Di dunia maya, di era media 2.0, setiap orang bisa jadi sumber informasi. Konten apa saja bisa diunggah dan disebarkan. Tetapi bila menemukan konten bermasalah, tentu tak layak disebarkan ke publik.
Karena teknologi internet, penyebaran konten sangat mudah, cepat, dan sulit dikendalikan. Seperti juga pada kasus cyberbullying, sekali konten terkirim ke internet, dampaknya bisa terjadi berulang-ulang.
Karena itu berpikir jadi saringan sebelum mengunggah konten ke internet–apakah konten itu layak atau tidak disebarkan ke publik. Ukuran layak tidak layak, tentu banyak dasarnya.
Hal yang sama berlaku saat menemukan konten yang dianggap “bermasalah”. Bagaimana sebaiknya bereaksi terhadap konten seperti itu? Memaki saja tentu tak cukup.
Tunggu dulu, apa yang disebut bermasalah? Konten media sosial dianggap bermasalah, pada dasarnya karena melanggar aturan ketentuan layanan dari penyedia layanan. Di luar itu, ada norma negara dan masyarakat.
Bisa berdasarkan hukum formal, ataupun ukuran kepantasan dalam masyarakat. Aturan hukum, teorinya pasti adil tapi bisa bias kekuasaan. Misalnya kalau berurusan dengan isu pencemaran nama baik.
Ukuran lain seperti yang berkaitan dengan pornografi, kesadisan, penyebar kebencian, atau kengerian, di satu negara bisa lebih bebas, sementara di negara lain mungkin lebih ketat.
Sayangnya, internet hampir tak mengenal batasan hukum karena melintas batas negara. Maksudnya, dunia maya bisa diakses hampir siapa saja, dari mana saja.
Satu konten yang dianggap normal di satu negara, bisa dianggap melanggar hukum saat dibuka di negara lain. Intinya ada konteks terhadap konten yang dianggap bermasalah itu.
Karena perbedaan cara pandang yang dilatari budaya ini, akses terhadap sebuah situs bisa dilarang di satu negara, sementara dari negara lain aksesnya bebas terbuka.
Namun, ada pula nilai-nilai yang secara universal diterima. Misalnya terkait dengan anak-anak. Di manapun di dunia ini, konten tak layak anak kriterianya cenderung sama. Pertimbangannya adalah tumbuh-kembang.
Bila Anda menemukan konten yang dianggap bermasalah, yang pertama dilakukan tentu mengukur konten tersebut sesuai konteks. Apakah konten ini memang ditujukan untuk khalayak di lingkungan kita tinggal?
Melaporkan konten tersebut kepada penyedia layanan, adalah langkah paling bijak. Semua penyedia layanan yang memuat konten biasanya menyediakan fitur pelaporan terhadap konten yang diunggah ke lapaknya.
Ingat, bahwa layanan media sosial atau jejaring sosial yang memungkinkan pengguna mengirim konten ke publik (User Generated Content) bukanlah ruang publik. Pengguna harus mematuhi aturan pengelola.
Media atau jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Google+, dan semacamnya, lazim memberikan mekanisme pelaporan terhadap konten yang dianggap bermasalah.
Konten berupa foto, tulisan, atau video, dapat dilaporkan jika dianggap bermasalah, terutama aturan yang diberlakukan pada penyedia layanan tersebut.
Misalnya, kalau mengunggah foto di Twitter, ada beberapa pihak ketiga yang menyediakan layanan penampil foto-foto tersebut. Ada Twitpic, Lockerz, bahkan Twitter. Nah, mereka memiliki aturan tentang apa yang boleh diunggah, dan apa yang tidak.
Pelanggaran terhadap aturan itu, memungkinkan pengguna melakukan pelaporan, dan pihak penyedia layanan punya hak untuk menghapus konten tersebut dengan pemberitahuan kepada pemiliknya.
Mereka bahkan memastikan bila terjadi pelanggaran aturan penggunaan, pengelola berhak “membredel” akun pengguna. Apalagi bila terus-terusan melanggar peringatan yang sudah diberikan.
Berikut adalah ringkasan tips melaporkan konten bermasalah untuk beberapa penyedia layanan di internet.
- Dari Google, Anda dapat mengakses halaman ini: Melaporkan Konten Yang Tidak Pantas. Secara umum, halaman itu memberi penjelasan mengenai mekanisme pelaporan untuk beberapa produk mereka, seperti YouTube, Buzz, Blogger, dan Album Web Picasa. Masing-masing produk itu menyediakan layanan untuk membuat, mengeposkan, dan berbagi konten, sehingga disanalah konten bermasalah tersimpan. Dari halaman ini Anda bisa mendapatkan petunjuk untuk masing-masing produk.
- Dari Facebook, bukalah halaman Melaporkan Pelanggaran, yang cukup lengkap membahas tentang pelanggaran dan cara melaporkannya. Di sana ada topik mengenai Penyalahgunaan Keamanan Akun, dan Laporan Akun Sensitif. Mislanya Anda akan melaporkan konten pornografi, maka dapat membaca bagian Bagaimana cara melaporkan konten pornografi di Facebook? Anda dapat melaporkan foto yang melanggar Pernyataan Hak dan Tanggung Jawab Facebook dengan menggunakan tautan “Laporkan Foto Ini” yang tersedia di sudut kanan bawah di bawah foto. Facebook akan memantau keluhan jenis ini dan menghapus foto jika dianggap perlu. Di Facebook juga ada Halaman Pusat Keamanan Keluarga, yang pernah dibahas di artikel ini.
- Dari Twitter, ada halaman Report a Violation. Halaman ini sangat lengkap menjelaskan beragam aturan dasar, tips praktis menggunakan Twitter dengan benar, dan melaporkan sesuatu yang dianggap bermasalah. Untuk persoalan konten foto di Twitter misalnya, ada penjelasan khusus di halaman Flagging Media Violation. Di sana dijelaskan bagaimana melaporkan konten yang bermasalah, dengan menekan tombol Flag This Media. Karena Twitter juga berhubungan dengan tautan ke pihak ketiga, mereka juga memberi tautan ke bebrapa penyedia layanan yang berhubungan dengan Twitter. Berikut adalah daftar tautan yang bisa dikunjungi:
- Flickr: Reporting abuse atau ke Pedoman Keamanan Flickr
- Instagr.am: Reporting Users (tautan dari Twitter sudah mati)
- Lockerz: Report Offensive Images
- Posterous: Help Page
- Twitgoo: Terms of Use Agreement
- Dari Yahoo, ada halaman Panduan Kualitas Konten. Berdasarkan standar kualitas yang disebutkan di halaman tersebut, Yahoo! berhak mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kualitas indeksnya. Pengguna dapat mengklik link ‘Laporkan sebagai tidak pantas’ pada halaman dan mengisi formulir agar dapat segera diambil tindakan.
*Foto milik Billy Alexander via sxc.hu