Beranda  »  Artikel » Media Baru   »   Instagram Gagal Menindak Misoginis

Instagram Gagal Menindak Misoginis

Oleh: Melekmedia -- 7 April, 2022 
Tentang: , , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Instagram Gagal Menindak Misoginis

Instagram pexels omkar patyane

Instagram dinilai gagal menindak 9 dari 10 aksi misoginis yang dikirim melalui pesan langsung (DM). Temuan ini diekspos pada 6 April 2022 lewat hasil penelitian Center for Countering Digital Hate (CCDH).

Penelitian bertajuk Kebencian Tersembunyi (Hidden Hate) mencatat 253 akun mengirim pesan pelecehan terhadap 5 akun perempuan figur publik. Peneliti melaporkannya melalui aplikasi atau situs web Instagram, tetapi 227 di antaranya tetap aktif setidaknya sebulan setelah dilaporkan.

Fakta inilah yang menunjukkan kegagalan Instagram untuk bertindak atas 89,5 persen laporan yang dikirim ke moderatornya. Makin memprihatinkan, karena setengah dari pengguna jahat itu masih terus mengirim pesan kasar ketika pengelola platform tak kunjung bertindak.

Adapun lima akun figur publik yang menjadi partisipan adalah: Amber Heard, aktris dan advokat Hak Asasi Manusia PBB; Rachel Riley, penyiar dan duta besar CCDH; Jamie Klingler, salah satu pendiri Reclaim This Streets; Bryony Gordon, jurnalis dan juru kampanye kesehatan mental; dan Sharan Dhaliwal, pendiri majalah budaya Asia Selatan asal Inggris, Burnt Roti.

Gabungan kelimanya berpengikut sekitar 4,5 juta akun. Mereka memberi akses masing-masing akun kepada CCDH. Data dikumpulkan dengan mengunduhnya dari Instagram, tetapi hanya sebagian data berhasil diunduh dari akun Amber Heard dan Bryony Gordon.

Analisis terhadap 8.717 pesan (DM) menemukan 1 dari 15 di antaranya melanggar aturan Instagram tentang pelecehan. Kebijakan Instagram melarang ujaran kebencian, termasuk misogini, homofobia, rasisme, ketelanjangan atau aktivitas seksual, kekerasan grafis, ancaman kekerasan.

Adapun dari total 8.720 pesan berupa teks, audio, gambar, dan video, peneliti menemukan 567 (6,5 persen) di antaranya melanggar aturan. Isinya bisa tentang kebencian terhadap perempuan (misogini), pelecehan seksual berbasis gambar, gambar kebencian dan kekerasan lainnya.

Peneliti mendapati setidaknya 125 sampel terpisah dari pelecehan seksual berbasis gambar di akun-akun partisipan. Instagram dinilai gagal menindak setiap sampel dalam 48 jam setelah pelecehan dilaporkan.

"Di antara sampel pesan langsung (DM), satu dari tujuh catatan suara yang dikirim ke perempuan bernada sangat kasar. Instagram memungkinkan orang asing mengirim pesan suara kepada pengguna yang tidak mereka kenal," demikian pernyataan dalam laporan itu.

Dalam rilis resminya, lembaga non-profit asal Inggris yang berkantor di London dan Washington DC ini mengidentifikasi sejumlah masalah sistematis dalam fungsi DM Instagram. Masalah ini menjadi ancaman serius bagi keamanan pengguna:

  • Pengguna tidak dapat melaporkan pesan suara yang dikirim melalui DM.
  • Sebelum melaporkan pesan dalam "mode lenyap", pengguna dipaksa untuk melihatnya.
  • Fitur “kata-kata tersembunyi” tidak efektif menyembunyikan penyalahgunaan.
  • Pengguna menghadapi kesulitan mengunduh bukti pesan kasar.

“Ruang digital menyediakan kanal penting untuk menjaga hubungan, berkomunikasi, dan membangun merek pribadi. Namun, bagi perempuan, ongkos berada di media sosial adalah pelecehan dan ancaman misoginis yang dikirim pelaku dengan impunitas," ujar Imran Ahmed, Chief Executive CCDH.

Menurutnya, Instagram memilih berpihak pada pelaku dengan menciptakan budaya "pelaku bebas konsekuensi"—menyangkal martabat perempuan dan kemampuan mereka untuk menggunakan ruang digital tanpa pelecehan.

“Ada epidemi pelecehan misoginis yang terjadi di DM. Meta dan Instagram harus mendahulukan hak perempuan di atas keuntungan,” tegasnya. Etika teknologi seharusnya memandu kebijakan Meta.

Kegagalan terburuk oleh platform

Isu pelecehan atau misogini melalui fitur Direct Message di Instagram bukanlah isu baru. Pelecehan, ancaman kekerasan, dan pelecehan seksual berbasis gambar dapat dikirim oleh orang asing—kapan saja dan dalam jumlah besar—langsung ke DM tanpa persetujuan.

Instagram pun mengakui “melihat DM yang kasar sejak awal akan berdampak buruk". Pada Februari 2021 mereka mengumumkan langkah baru untuk “menghapus akun pengirim pesan kasar”.

CCDH yang aktif sejak 2018 telah melakukan serangkaian laporan—di antaranya kegagalan bertindak atas kesalahan informasi Covid-19, kebencian berbasis identitas, penolakan iklim, dan banyak lagi.

Ekspose kali ini, menurut mereka, menunjukkan "tingkat kegagalan terburuk". Betapa kasar dan jahatnya pelecehan yang dilakukan—sementara pelakunya melenggang—terekspos dalam riset ini.

Para peneliti awalnya mendekati lebih dari 50 perempuan untuk berpartisipasi. Beberapa tidak dapat berpartisipasi karena terkendala waktu. Lainnya enggan berbicara secara terbuka karena khawatir menjadi mercusuar yang menarik lebih banyak pelecehan.

Mereka yang menggunakan Instagram sebagai alat signifikan dalam promosi merek pribadi atau pekerjaan komersial, mengungkapkan khawatir Instagram akan menghukum mereka karena kritik, dengan mengabaikan akun mereka nantinya.

Penelitian pun dilakukan terhadap sejumlah kecil pesohor yang bersedia berbagi akses ke DM Instagram. Penelitian difokuskan pada konten berbahasa Inggris saja, dan dilakukan dengan tiga metode.

Ketiganya adalah: Analisis data “permintaan DM” yang diunduh; Audit atas kegagalan Instagram untuk bertindak atas penyalahgunaan DM; dan Wawancara kualitatif dengan partisipan.

Embed from Getty Images

Pelecehan oleh misoginis pada Rachel Riley

Rachel Riley dengan lebih dari 500 ribu pengikut, misalnya, dikirimi 31 video berisi rekaman penis oleh seorang pria. Dalam 26 konten di antaranya, pelaku melakukan masturbasi—salah satunya dilakukan di depan komputer tablet yang menampilkan foto si pembawa acara.

Di Instagram, DM yang dikirim oleh orang asing—akun yang tidak diikuti pengguna—masuk ke sub-folder yang disebut "Permintaan". Instagram terkadang menyebut pesan-pesan ini sebagai “permintaan pesan” atau “permintaan DM”.

Pengirim “Permintaan” tidak dapat melihat apakah penerima telah membaca pesan mereka, sampai si pengguna menerima pesan ini. Namun, pengirim tidak memerlukan izin penerima untuk membuat "Permintaan".

Peneliti mengidentifikasi fitur ini sebagai sumber pelecehan, bahkan ancaman kekerasan, dikirim oleh akun yang menyalahgunakannya.

Pihak Instagram tidak menutup mata bahwa kotak ini "adalah tempatnya pesan kasar." Selain berjanji memfilter pesan-pesan ini, produk Meta tersebut juga berjanji bertindak atas laporan penyalahgunaan.

Temuan CCDH membuktikan Meta wanprestasi. Dalam rilis, Rachel Riley bilang bagi perempuan yang jadi figur publik, menerima aliran pesan kasar, tidak pantas, dan terus-menerus lewat DM, tidak dapat dihindari. Fakta bahwa ini terjadi tanpa diketahui publik, membuatnya semakin terganggu, khawatir dan tidak nyaman.

"Ini mengkhawatirkan saya bahwa perempuan dan anak perempuan yang lebih rentan dapat jadi korban pelecehan dalam jumlah besar tanpa diketahui siapa pun. Instagram dan platform lain punya tugas untuk menjaga keamanan perempuan pengguna platform, tetapi saat ini upaya tersebut tidak cukup untuk melindungi mereka,” ujar dia.

Embed from Getty Images

Ancaman pembunuhan pada Amber Heard

Pengalaman buruk juga dialami Amber Heard (35), dengan lebih dari empat juta pengikut di Instagram. Ia menerima ancaman pembunuhan melalui pesan suara. Baginya pelecehan seperti ini sudah berlangsung sejak lama. Kini ia mengabaikan akun Instagram miliknya.

Nama Amber Heard masih hangat di media lantaran kasus hukumnya melawan Johnny Depp. Depp menggugat Heard dengan pasal pencemaran nama baik, lantaran opini tentang pernikahan masa lalu mereka di The Washington Post. Sidang mereka bahkan akan disiarkan di televisi.

"Media sosial adalah cara kita terhubung satu sama lain, sayangnya media itu sangat terlarang bagi saya. Itulah pengorbanan, kompromi, kesepakatan yang saya buat demi kesehatan mental saya," katanya seperti dilansir BBC.

CCDH menemukan satu dari tujuh pesan suara yang dikirimkan kepada para perempuan isinya kasar. Instagram memang bilang, "Anda dapat melaporkan foto, video, dan pesan kasar yang dikirimkan kepada Anda". Sayang, catatan atau pesan suara belum termasuk dalam kebijakan itu.

Salah satu pesan suara yang diterima Heard bunyinya, “Kamu, aku tidak menyukaimu, kamu adalah orang jahat. Mati! Mati! Mati! Mati! MATI!" Satu-satunya reaksi dari Heard adalah membalas dengan emoji.

Mirisnya, ancaman pembunuhan lewat pesan suara seperti itu tidak dapat dilaporkan ke Instagram. Tim peneliti berhasil melaporkan akun pelakunya—meski hingga sebulan setelah laporan dikirim akun tersebut masih aktif.

Imran Ahmed, kepala eksekutif CCDH, mengatakan kepada BBC: "Catatan suara bukanlah sesuatu yang dapat langsung Anda tanggapi dan blokir, itu adalah sesuatu yang terpaksa Anda alami—apakah itu proposal bisnis, tindakan kekerasan seksual, bahkan ancaman kematian."

Adapun pihak Meta mengatakan bila seluruh obrolan DM dilaporkan akan ditinjau oleh tim khusus yang dapat memeriksa isi pesan suara dalam obrolan itu. Soal pesan dalam "mode lenyap", mereka mengatakan hanya orang yang saling mengikuti yang dapat menggunakannya. Secara teknis tidak dapat menerima pesan yang otomatis hilang ini dari orang asing.

*Photo by Omkar Patyane

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.