Beranda  »  Sorotan Media   »   Potret Perilaku Pengguna Media Sosial

Potret Perilaku Pengguna Media Sosial

Oleh: Melekmedia -- 13 Juni, 2022 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Potret Perilaku Pengguna Media Sosial

Survei media sosial Populix roman odintsov

Warganet menikmati waktu luang dan mencari informasi atau berita terbaru di media sosial. Mereka mungkin belum familier dengan metaverse, tapi tertarik untuk mencari tahu.

Survei “Social Media Habit and Internet Safety” dirilis oleh Populix (10/6/2022), rintisan penyedia layanan consumer insights asal Indonesia. Sebanyak 1.023 responden terlibat survei pada 30 Maret – 1 April 2022.

Lebih dari setengah responden dari sekitaran Jakarta, dan statusnya lulusan sekolah menengah. Usianya pun dominan 18-25 tahun, mencapai lebih dari 60 persen responden.

Dari sekian banyak responden yang doyan bermedsos ria, paling banyak mengakses YouTube (94 persen), Instagram (93 persen), dan TikTok (63 persen). Sisanya main Facebook (59 persen) dan Twitter (54 persen).

Tiga alasan utama mereka nongkrong di medsos atau jejaring sosial adalah mengisi waktu luang, atau mencari berita atau info-info terbaru (79 persen), atau sekadar menjalin kontak dengan teman atau rekanan (66 persen).

Adapun hiburan (75 persen), musik dan film (66 persen), lalu berita film (48 persen) jadi konten lazim di mata responden. Ketiga kategori pertama bisa berkelindan, musik dan film sebagian besar sifatnya menghibur.

Tidak mengejutkan lantaran responden mengaku paling banyak mencari konten hiburan (22 persen) di medsos, lalu musik (14 persen). Pencari film dan berita lewat medsos sama banyak (12 persen).

Keamanan bermedia sosial

Dengan durasi di media sosial mencapai 1-4 jam sehari, pengguna tak jarang dihadapkan pada pengalaman negatif di ranah daring. Sejumlah fitur sudah tersedia untuk mengantisipasi pengalaman negatif tersebut.

“Melalui studi ini, kami ingin melihat lebih jauh seputar pemahaman dan sejauh apa orang Indonesia menggunakan fitur-fitur [keamanan] tersebut untuk melindungi pengalaman online mereka di media sosial secara umum,” ujar Chief Technology Officer Populix, Jonathan Benhi.

Responden mengaku pengalaman negatif yang paling sering dihadapi adalah konten spam (52 persen). Berikutnya konten palsu (31 persen) dan galat karena situs mengalami perawatan (30 persen).

Dalam hal keamanan, 48 persen responden menyatakan familier dengan isu privasi dan fitur keamanan di masing-masing panggung, khususnya responden laki-laki. Kendati begitu 49 persen di antaranya ragu-ragu, dan hanya 3 persen yang mengaku tidak familier sama sekali.

Pengetahuan tentang privasi dan fitur keamanan ini terkonfirmasi dalam pertanyaan selanjutnya tentang penggunaan atau aktivasi fitur di akun masing-masing.

Hampir 9 dari 10 pengguna media sosial memanfaatkan fitur keamanan saat online, terutama pengaturan privasi dan lokasi. Selain itu, setengah dari pengguna mengubah password media sosial mereka secara teratur.

Mengingat profil pengguna yang menjadi responden, cukup aman bila disimpulkan bahwa anak-anak muda perkotaan pengguna media sosial cenderung lebih perhatian pada isu privasi dan keamanan.

populix aman bermedia sosial

Metaverse menarik perhatian

Survei yang melibatkan lebih dari seribu responden itu juga menggali ketertarikan masyarakat Indonesia tentang metaverse. Sebagian besar reponden belum familier, tetapi tertarik untuk mengenal lebih jauh.

Populix menemukan 45 persen responden tertarik bergabung di metaverse, 48 persen lainnya belum memutuskan, dan 7 persen responden menyatakan tidak tertarik.

Temuan ini bisa jadi berkorelasi dengan dua pertanyaan lain soal pengetahuan mereka tentang metaverse, dan minatnya untuk mempelajari lebih jauh.

Hanya 29 persen yang mengaku familier dengan semesta meta, sebagian besar (48 persen) mengaku tidak yakin. Hampir seperempat lainnya (23 persen) mengaku tak tahu menahu.

Saat ditanya apakah tertarik untuk mengetahui lebih lanjut, hampir setengah menyatakan masih ragu-ragu (49 persen). Meski begitu, 42 persen lain mengaku tertarik, hanya 9 persen yang tampaknya tak peduli.

Mereka yang sudah tertarik untuk bergabung, menyatakan ketersediaan platform media sosial yang disempurnakan dengan kebebasan yang lebih besar menjadi alasan utama. Alasan lainnya adalah cara berkomunikasi yang lebih canggih dan lebih banyak peluang pemasaran.

*Foto ilustrasi: ROMAN ODINTSOV

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.