Beredar video tentang peringatan Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas. Sekilas seperti satire biasa, tapi dengan unsur manipulasi konten yang menyesatkan.
Video yang beredar di media sosial ini, berasal dari TikTok. Meski begitu, jejaknya paling populer ditemukan di Facebook. Adalah akun Prabu Siliwangi Cakra Buana yang turut mengunggah video berdurasi 30 detik tersebut, pada 28 Februari 2022.
Taktiknya menggunakan kapsi palsu dalam video berbahasa Rusia–bahasa yang tak lazim bagi masyarakat Indonesia bila dibandingkan dengan bahasa Inggris. Dengan cara ini, lebih sulit bagi awam untuk memeriksa apakah kapsi dalam video benar atau karangan belaka.
Tidak ada narasi yang spesifik dari konten ini, karena secara umum kutipan Putin yang direkayasa bunyinya “mengingatkan Menteri Yaqut” dan “segera meminta maaf kepada seluruh umat muslim”. Atas alasan apa, tidak jelas.
Bahwa ada kapsi di bagian kiri atas video yang menyatakan: “Islam dikaitkan dengan terorisme itu hanya rekayasa Amerika Serikat”, juga tidak jelas kaitannya. Kedua elemen seolah menunjukkan peringatan dan ancaman terhadap Menteri Yaqut karena mengaitkan “teroris” dengan umat muslim.
Pada bagian akhir video, ancaman “Putin” dikaitkan lagi dengan langkanya minyak goreng dan aturan pencairan JHT yang sedang ramai jadi perbincangan. Bagian akhir ini memberi kesan satire belaka. Tapi, tak ada label satire pada konten tersebut.
Hingga artikel ini ditulis, video tersebut sudah mencatat 4 ribu penayangan lebih, 207 kali dibagikan oleh akun lain, dan 10 komentar di Facebook. Dari sepuluh komentar yang tercatat, nadanya berbeda-beda. Ada yang seolah percaya, ada yang sangsi, ada pula yang mendukungnya.
Sudah ada pula yang menyebutnya hoaks, “Translate nya hoaks nih… Putin ampe mikirin minyak goreng di indonesia n pencairan jht segala,” ujarnya. Ini menguatkan indikasi ada yang tak beres dengan video tersebut. Pada 2 Maret 2022, pemeriksaan fakta oleh Medcom menandainya sebagai hoaks.
Apa yang terjadi sebenarnya?
Secara umum, konten barusan bisa disebut hoaks. Namun, seperti yang dijelaskan First Draft, istilah hoaks atau berita palsu (fake news) sangat problematik. Karena itu First Draft menyebutnya dengan istilah “kekacauan informasi” sebagai “payung”, dan membuat kategorisasi yang lebih spesifik untuk menjelaskan informasi macam apa yang kita hadapi.
First Draft menggunakan istilah misinformasi, disinformasi, serta malinformasi untuk menjelaskan hoaks atau kekacauan informasi. Misinformasi adalah informasi salah yang disebarkan oleh orang yang mempercayainya sebagai hal yang benar. Terkadang disebarkan tanpa maksud jahat, semata-mata karena “tidak tahu” bahwa informasi yang disebarkannya salah.
Disinformasi adalah informasi salah yang disebarkan meski si penyebar tahu bahwa informasi tersebut salah. Kebohongan yang disengaja ini berkenaan dengan orang-orang yang jadi target oleh aktor jahat. Artinya, si penyebar memang dengan sengaja menyebarkannya meski ia tahu informasi tersebut palsu, dengan tujuan merusak reputasi targetnya.
Adapun Malinformasi adalah informasi yang berdasarkan realitas, tapi digunakan untuk merugikan orang, organisasi, atau negara lain. Mal-informasi memuat informasi yang benar–dan/atau sepenggal kebenaran–tetapi dibuat dan dibagikan oleh “agen” dengan niat merugikan.
Dari ketiga kategori tersebut, diturunkan ke dalam tujuh tipe yang lebih detail. Ketujuh tipe ini bisa dijadikan panduan untuk memahami, konten hoaks macam apakah video barusan. Penjelasan lebih lanjut mengenai ketujuh tipe, bisa disimak dalam materi pembelajaran Kekacauan Informasi di situs ini.
Mari tengok kembali video “Putin-Yaqut” di atas. Informasi tersebut bisa dikategorikan hoaks karena berbagai bukti. Paling utama, adalah sumber video yang telah disunting, berasal dari pemberitaan Putin di televisi terkait serangannya ke Ukraina.
Video di kanal YouTube Associated Press (AP) pada 24 Februari 2022 bisa jadi pembanding. Dalam video berjudul “Rusia Serang Ukraina, Putin Peringatkan AS dan NATO” itu, Presiden Putin memperingatkan Amerika Serikat dan NATO. Tidak ada urusan dengan Menteri Yaqut.
Pun bila Anda mencari pemberitaan tentang Presiden Putin bicara soal Menteri Yaqut, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari sumber-sumber yang terpercaya. Ini membuktikan, Putin tak pernah bicara soal Menteri Yaqut, apalagi minyak goreng dan JHT, dalam kesempatan apapun.
Agak sulit menentukan apakah informasi ini terkategori disinformasi atau misinformasi. Dalam kiriman Prabu Siliwangi Cakra Buana di Facebook, tidak ada teks atau narasi yang mengiringi kiriman video tersebut. Tidak diketahui apakah si pengirim tahu bahwa informasi yang disebarnya palsu, atau ia memercayainya karena tak tahu itu palsu.
Bila dibandingkan dengan tujuh tipe kekacauan informasi, konten tersebut bisa saja bertipe Satire atau parodi, yang disebarkan tanpa bermaksud buruk. Ini bila kita berasumsi bahwa si pengirim mempercayai video yang dikirimnya benar, tanpa sadar bahwa video tersebut palsu.
Tetapi, konten tersebut juga bisa bertipe Konten tiruan (Imposter content), yang dibuat berdasarkan sosok asli (Putin di video AP) lalu dimanipulasi sedemikian rupa sehingga menyesatkan pemirsanya. Tentu dengan asumsi bahwa si pengirim tahu informasi yang dikirimnya adalah palsu, tapi tetap dipublikasikan tanpa peringatan apakah ini satire atau bukan.
Tentang kutipan bahwa “Islam dikaitkan dengan terorisme itu hanya rekayasa Amerika Serikat”, pun tidak terverifikasi. Berita pada 2017 di The New York Times menyebut, Putin tidak pernah mengaitkan Islam sebagai sebuah agama dengan terorisme. “Saya lebih suka penyebutan Islam tidak dimaksudkan untuk menyebut terorisme,” katanya dalam kutipan berita itu.
Meski kelakuan mantan Presiden AS, Donald Trump, disebut bertolak belakang, tidak ada kutipan dari Putin yang menyebut ini adalah “rekayasa Amerika Serikat”.
Siapa penyebar video?
Karena video yang yang dipersoalkan ini berlabel TikTok, bila ditelusuri dapat ditemukan di akun @devano202026. Video telah diposting sekitar 3 hari yang lalu (saat artikel ditulis). Data ini tidak spesifik, sehingga perlu ditelusuri lagi, kapan tepatnya video itu diunggah ke TikTok.
Menggunakan teknik yang dijelaskan First Draft dalam video YouTube ini, kita bisa mendapat informasi bahwa kode UNIX di laman TikTok mencantumkan “createTime: 1646057036”. Bila dikonversi dengan “bahasa manusia”, video di akun @devano202026 tersebut diunggah pada Senin, 28 Februari, pukul 21:03:56 WIB.
Lalu coba bandingkan dengan waktu video tersebut diunggah di akun Facebook Prabu Siliwangi Cakra Buana. Dari laman Facebook, tertera video tersebut diunggah pada Senin, 28 Februari, pukul 21:23 WIB. Atau, sekitar 20 menit setelah video yang sama tayang di TikTok.
Dapat disimpulkan bahwa akun @devano202026 yang pertama kali mengunggah video tersebut di TikTok, dengan tagar #lucu62, tanpa penjelasan pangiring. Lalu adakah hubungan kedua akun?
Dari riwayat konten yang diposting masing-masing akun, bisa ditemukan lagi konten serupa di linimasa kedua akun. Kali ini tentang menjaga ulama. Jadi, video “Putin-Yaqut” ini bukan kasus pertama. Ini mengindikasikan, kedua akun punya “kaitan khusus”, bukan sekadar hubungan acak–menemukan vide lucu lalu di-repost.
Dalam kasus ini, konten justru dipublikasikan terlebih dahulu di akun Facebook Prabu Siliwangi Cakra Buana pada 19 November 2021, baru kemudian muncul di akun TikTok @devano202026 pada 22 November 2021. Meskipun, tampak bahwa video di TikTok itu bertanda dari akun: @andre30518.
Makin menarik karena akun @andre30518, tak lain adalah @devano202026. Ini bisa diketahui dari penelusuran di Google yang menunjukkan kaitan kedua akun, dan sebuah kiriman dari TikTok, yang menautkan akun @andre30518 dengan @devano202026.
Google mencatat, nama akun “devano2020” di TikTok adalah @andre30518. Namun, tautan tersebut sudah tidak bisa ditelusuri asalnya dari mana. Meskipun devano2020 tidak sama persis dengan @devano202026, tetapi sangat mudah mengenali kaitan di antaranya.
Bukti lain muncul dari kiriman konten yang sama (tentang menjaga ulama), yang diposting akun lain lagi bernama @adityapermana3689. Kirimannya tidak menunjukkan kiriman ulang dari akun lain, tetapi dalam kapsi ia menyebut akun @andre30518. Bila tautan ke sebutan itu diklik, mengarah ke laman profil akun @devano202026.
Apa motif serangan ini?
Dapat disimpulkan, bahwa peredaran video “Putin-Yaqut” pada dasarnya menargetkan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas. Hal ini mengingat linimasa terbitnya video berbarengan dengan panasnya isu seputar Menteri Yaqut. Video tersebut diterbitkan pada 28 Februari, sedangkan kisruh isu megafon masjid yang membelit Menteri Yaqut mulai naik per 23 Februari 2022.
Pada 24 Februari 2022 lalu, kanal YouTube Kajian Online menyebar isu bahwa Presiden Jokowi memecat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. “RESMI PRESIDEN JOKOWI COPOT MENAG YAQUT!! BUNTUT SAMAKAN AZAN DENGAN SUARA ANJING” demikian klaim video berdurasi 3 menit 51 detik, yang ditonton 340 ribu kali serta disukai 2700 kali.
Jejaring Pikiran Rakyat telah melaporkan konten tersebut sebagai invalid atau palsu, pada 4 Maret 2022. Hingga saat ini belum ada kabar resmi yang menyatakan bahwa Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas resmi dipecat.
Isu juga dipanaskan PA 212 lewat aksi “Copot dan Proses Hukum Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas” di depan Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Mereka menuntut Menteri Yaqut mundur dan dipenjara karena membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing.
Adapun video hasil rekayasa yang dibahas tidak menyinggung isu masjid, “hanya” menyentil nama Gus Yaqut. Tapi “mendekatkan” Menteri Yaqut dengan Putin (Rusia) yang juga sedang jadi sorotan, adalah trik lazim dalam upaya mengangkat isu dengan menunggang popularitas.
Dengan cara ini, isu Gus Yaqut diharapkan bisa terus bersirkulasi, bahkan bila perlu terus menjadi topik tren di linimasa pemberitaan, maupun linimasa media sosial.
Lagi pula, Menteri Yaqut sudah menjadi target hoaks jauh sebelum kasus megafon ini. Dalam pusat data hoaks yang disediakan Google, sejak Agustus 2019 namanya sudah muncul dalam daftar berita hoaks. Saat itu, yang bersangkutan belum diangkat menjadi menteri. Ia baru diangkat pada 2020.
“Gus Yaqut: Kami NKRI dan kami tidak takut ke Papua. Tapi maaf, anggaran tidak ada dari pemerintah”, demikian judul berita yang diklaim pengirim. Konten berbentuk foto tangkapan layar itu hasil suntingan dari foto yang sudah beredar, tetapi tidak ada artikel media yang menggunakan judul tersebut.
Setidaknya ada 11 konten disinformasi dan misinformasi yang beredar setelah itu, hingga Oktober 2021. Adapun cek fakta tentang video Putin-Yaqut ini belum terangkut dalam hasil pencarian di Google Fact Check Explorer tersebut. Meski, Medcom telah memuatnya sebagai hasil pemeriksaan fakta.