedia -- 27 Maret, 2022 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran Digital

Photo by Tatiana Syrikova from Pexels

Anda tidak dapat memahami suatu konsep jika tidak bisa mengingatnya. Demikian pula Anda tidak dapat menerapkan pengetahuan dan konsep jika tidak memahaminya.

Begitulah kira-kira kontinum dari Keterampilan Berpikir Tingkat Rendah (LOTS) hingga Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS), yang dikembangkan dalam taksonomi tujuan belajar oleh Benjamin Bloom. Aslinya, Bloom mengembangkan taksonomi di tiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Taksonomi Bloom, yang direvisi pada 2001, pada intinya penggunaan kata kerja dalam perumusan tujuan belajar untuk masing-masing kategori yang diatur dalam urutan dari rendah ke tinggi. Taksonomi yang populer di ranah kognitif, diadaptasi ke dalam pembelajaran digital.

Contoh taksonomi Bloom dalam membuat sebuah blog, termasuk kemampuan berpikir tertinggi, Mencipta. Dalam konteks melek media, membuat atau menulis blog merupakan kemampuan dalam hal memproduksi—selain memahami isi pesan media.

Guru atau siapapun pengajarnya, harus memilah kemampuan apa saja yang harus dikuasai siswa, sebelum ia benar-benar dapat membuat atau menulis blog dengan baik.

Kemampuan ini bisa kita urai menjadi beberapa kemampuan mendasar, misalnya bagaimana menilai tulisan/literatur dari internet yang kredibel dan tidak kredibel sebagai referensi. Ini adalah kemampuan Menganalisis hingga Mengevaluasi.

Untuk bisa menilai atau membuat kritik, maka siswa harus bisa menganalisis sebuah sumber, apakah memiliki ciri-ciri sumber yang kredibel, atau tidak. Mengelola blog bukan hanya soal menulis, tetapi juga menyunting, dan mengelola proses produksi.

Untuk menulis dengan baik, butuh kemampuan Mengaplikasikan prosedur menulis. Untuk bisa mempraktikkan prosedur menulis, maka ia harus Memahami betul apa saja prosedur yang harus ditempuh. Masih banyak aspek lain yang harus diperhatikan.

Maka, proses pembelajaran dalam mengelola blog, tidak sekadar berhadapan dengan papan ketik dan layar, lalu menyalin-tempel (copy paste) tulisan lain. Ini adalah kemampuan yang kompleks, membutuhkan sejumlah kompetensi.

Urutan Taksonomi Bloom terbaru

Bagi para pengajar, penting untuk memahami tingkat kompleksitas ini, agar tak salah tempat dalam memberi instruksi atau penugasan kepada siswa. Apalagi dalam pembelajaran jarak jauh, saat siswa-guru tidak bisa bertatap muka, dan mengandalkan media digital.

Kesalahan umum yang sering muncul adalah guru memberi penugasan di luar kemampuan siswa. Ini terjadi karena lalai memperhatikan tingkatan kemampuan kognitif, seperti yang ditunjukkan dalam Taksonomi Bloom.

Berikut urutannya dari kemampuan terendah ke kemampuan kognitif tingkat tinggi, beserta penjelasan dan contoh kata kerja serta penerapannya di dunia digital. Urutan ini versi yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88).

1. Mengingat. Bagian dari penguasaan materi, dengan mengingat pengetahuan dan informasi.

Contoh kata kerjanya: Mengenali, mendaftarkan, mengidentifikasi, mengingat. Adapun contoh kegiatannya antara lain:

  • Menunjukkan butir-butir: Ini analog dengan daftar butir penting dalam format digital (seperti butir-butir dalam presentasi di Ms Power Point).
  • Menyoroti atau menandai: Mendorong siswa memilih dan menyoroti atau menandai kata-kata kunci dan/atau frase sebagai teknik untuk mengingat.
  • Memfavoritkan: Memfavoritkan atau bookmark situs web untuk digunakan bila perlu. Siswa dapat mengatur ini kemudian, bila diperlukan.
  • Berjejaring sosial: Mengembangkan jejaring teman. Ini menempa dan menciptakan hubungan antara orang yang berbeda. Jaringan sosial membentuk kolaborasi dan jejaring.
  • Penanda sosial: Social bookmarking atau penanda sosial adalah penanda untuk situs web favorit tetapi versi daring. Teknologinya lebih maju karena bisa berkolaborasi dengan orang lain. Meski berkolaborasi dan berbagi adalah keterampilan tingkat tinggi, menggunakan penanda sosial ini adalah bentuk yang paling sederhana—daftar situs sederhana yang tersimpan secara daring, daripada secara lokal ke komputer pribadi.
  • Pencarian atau “Googling”: Mesin pencari menjadi elemen kunci dari penelusuran siswa di internet. Paling sederhana siswa hanya perlu memasukkan kata kunci atau frase ke dalam panel lema dari mesin pencari. Pada tingkat yang lebih tinggi, perlu mempersempit pencarian agar lebih spesifik.
2. Memahami. Tingkat paling dasar dalam hal memahami materi.

Contoh kata kerjanya: Menafsirkan, meringkas, menyimpulkan, memparafrasekan, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Beberapa contoh kegiatannya antara lain:

  • Pencarian Lanjutan dan Boolean: Pencarian tingkat lanjut. Siswa membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam untuk dapat membuat, memodifikasi, dan menyempurnakan pencarian agar sesuai dengan kebutuhan pencarian mereka.
  • Blog Journaling: Penggunaan blog yang paling sederhana, siswa hanya menulis jurnal harian atau tugas khusus. Ini menunjukkan pemahaman dasar tentang aktivitas yang telah dilakukan. Blog dapat digunakan untuk mengembangkan pemikiran tingkat tinggi ketika digunakan untuk diskusi dan kolaborasi.
  • Bermain Twitter: Dalam bentuk paling sederhana, bisa berupa satu atau dua kata kicauan, tetapi ketika dikembangkan, platform ini cocok untuk mengembangkan pemahaman dan berpotensi memulai kolaborasi.
  • Pengkategorian: Membuat klasifikasi digital, mengatur dan mengklasifikasikan file, situs web, dan materi menggunakan folder, dll.
  • Mengomentari dan memberi anotasi: Berbagai alat tersedia untuk berkomentar dan memberi anotasi pada halaman web, file .pdf, dan dokumen lainnya. Pengguna mengembangkan pemahaman dengan mengomentari halaman. Ini mirip dengan menulis catatan di hand out, tapi berpotensi lebih kuat karena dapat menautkan dan mengindeks materi yang diulas.
  • Berlangganan – Berlangganan atau subscribing, biasanya melalui kanal RSS yang disediakan situs web. Berlangganan dengan sendirinya tidak menunjukkan atau mengembangkan pemahaman, tetapi proses membaca dan meninjau kembali feed yang dilanggani mengarah pada pemahaman yang lebih kuat.
3. Menerapkan. Menerapkan atau mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.

Contoh kata kerjanya: Menerapkan, melaksanakan, mengeksekusi, menggunakan, mengimplementasikan, menjalankan. Contoh kegiatannya antara lain:

  • Menjalankan dan mengoperasikan: Ini adalah tindakan memulai program atau mengoperasikan dan memanipulasi perangkat keras dan aplikasi untuk mencapai tujuan tertentu.
  • Bermain gim: Meningkatnya kemunculan gim sebagai mode pendidikan menyebabkannya layak masuk daftar kegiatan. Siswa yang berhasil memainkan atau mengoperasikan suatu gim menunjukkan pemahaman tentang proses dan tugas serta penerapan keterampilan.
  • Mengunggah dan berbagi: Mengunggah materi ke situs web dan berbagi materi melalui situs seperti Instagram, Flickr dll. Ini bisa jadi kolaborasi sederhana, tetapi membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
  • Peretasan: Peretasan dalam bentuk yang sangat sederhana adalah menerapkan seperangkat aturan sederhana untuk mencapai tujuan atau sasaran. Biasanya terkait penguasaan bahasa pemrograman, dan memanfaatkan kemampuan itu untuk mengubah sesuatu.
  • Pengeditan: Pada sebagian besar media, pengeditan maupun penyuntingan adalah proses atau prosedur yang dilakukan seorang editor. Ia perlu memiliki pemahaman yang cukup mendalam tentang topik yang disuntingnya.
4. Menganalisis. Membuat analisis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.

Contoh kata kerjanya: Membedakan, menstrukturkan, mendekonstruksi, menghubungkan, menguraikan, memilih, mengelompokkan, mengorganisir, mengintegrasikan. Misalnya dalam bentuk:

  • Mashing: Mash-up maksudnya mengintegrasikan beberapa sumber data menjadi satu sumber daya. Data yang berlimpah saat ini butuh proses yang kompleks, sehingga kemampuan memilah, memilih, dan mendayagunakan data agar mudah diakses.
  • Menautkan: Ini adalah kemampuan membangun dan menjalin tautan di dalam dan di luar dokumen maupun halaman web.
  • Reverse-engineering: Ini mirip dengan dekonstruksi. Hal ini juga terkait dengan cracking dan hacking, tapi tanpa implikasi negatif. Mendekonstruksi sesuatu terkadang dibutuhkan untuk pemahaman yang lebih dalam.
  • Cracking: Perlu mempelahari cracker untuk memahami dan mengoperasikan aplikasi atau sistem yang di-crack, menganalisis kekuatan dan kelemahannya dan kemudian mengeksploitasinya.
  • Memvalidasi: Banyaknya informasi yang tersedia untuk dikombinasikan, tetapi di sisi lain kurangnya otentikasi data, siswa hari ini dan pada masa depan harus dapat memvalidasi kebenaran sumber informasi mereka. Untuk melakukan ini mereka harus mampu menganalisis sumber data dan membuat penilaian berdasarkan hasil analisis tersebut.
  • Tagging: Ini mengatur, menyusun dan menghubungkan data online, seperti meta-tagging halaman web, dll. Siswa harus dapat memahami dan menganalisis konten halaman untuk dapat menandai mana yang relevan. Mirip dengan tagging akun di sebuah konten media sosial, tetapi bisa lebih luas meliputi etiketnya, dan beragam jenis pengetahuan.
5. Mengevaluasi. Kemampuan dalam membuat penilaian atas pengetahuan dan pengalaman.

Contoh kata kerjanya: Memeriksa, mengkritisi, bereksperimen, menilai, menguji, mendeteksi, memantau. Adapun beberapa contoh kegiatannya antara lain:

  • Berkomentar dan refleksi blog/vlog: Pada blog dan video blog biasanya tersedia fitur untuk memberi komentar. Kritik yang membangun dan praktik reflektif dapat dilatihkan lewat fitur tersebut. Begitu pula di platform media sosial yang lain. Siswa yang berkomentar dan membalas postingan harus mengevaluasi materi sesuai konteks.
  • Posting: Memposting atau mengirim komentar ke blog, papan diskusi, diskusi berulir (dalam thread atau utas). Ini adalah elemen yang kini semakin umum dilakukan siswa. Komentar yang baik, bukanlah jawaban satu baris yang sederhana melainkan terstruktur dan dibangun untuk mengevaluasi topik atau konsep.
  • Moderasi: Ini adalah evaluasi tingkat tinggi; seorang moderator harus dapat mengevaluasi postingan atau komentar dari berbagai perspektif, menilai nilai, nilai, dan kelayakannya.
  • Berkolaborasi dan berjejaring: Kolaborasi adalah fitur pendidikan yang butuh kemampuan kognitif tingkat tinggi. Di dunia yang semakin fokus pada komunikasi, kolaborasi yang mengarah pada kecerdasan kolektif adalah aspek kunci. Kolaborasi yang efektif melibatkan evaluasi kekuatan dan kemampuan para peserta mengevaluasi kontribusi mereka.
  • Pengujian (Alpha dan Beta): Pengujian aplikasi atau situs web, menjalankan proses dan prosedurnya, merupakan elemen kunci dalam pengembangan produk apapun. Untuk menjadi penguji yang efektif, siswa harus memiliki kemampuan untuk menganalisis tujuan pembuatan alat atau prosesnya, apa fungsinya yang benar, dan apa fungsinya saat ini.
6. Mencipta. Membuat “produk” baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.

Contoh kata kerjanya: Merancang, membangun, mengembangkan, memproduksi, membuat hipotesis, membuat. Tingkat paling tinggi dalam taksonomi kognitif ini contohnya antara lain:

  • Pemrograman: Baik itu membuat aplikasi sendiri, memprogram makro, atau mengembangkan game, atau banyak lagi aplikasi media daring dalam lingkungan terstruktur. Siswa secara rutin membuat program mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
  • Pembuatan film, animasi, videocasting, podcasting, mixing dan remixing: Ini berhubungan dengan meningkatnya ketersediaan multimedia dan alat penyuntingan untuk memproduksi konten multimedia. Siswa sering menangkap, membuat, atau mencampur konten untuk menghasilkan produk yang unik.
  • Mengarahkan dan memproduksi: Mengarahkan atau memproduksi suatu produk, pertunjukan, atau produksi konten tertentu adalah proses yang sangat kreatif. Hal ini menuntut siswa untuk memiliki visi, memahami komponen dan menggabungkannya menjadi produk yang koheren.
  • Penerbitan: Baik melalui web atau dari komputer rumah, penerbitan dalam format teks, media atau digital semakin meningkat. Ini membutuhkan pengetahuan yang luas, tidak hanya tentang konten yang diterbitkan, tetapi mengenai proses produksinya. Termasuk video blogging (produksi video blog), menulis blog, dan juga wikiing (membuat, menambah dan memodifikasi konten di wiki).

Manfaat Penggunaan Taksonomi Bloom

Dalam pembelajaran, Taksonomi Bloom biasanya digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan pembelajaran. Pemilihan kata kerja yang tepat, akan membantu guru dalam merancang tujuan pembelajaran, sehingga rancangan kegiatan belajarnya pun akan lebih runut.

Dengan panduan Taksonomi Bloom, pembelajaran dapat berjalan sesuai tingkatan. Menghindarkan materi atau penugasan yang melebihi tingkat kemampuan kognitif siswa. Misalnya, ujug-ujug menyuruh siswa membuat materi presentasi dari internet, bukanlah penugasan yang pantas bagi siswa yang belum mampu memvalidasi materi yang akan digunakan.

Dalam sebuah skripsi tentang penerapan Taksonomi Bloom dalam Matematika, ditemukan bahwa guru responden merasa belum menguasainya. Lewat pertanyaan tentang penggunaan Taksonomi Bloom dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), ada gutu yang menyatakan:

“… jarang diterapkan karena masih bingung meletakkan tingkat berfikir yang cocok dan relavan dengan pemikiran siswa dan tujuan yang ingin dicapai.”

Bahkan, ada yang menyatakan, “Sudah mengetahui namun belum memahami betul dari keenam tingkatan Taksonomi Bloom tersebut.”.

Jawaban-jawaban tersebut, bisa ditemui di mana saja, pada guru-guru di Indonesia. Taksonomi Bloom, di atas kertas hanya seperti kumpulan kata-kata kerja, tetapi lebih dari itu perlu memahami tingkatannya sesuai konteks. Tak ada rumus yang baku yang bisa berlaku untuk semua pelajaran.

Patut diingat, penggunaan kata kerja dalam Taksonomi Bloom adalah membantu merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan ini, biasanya disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dikuasai. Adapun daftar kompetensinya, sudah diatur dalam kurikulum.

Penting untuk mengingat prinsip dasar ini: “Anda tidak dapat memahami suatu konsep jika tidak bisa mengingatnya. Demikian pula Anda tidak dapat menerapkan pengetahuan dan konsep jika tidak memahaminya.”

Urutan kemampuan kognitif dalam Taksonomi Bloom mengingatkan guru agar tidak “melompat” saat merancang proses pembelajaran. Jangan paksakan siswa membuat analisis, saat pengetahuan dasarnya pun belum ia pahami. Begitu pula jangan gunakan aktivitas pembelajaran di tingkat rendah, tetapi diukur dengan tingkatan yang lebih tinggi.

Jangan sepelekan metode pembelajaran digital untuk membantu siswa mengingat materi. Guru harus kreatif mencari metode, jangan berhenti pada perintah untuk menghafalkan materi tersebut. Ada banyak aktivitas, di ranah daring, yang bisa dimanfaatkan untuk membantu siswa mengingat.

Misalnya membuat teka-teki, puzzle, atau kuis kecil. Ingat, daya ingat siswa tidak seragam, ada yang butuh aktivitas fisik, ada yang cukup dengan membaca, ada pula yang cukup dengan melihat. Perbedaan kemampuan siswa ini harus diakomodir lewat beragam aktivitas pembelajaran.

Baiklah, mari kita coba dengan contoh konkret. Agar Anda mengingat beberapa butir penting dalam tulisan barusan, silakan coba menjawab kuis sederhana di bawah ini:

*Foto dari Pixabay

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.