M-01 Kebenaran, Kepercayaan, dan Jurnalisme
Dalam lingkungan informasi super cepat yang serba gratis di internet dan media sosial, tiap orang bisa menjadi produsen pesan. Akibatnya, banyak warga sulit membedakan apa yang benar dan yang salah.
Besarnya volume dan jangkauan disinformasi dan misinformasi yang dikemas sebagai berita dan dibagikan di media sosial, menyebabkan kerusakan lebih jauh terhadap reputasi jurnalisme. Pandangan ekstrem, teori konspirasi, dan populisme berkembang. Sinisme dan ketidakpercayaan berkuasa.
Pengaruhnya bisa mencakup jurnalis, media berita, warga, dan masyarakat yang terbuka1Viner, K. (2017). A mission for journalism in a time of crisis. (daring) The Guardian. (diakses 03/04/2018).. Dalam konteks ini, ruang redaksi berjuang mengemban peran sejarah mereka sebagai penjaga gerbang informasi2Singer, J. (2013). User-generated visibility: Secondary gatekeeping in a shared media space. New Media & Society, (daring) 16(1), hlm. 55-73. (diakses 03/04/2018)., yang produknya bisa membantu menentukan kebenaran.
Adapun kepercayaan terhadap media dan jurnalisme telah rapuh dan melemah jauh sebelum popularitas media sosial3Edelman. (2017). Edelman Trust Barometer – Global Results (diakses 03/04/2018). . Kecenderungan ini tidak terpisahkan dari turunnya kepercayaan terhadap berbagai institusi di banyak masyarakat. Kebenaran dan institusi yang dulu dipercaya, kini dipertanyakan.
Pada saat yang sama, munculnya kebutuhan pasar akan “komunikasi strategis” dan “operasi informasi”, termasuk disinformasi dan malinformasi, telah menjadi sebuah faktor penting dalam ekosistem informasi4Lihat contoh kasus dalam Gu, L; Kropotov, V and Yarochkin, F. (nd). The Fake News Machine How Propagandists Abuse the Internet and Manipulate the Public. (diakses 16/06/2018). Studi lain diterbitkan oleh Data & Society Research Institute, New York (2017) Media Manipulation and Disinformation Online (diakses 15/06/2018)..
Intervensi dalam ukuran besar maupun kecil, dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu godaannya adalah melalui regulasi, sebuah jalan yang dipilih oleh banyak negara5Funke, D. (2018) A guide to anti-misinformation actions around the world Poynter. (diakses 22/05/2018)..
Namun pendekatan regulasi bisa merugikan keterbukaan dan partisipasi yang telah dimungkinkan oleh teknologi baru6 7 Nossel, S. (2017). Faking News: Fraudulent News and the Fight for Truth. (ebook) PEN America. (diakses 03/04/2018).. Terutama jika sosok otoriter muncul sebagai pemimpin, ia bisa menggunakan senjata yang legal dan kuat itu untuk menentukan apa yang “palsu” dan apa yang benar terkait liputan kritis terhadap kepemimpinannya.
Pilihan lain diajukan oleh masyarakat sipil dan perusahaan, yang berfokus pada upaya membuat khalayak semakin cakap dan memberi mereka alat untuk menafsirkan dan menilai informasi yang mereka terima. Contohnya bisa ditemukan dari Afrika Selatan7#KnowNews adalah ekstensi perambah laman yang dikembangkan oleh LSM di Afsel bernama Media Monitoring Africa, yang berupaya membantu khalayak mengenali jika situs yang mereka buka memuat berita yang kredibel (diakses 15/06/2018). hingga kasus Meksiko8 Lihat sebuah koalisi dari 60 institusi media, masyarakat sipil (diakses 15/06/2018), dan universitas yang berfokus pada verifikasi konten selama pemilu Meksiko 2018 (diakses 04/07/2018). .
Ini mensyaratkan kesadaran pentingnya skeptisisme sebagai lawan dari sinisme, dan kemampuan warga untuk membedakan antara mereka yang menyaru sebagai praktisi jurnalisme dan mereka yang secara otentik berjuang melakukan jurnalisme (yang mengupayakan transparansi, akuntabilitas pengaturan-sendiri, dan reputasi yang menyertainya).
Modul ini menjunjung tinggi etika redaksi sebagai pemandu liputan, dan pentingnya refleksi diri jurnalis tentang pandangan kehidupan mereka dan konteks mereka hidup. Bagi jurnalis dan mahasiswa jurnalisme, ini juga berarti memahami lingkungan informasi yang berubah dan cara menanggapi segala tantangannya.
Tujuan Modul:
- Mendorong peserta untuk berpikir kritis tentang jurnalisme dan media sosial;
- Mendorong peserta untuk menilai posisi mereka di dalam ekosistem “kekacauan informasi” yang ada;
- Membantu peserta untuk berpikir kritis tentang dampak “kekacauan informasi” bagi masyarakat.
Pada akhir pembelajaran ini, peserta akan mampu:
- Memperdalam pemahaman mereka tentang bagaimana jurnalisme bisa lebih baik melayani demokrasi dan masyarakat terbuka dalam lingkungan media yang berkembang luas, dan risiko yang dibawa “kekacauan informasi” bagi demokrasi;
- Memahami faktor-faktor yang mendorong kepercayaan pada jurnalisme dan bagaimana kepercayaan itu bisa dipertahankan atau dibangun kembali;
- Mampu menjelaskan kepada orang lain mengapa jurnalisme penting.