Beranda  »  Artikel » Teknologi Digital   »   Ancaman Baru di Balik Genggaman

Ancaman Baru di Balik Genggaman

Oleh: Melekmedia -- 30 Oktober, 2025 
Tentang:  –  Komentar Anda?

a group of four cell phones sitting next to each other

Bayangkan setiap kali Anda membuka ponsel — membalas pesan, membaca berita, mengirim uang, bahkan menyalakan lampu rumah pintar. Semua terasa aman, tapi di balik layar kaca itu, dunia lain sedang bekerja: peretas, bot, dan algoritma yang menunggu celah sekecil apa pun untuk masuk.

Sebuah studi dari jurnal Technologies (MDPI, 2023) berjudul “Smartphone Security and Privacy: A Survey on APTs, Sensor-Based Attacks, Side-Channel Attacks, Google Play Attacks, and Defenses” menegaskan bahwa smartphone kini menjadi sasaran utama dunia siber.

Lebih dari 6,6 miliar pengguna di seluruh dunia menggunakan perangkat ini, dengan Android menguasai sebagian besar pasar — artinya miliaran potensi titik serangan.

Masalahnya, banyak sistem yang tak diperbarui dan perangkat murah yang berhenti menerima patch keamanan hanya setahun setelah dibeli. Celah lama tetap terbuka — dan di situlah ancaman bersembunyi.

Serangan Tak Kasatmata: Dari Trojan ke Sensor

Kalau dulu serangan hadir lewat virus atau tautan mencurigakan, kini bentuknya jauh lebih halus.
Malware bisa bersembunyi dalam aplikasi catatan atau game sederhana. Ada pula serangan yang memanfaatkan sensor ponsel seperti mikrofon, giroskop, atau GPS untuk merekam pola gerak dan suara pengguna, lalu menebak PIN atau kata sandi.

Jenis lain, side-channel attack, bahkan tidak memerlukan izin aplikasi apa pun. Cukup dengan menganalisis getaran atau pola konsumsi baterai, peretas bisa mengetahui aktivitas pengguna.
Sensor-sensor ini, menurut penelitian MDPI, adalah “mata-mata digital” yang paling sulit disadari keberadaannya.

Lonjakan Ancaman di Tahun 2024–2025

Dua tahun terakhir, situasi semakin serius. Laporan Kaspersky (2025) menunjukkan serangan terhadap pengguna Android meningkat 29% dalam enam bulan pertama tahun ini. Malwarebytes mencatat lonjakan malware Android hingga 151% sejak awal 2025.

Ancaman paling dominan kini datang dari smishing — phishing lewat SMS atau aplikasi chat — yang menyumbang dua pertiga dari seluruh serangan mobile global (laporan Zimperium 2025).

Muncul pula trojan perbankan baru seperti ToxicPanda, yang menyamar sebagai aplikasi resmi untuk mencuri kredensial lewat overlay attack. Sementara Google baru-baru ini menambal 84 celah keamanan, termasuk dua zero-day exploit yang sudah aktif digunakan peretas.

Sebagai tanggapan, Android 16 kini membawa fitur baru untuk mendeteksi fake cell tower — pemancar palsu yang bisa melacak ponsel dari jarak jauh. Namun, seperti biasa, fitur ini baru dinikmati pengguna ponsel premium, sementara miliaran lainnya tertinggal di versi lama tanpa perlindungan.

Risiko Khusus bagi Pengguna di Indonesia

Indonesia termasuk pasar Android terbesar di dunia. Namun banyak perangkat beredar tanpa jaminan pembaruan jangka panjang. Data dari Mobisec (2025) memperkirakan lebih dari 30% ponsel Android di Asia Tenggara tidak lagi menerima patch keamanan.

Artinya, jutaan orang bertransaksi dan bekerja lewat perangkat yang tak lagi terlindungi.
Dalam sistem kerja modern — terutama Bring Your Own Device (BYOD) — satu ponsel yang terinfeksi bisa membuka akses ke jaringan internal perusahaan. Ancaman ini bukan lagi masalah pribadi, tapi sistemik.

Dari “Jangan Klik Link” ke Literasi Digital Sejati

Kami berupaya mendorong kesadaran bahwa keamanan ponsel bukan sekadar “pasang antivirus.” Kita perlu memahami bahwa smartphone adalah pusat kehidupan digital: tempat data pribadi, komunikasi, dan keuangan bertemu.

Beberapa langkah sederhana namun krusial:

  1. Perbarui sistem dan patch keamanan. Jangan abaikan notifikasi update — satu patch bisa menutup puluhan celah.
  2. Periksa izin aplikasi. Bahkan di Play Store, malware bisa lolos.
  3. Waspadai pesan mencurigakan. Smishing kini menjadi jalur serangan tercepat.
  4. Pelajari fitur privasi baru Android. Misalnya kontrol izin sensor dan deteksi jaringan palsu.

Yang terpenting: ubah cara pandang bahwa keamanan bukan fitur tambahan, melainkan gaya hidup digital yang sadar risiko.

Tantangan Baru: AI dan Serangan Model Belajar Mesin

Makalah MDPI menutup dengan catatan bahwa tantangan terbesar bukan hanya teknologi, tapi perilaku pengguna dan fragmentasi sistem Android. Kini, penelitian terbaru (Arxiv, 2025) menambahkan satu bab baru: serangan lewat model AI di dalam aplikasi (backdoor ML model attacks).

Artinya, bahkan sistem kecerdasan buatan yang tertanam di aplikasi bisa disusupi untuk mencuri data atau mengubah perilaku ponsel tanpa sepengetahuan pengguna. Kita sedang memasuki era di mana “ponsel pintar” bisa menjadi terlalu pintar untuk dikendalikan pemiliknya.

Dunia digital tidak sedang menunggu kita siap. Ia sudah berjalan lebih cepat dari kesadaran kita tentang risikonya. Ponsel adalah sahabat sekaligus titik lemah utama dalam ekosistem siber modern.

Solusinya bukan paranoia, tapi pengetahuan dan pembiasaan — agar kita tahu kapan harus curiga, kapan harus memperbarui, dan kapan harus berkata tidak pada izin aplikasi yang tak masuk akal.

Dengan literasi digital yang benar, kita bisa mengembalikan fungsi ponsel ke tempat semestinya: bukan alat pengawasan, melainkan alat pemberdayaan.

Referensi

  • Muhammad et al. (2023). Smartphone Security and Privacy: A Survey on APTs, Sensor-Based Attacks, Side-Channel Attacks, Google Play Attacks, and Defenses. Technologies (MDPI).
  • Kaspersky Mobile Threat Report 2025.
  • Malwarebytes Threat Intelligence 2025.
  • Zimperium Global Mobile Threat Report 2025.
  • BitSight Report on ToxicPanda Trojan, 2025.
  • Mobisec Southeast Asia Mobile Security Report, 2025.
  • Google Android Security Bulletin, September 2025.
  • Arxiv (2025). Backdoor Attacks on Machine Learning Models Embedded in Mobile Apps.

*Photo by Andrey Matveev via Unsplash

Artikel lain sekategori:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

```

Topik
Komentar
Materi Kursus