Beranda  »  Artikel » Pantau Media   »   CEK FAKTA: Black Campaign atau Agenda Setting?

CEK FAKTA: Black Campaign atau Agenda Setting?

Oleh: Melekmedia -- 18 Februari, 2013 
Tentang: , , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada CEK FAKTA: Black Campaign atau Agenda Setting?

Trio Macan Black Campaign

Isu Dede Yusuf  kelayapan di karaoke plus-plus ini adalah hoaks. Isu ini diduga justru untuk mendongkrak popularitasnya. Atau, hoaks yang dipakai untuk memeras korban.

Beberapa saat yang lalu, Anda pasti pernah menyaksikan berbagai media memuat gosip wakil gubernur yang diduga kelayapan ke tempat hiburan. Dengan bukti sebuah foto mobil yang sedang parkir, dan foto perempuan seksi yang dianggap sebagai teman kencan si wagub, gosip pun menyebar luas.

Menjelang pemilu, ketika para calon wakil rakyat atau para pemimpin akan beradu di pentas pemilihan, kampanye-kampanye hitam tak jarang mewarnai media-media massa. Ada yang melalui jalur media mainstream, dan belakangan yang mulai populer digunakan adalah media sosial.

Apakah benar semua kampanye hitam bertujuan menghantam citra si korban? Bagaimana jika justru digunakan untuk menaikkan popularitas?

Foto atau video yang kini semakin mudah disebarkan lewat media sosial, menjadi sasaran empuk para penyebar informasi untuk mendapatkan perhatian publik. Media massa tak kalah empuk dijadikan jalur komunikasi, meski tentu saja akan lebih sulit memasok berita personal yang buktinya tak lengkap ke media mainstream. Mereka butuh lebih dari sekedar gosip.

Seperti yang terjadi pada kasus Dede Yusuf, isunya ditiupkan akun Twitter @TrioMacan2000 yang terkenal sangat berpengaruh di antara para pengikutnya. Begitu ia menyebar serangkaian kicauan tentang kelakuan si wagub, hebohlah linimasa.

Berdasarkan rekaman kicauan yang terkumpul di Chirpstory.com, kicauan itu dibuat tanggal 27 Oktober, sedangkan Sang Wagub ditunjuk resmi oleh partai pengusungnya sebagai Cagub Jabar, pada 5 Oktober 2012. Maka mudah untuk menyimpulkan, bahwa informasi ini sengaja ditiupkan untuk menyerang kredibilitasnya. Beritanya pun langsung terangkut di media daring.

Tak menunggu lama, isu ini disambut infotainment di televisi. Paling tidak ada 3 rekaman yang diunggah ke YouTube dari infotainment tersebut. Isu dalam infotainment sekilas seperti sedang membunuh karakter Sang Wagub. Tiga tayangan ini, kalau kita perhatikan lebih lanjut, akan memunculkan beberapa hal menarik.

Kemasannya dirancang sedemikian rupa sehingga bukan isu kelayapan di karaoke plus-plus yang muncul, melainkan pesan yang membantah bahwa isu ini tidak benar. Meski seolah melakukan investigasi, tak ada satu fakta pun yang mengkonfirmasi bahwa sang wagub memang doyan kelayapan ke tempat karaoke seperti yang dituduhkan.

Dari wawancara dengan seseorang narasumber di tempat hiburan itu, ia mengatakan bahwa sang wagub sudah lama tak ke sana. Ia malah menyinggung bahwa banyak pejabat yang sering datang ke tempat tersebut. Dari dua wawancara dengan tokoh, sang gubernur dan seorang rekan sesama artis lainnya, isinya juga menegasi isu tersebut.

Dalam tayangan yang lain, si rekanan justru menjadi testimoni positif bagi sang wagub. Si rekanan belakangan malah meng-endorse kandidat yang lain. Sementara Sang Gubernur, menolak berkomentar. Reaksi yang terakhir ini sudah pasti mudah diduga.

Berikut adalah rangkaian videonya, yang diunggah pada tanggal 31 Oktober 2012 oleh pengguna bernama LoveWinstap. (Semua akun video-video berikut telah dihapus oleh Google).

http://www.youtube.com/watch?v=I6T06wcLwig http://www.youtube.com/watch?v=8xSzSWF-vGI http://www.youtube.com/watch?v=wFf1dGdsJrc

Dalam tayangan infotainment tersebut, juga ditampilkan foto perempuan seksi yang diduga sebagai teman kencan si wagub. Jika infotainment ini benar melakukan investigasi, maka dari Google saja mereka akan tahu kalau foto itu aspal, asli tapi palsu.

Informasi dalam tayangan tidak menyebutkan apakah foto tersebut asli atau palsu, melainkan membuat penafsiran yang mengambang. Sekilas mengarahkan pemirsa bahwa foto yang beredar di dunia maya itu bisa dijadikan “bukti”, untuk menguatkan drama dalam gosip ini.

Dede Yusuf,Agenda Setting,Black Campaign

Foto perempuan yang digadang sebagai seseorang bernama “Emmy” itu, tak lain adalah aktris asal Cina, Viann Zhang Xin Yu. Aktris dan model ini sangat populer karena penampilannya, jadi seharusnya tak sulit untuk menemukannya di internet. Paling tidak pihak infotainment seharusnya bisa menghadirkan ahli telematika Roy Suryo untuk mengidentifikasi siapa yang ada di dalam foto tersebut. Pertanyaan besarnya, kenapa si infotainment tak membuka fakta itu?

Kesimpulan

Dede Yusuf,Agenda Setting,Black Campaign

Tuduhan Dede Yusuf kelayapan di tempat karaoke jelaslah hoaks belaka. Sosok perempuan yang digadang bersama dede, adalah foto aktris asal Cina.

Meski demikian, akun @Triomacan2000, yang pertama menyebar hoaks ini, terindikasi pendukung Dede Yusuf. Menjawab pertanyaan soal Pilgub Jabar, sekitar empat jam yang lalu saat artikel ini ditulis, sambil cengengesan ia menyatakan pemenang pilgub kali ini adalah Sang Wagub, Dede Yusuf Macan Effendi.

Kita bisa membuat kesimpulan isu Dede Yusuf kelayapan di karaoke plus-plus ini sejatinya adalah upaya mendongkrak popularitasnya. Bisa diduga, upaya ini sebenarnya adalah rancangan timses-nya sendiri, memainkan isu berisiko tinggi untuk mendapat perhatian publik.

Kenapa cara yang berisiko ini bisa sukses, karena masyarakat kita memang masih cukup payah dalam hal mencerna isi pesan dalam media massa, terutama pesan-pesan yang bisa memancing emosi seperti isu-isu selingkuh para tokoh atau selebriti. Asalkan isunya hot, biasanya cepat menyebar dan membantu popularitas si kandidat, secara mudah.

Anda bisa mencerna semua informasi dari berbagai sudut pandang, terutama mencoba menganalisis, siapa yang diuntungkan setiap kali ada berita yang heboh di media massa. Sebagai referensi, tak sedikit gerakan atau aksi demonstrasi yang diatur sedemikian rupa seolah menentang, padahal dimobilisasi oleh pihak yang ditentang.

Tujuannya, mendongkrak popularitas. Media yang dijadikan sasaran, terutama televisi, karena hingga saat ini menurut penelitian Nielsen, masih menjadi media dengan penetrasi hampir 100% di kalangan masyarakat Indonesia yang menonton televisi.

Bisa dibayangkan betapa hebatnya media, terutama orang-orang di belakangnya, yang bisa membolak-balik fakta untuk membangun persepsi yang menguntungkan satu pihak. Satu hal yang pasti, terbukti bahwa infotainment tidak layak untuk disebut sebagai karya jurnalistik, karena bekerja serampangan, tanpa tanggung jawab sosial untuk menyampaikan kebenaran dengan cara-cara yang etis.

Tapi jangan salah tafsir dulu, media bukan pihak yang jahat dalam hal ini, melainkan orang-orang yang mengemasnya. Sayangnya, upaya yang sangat canggih seperti ini, mungkin tak akan bisa disebut sebagai pelanggaran hukum, tetapi cenderung pada pelanggaran etika. Etika berkomunikasi antara calon pemimpin dengan rakyatnya, dengan memanipulasi pesan di media massa untuk mendapatkan keuntungan.

Update Desember 2014: Masih ada kemungkinan lain yang muncul. Akun-akun pseudonim yang hobinya membongkar aib politisi, juga punya agenda memeras korban. Bisa jadi, korban tadinya sudah diancam dengan isu tersebut, dan meminta sejumlah uang. Lalu, isu ditebar bila korban menolak.

Hal ini terungkap setelah tiga admin akun @Triomacan2000 jadi tersangka pemerasan. Seperti dilansir VIVA.co.id pada 3 November 2014, Subdit Cyber Crime Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya telah menetapkan tiga admin akun Twitter @Triomacan2000 menjadi tersangka. Mereka adalah Raden Nuh, Edi Syahputra, dan Herry Koes Haryono.

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.