
Setiap berinteraksi dengan internet, kita meninggalkan jejak. Jejak ini, dikenal sebagai “jejak digital”, adalah kumpulan data unik yang terekam melalui aktivitas daring. Pahami dan kelola jejak digital, kalau mau menjaga reputasi pribadi hingga keamanan di ranah daring.
Jejak digital adalah rekam jejak yang Anda tinggalkan saat menggunakan internet. Termasuk semua aktivitas daring, yang disengaja maupun tidak disadari. Setiap mengirim email, memposting di media sosial, belanja daring, bahkan hanya menjelajahi situs web.
Ada dua kategori jejak digital, yaitu jejak digital aktif dan pasif, menurut situs IBM. Jejak Digital Aktif (Active Digital Footprint) adalah data yang sengaja Anda bagikan ke internet. Contohnya postingan media sosial, komentar di blog, dan email yang terkirim.
Bisa juga berbentuk informasi yang Anda masukkan ke formulir online, atau ulasan produk yang Anda tulis di situs belanja. Intinya, Anda memiliki kontrol langsung atas jenis jejak ini—Anda sengaja membuat jejak itu agar dapat ditemukan orang lain.
>> Anda bisa main sambil belajar di LMS: Jejak-pasif-dan-aktif
Sementara Jejak Digital Pasif (Passive Digital Footprint) adalah data tentang Anda yang tanpa disadari tertinggal di internet. Misal terlacak melalui cookies saat menelusuri web, lokasi geografis yang dilacak otomatis oleh aplikasi, atau alamat IP Anda. Sangat disarankan tak mengumbar data ini.
Kalau pernah mendengar Google Analytics—salah satu layanan analitik terpopuler di internet—mampu merekam perilaku pengunjung web atau aplikasi karena mendayagunakan cookies. Jejak seperti ini lebih sulit untuk dikontrol atau dihapus.
Google Analytics “membuntuti” pengguna demi wawasan bagi pemilik situs, meski data yang dikumpulkan bersifat anonim secara default. Misalnya saat Anda membaca artikel ini, setidaknya kami tahu Anda dari kota mana, menggunakan perangkat apa, dan berapa lama membaca.
Mungkin data tersebut tidak termasuk PII, atau Personally Identifiable Information, yaitu data yang dapat mengidentifikasi siapa diri Anda. Meski begitu data tersebut dapat membentuk model untuk memetakan perilaku konsumen. Ini berguna untuk kampanye, komersial maupun politik.
Bentuk-Bentuk Jejak Digital
Jejak digital hadir dalam berbagai bentuk, mencerminkan beragam aktivitas online kita. Untuk memudahkan mengenali bentu-bentuknya, mari kita uraikan menurut jenis platformnya:
- Media Sosial: Postingan, foto, video, komentar, like, dan informasi profil Anda di platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, LinkedIn, dan TikTok.
- Email: Isi email yang Anda kirim dan terima, daftar kontak, dan metadata email seperti alamat pengirim dan penerima.
- Riwayat Penelusuran dan Unduhan: Situs web yang Anda kunjungi, istilah atau lema pencarian yang Anda gunakan, dan file yang Anda unduh.
- Informasi Belanja Daring: Riwayat pembelian, preferensi produk, dan informasi pembayaran yang tersimpan di situs belanja.
- Aplikasi dan Layanan Daring: Data yang Anda masukkan saat mendaftar atau menggunakan aplikasi seluler, layanan streaming, atau platform cloud.
- Data Lokasi: Informasi lokasi yang dikumpulkan oleh ponsel pintar atau aplikasi yang menggunakan GPS, atau dari penyedia koneksi internet.
- Forum dan Blog: Komentar, postingan, dan interaksi Anda di forum diskusi, blog, atau situs berita.
- Informasi Pribadi yang Bocor: Data Anda yang mungkin bocor akibat pelanggaran data (data breaches) dari layanan yang pernah Anda gunakan.
Bagaimana Jejak Digital Terjadi?
Jejak digital terbentuk melalui berbagai cara, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kecuali Anda benar-benar off the grid (sepenuhnya luring). Berikut kemungkinan perilaku yang meninggalkan jejak:
- Mengeklik Tautan: Setiap klik tautan adalah tindakan yang direkam oleh setidaknya satu pihak (situs web yang Anda kunjungi, browser, atau ISP), atau beberapa pihak sekaligus. Dalam situasi phishing, ini bisa sangat berbahaya.
- Pendaftaran Akun: Setiap kali Anda membuat akun baru di media sosial, situs belanja, atau layanan online lainnya, Anda memberikan informasi pribadi yang menjadi bagian dari jejak digital Anda.
- Aktivitas Harian: Penjelajahan web, pengiriman email, pesan instan, dan interaksi di media sosial secara otomatis mencatat data tentang kebiasaan dan preferensi Anda.
- Penggunaan Cookies: Situs web menggunakan cookies untuk melacak aktivitas Anda, mengingat preferensi, dan menyediakan iklan yang relevan. Ini adalah salah satu cara utama jejak digital pasif terbentuk.
- Aplikasi dan Perangkat: Aplikasi di ponsel Anda sering kali meminta izin untuk mengakses lokasi, kontak, atau galeri foto Anda. Memberikan izin ini menambah data ke jejak digital Anda.
- Pelanggaran Data: Sayangnya, jejak digital Anda juga dapat tersebar melalui pelanggaran data di mana perusahaan atau organisasi yang menyimpan informasi Anda diretas, dan data tersebut jatuh ke tangan yang salah.
- Pencarian Nama di Mesin Pencari: Informasi tentang Anda yang diindeks oleh mesin pencari (misalnya, Google) dari sumber publik juga merupakan bagian dari jejak digital Anda.
Bagaimana Agar Tak Meninggalkan Jejak?
Mustahil untuk sepenuhnya menghilangkan jejak digital di dunia modern, meski ada fitur untuk menghapus jejak. Berikut ini langkah proaktif untuk meminimalkan dan mengelolanya:
- Jangan Klik Sembarangan: Hati-hati bila mendapat tautan yang dapat diklik, baik melalui media sosial, aplikasi pesan, atau lewat e-mail. Yakinkan tautan itu dari sumber/di platform terpercaya.
- Berhati-hati dalam Berbagi Informasi: Pikir dua kali sebelum memposting atau membagikan informasi pribadi, foto, atau video di media sosial. Asumsikan apa pun yang Anda posting bisa menjadi publik dan permanen.
- Periksa Pengaturan Privasi: Secara rutin tinjau dan sesuaikan pengaturan privasi di semua akun media sosial, aplikasi, dan layanan online Anda. Batasi siapa yang dapat melihat postingan dan informasi pribadi Anda.
- Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik: Buat kata sandi yang kompleks (kombinasi huruf besar, kecil, angka, dan simbol) dan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun. Pertimbangkan menggunakan pengelola kata sandi.
- Aktifkan Otentikasi Dua Faktor (2FA): Ini menambahkan lapisan keamanan ekstra. Bahkan jika kata sandi Anda bocor, penyerang masih memerlukan kode verifikasi kedua untuk masuk.
- Hapus Riwayat Penelusuran, Cache, dan Cookies Secara Berkala: Bersihkan data penjelajahan Anda secara teratur di semua browser yang Anda gunakan.
- Gunakan Mode Penyamaran (Incognito/Private Browsing): Meskipun tidak sepenuhnya anonim, mode ini mencegah browser menyimpan riwayat penelusuran, cookies, dan data formulir untuk sesi tersebut.
- Waspadai Izin Aplikasi: Saat mengunduh aplikasi baru, cermati izin yang diminta. Jangan berikan akses yang tidak relevan dengan fungsi aplikasi.
- Hindari Wi-Fi Publik yang Tidak Aman: Jaringan Wi-Fi publik sering kali tidak terenkripsi dan rentan terhadap penyadapan. Gunakan VPN (Virtual Private Network) untuk mengenkripsi koneksi Anda saat menggunakan Wi-Fi publik.
- Pisahkan Akun: Pertimbangkan untuk memiliki akun email terpisah untuk keperluan pribadi, pekerjaan, dan pendaftaran layanan yang kurang penting.
- Jangan Menyimpan Kata Sandi di Browser: Meskipun nyaman, ini bisa berisiko jika perangkat Anda diakses oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Bagaimana Bila Jejak Telanjur Tersebar?
Jika jejak digital Anda sudah tersebar, ada pilihan terbatas untuk membersihkannya, misal lewat fitur yang ditawarkan Google. Selain itu, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
- Cari Nama Anda di Mesin Pencari: Lakukan pencarian nama Anda sendiri di Google dan mesin pencari lainnya. Ini akan memberi Anda gambaran tentang informasi apa saja yang tersedia untuk umum.
- Hapus Akun Lama yang Tidak Terpakai: Akun media sosial, email, atau layanan lain yang sudah tidak Anda gunakan dapat menjadi celah keamanan. Hapus akun-akun ini secara permanen jika memungkinkan. Jika tidak, minimal hapus informasi pribadi yang ada di dalamnya.
- Hapus Unggahan atau Konten Lama: Tinjau postingan lama di media sosial, blog, atau forum. Hapus konten yang tidak relevan, memalukan, atau berpotensi merugikan reputasi Anda. Beberapa platform memiliki fitur untuk menghapus aktivitas secara massal.
- Ajukan Penghapusan Konten ke Google: Google menawarkan “hak untuk dilupakan” di beberapa yurisdiksi. Anda dapat meminta untuk menghapus informasi pribadi atau konten tertentu dari hasil pencarian Google, terutama jika itu adalah informasi sensitif atau eksplisit non-konsensual.
- Gunakan Layanan Penghapusan Data: Ada layanan pihak ketiga seperti DeleteMe atau Deseat.me yang dapat membantu Anda menghapus informasi pribadi dari situs-situs pengumpul data (data brokers).
- Perbarui Perangkat Lunak Secara Rutin: Pastikan sistem operasi dan semua aplikasi Anda selalu diperbarui. Pembaruan sering kali mencakup patch keamanan yang penting untuk melindungi data Anda.
- Waspada Terhadap Phishing dan Penipuan Online: Jangan mengklik tautan atau membuka lampiran dari email atau pesan yang mencurigakan. Ini adalah taktik umum untuk mencuri data pribadi Anda.
- Laporkan Masalah Digital: Jika Anda menemukan penyalahgunaan data pribadi atau konten yang melanggar privasi Anda, laporkan ke platform terkait atau otoritas yang berwenang (misalnya, SAFEnet di Indonesia).
Jejak digital adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan kita di dunia maya. Dengan memahami apa itu jejak digital, bagaimana ia terbentuk, dan bagaimana mengelolanya, Anda dapat mengambil kendali atas privasi dan keamanan online Anda.
Selalu bijak dalam berinteraksi di internet, jangan umbar data pribadi di internet. Apa yang Anda bagikan hari ini bisa sangat merugikan saat jatuh ke tangan pihak tak bertanggung jawab.
*Photo by Grant Durr on Unsplash
Komentar Anda?