Beranda  »  Artikel » Pantau Media   »   Film Horor Nasional Milik Hantu Perempuan

Film Horor Nasional Milik Hantu Perempuan

Oleh: Melekmedia -- 10 Juni, 2019 
Tentang: , ,  –  Komentar Dinonaktifkan pada Film Horor Nasional Milik Hantu Perempuan

Pengabdi Setan Instagram Joko Anwar

Jika menonton film horor Indonesia, 8 dari 10 karakter yang Anda temui adalah sosok arwah perempuan. Peluang melihat hantu pria dalam 50 film adalah 8 dari 55 karakter.

Kesimpulan ini diambil dari hitungan Beritagar.id terhadap karakter hantu (makhluk halus atau gaib) dalam film-film genre horor dan horor komedi.

Sebenarnya Sundel Bolong (1981) juga film horor dengan tokoh utama perempuan yang terlaris ketiga di bioskop. Namun, tulisan ini hanya menggunakan data dari 15 film terlaris periode 2007-2018 (7 Maret).

Tim Beritagar.id menelisik data di FilmIndonesia.or.id dan menemukan 55 hantu menjadi teror utama dalam 50 film horor, 46 di antaranya bersosok arwah perempuan yang “hidup” kembali karena berbagai sebab.

Itu sekitar 8 dari 10 karakter, atau 83 persen. Sebagian besarnya berwujud perempuan dewasa, tepatnya ada 26 karakter. Disusul oleh 8 pocong, 8 kuntilanak, dan 4 hantu berwujud anak-anak.

Meski wujudnya mirip—berambut hitam panjang dan mengenakan gaun putih—kuntilanak punya ciri dan definisi yang khas dibandingkan dengan arwah perempuan dewasa lainnya.

Mitos kuntilanak adalah hantu perempuan yang meninggal saat melahirkan. Sosok ini tak hanya milik masyarakat Indonesia, orang Malaysia punya legenda urban serupa dengan nama Pontianak.

Jenis hantu ini favorit di jajaran film horor lokal. Setidaknya ada empat judul film laris mengandung kata “kuntilanak”. Terowongan Casablanca (2007), dengan 949.878 penonton, adalah salah satu pengecualian.

hanti terpopuler dalam film
Jenis karakter hantu pada 50 film terpopuler 2007-2018 (Beritagar.id)

Hingga 2018, film terlaris dengan sosok hantu perempuan tidak lain adalah Pengabdi Setan (2017). Film ini membetot 4,2 juta penonton ke bioskop dan menjadi film horor terlaris sepanjang masa negeri ini.

Dalam Pengabdi Setan, ada sosok pocong dan arwah dewasa lain, tapi Beritagar.id hanya menghitung karakter yang menjadi tokoh penting atau teror utama dalam film.

Karakter Mawarni Suwono alias Ibu (diperankan Ayu Laksmi) merupakan ikon utama dalam film besutan Joko Anwar itu. Saking populernya, meme mengenai Ibu bermunculan di media sosial.

Bagaimana dengan hantu bergender lainnya? Dari total 55 karakter, jumlah sosok seram “mirip lelaki” hanya 8 karakter. Satu-satunya hantu waria muncul dalam Taman Lawang (2013).

Hantu lelaki kerap muncul dalam rupa arwah dewasa seperti dalam film Bangkit Dari Kubur (2012), Kakek Cangkul (2012), Mall Klender (2014), dan Syirik (2018).

Pria juga tampil sebagai pocong, jenazah terbungkus kain kafan melompat-lompat kian kemari. Ada tiga film dengan karakter ini, yaitu Pocong 3 (2007), Pocong Ngesot (2011), Poconggg juga Pocong (2011).

Sementara pocong perempuan lebih banyak, ada delapan.

Mengapa hantu perempuan?

Ada dua tulisan menarik mengenai dominasi hantu perempuan dalam cerita rakyat Indonesia, yang lalu diadaptasi menjadi film.

Pertama tulisan Gita Putri Damayana, peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) pada situs The Conversation.

Ia mengaitkan popularitas hantu perempuan dengan rendahnya akses terhadap layanan kesehatan dan tiadanya rasa aman dari kekerasan.

“Si Manis Jembatan Ancol dan sundel bolong adalah perempuan korban kekerasan seksual yang menjadi hantu untuk menuntut keadilan,” tulis Gita.

“…kuntilanak dan sundel bolong gagal mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Mereka meninggal bersama dengan bayi mereka saat persalinan.”

Jika saja layanan kesehatan masa lalu lebih baik, kekerasan terhadap perempuan bisa ditekan, menurut hematnya, kisah kuntilanak, sundel bolong, dan Si Manis Jembatan Ancol takkan menghantui.

Tulisan lainnya dari Cinema Poetica berjudul “Mengapa Hantu Indonesia Selalu Perempuan?“. Hatib Kadir, mahasiswa PhD Antropologi di University of California, Santa Cruz, Amerika Serikat, mengulasnya dari antropologi.

Menurut dia, keberadaan hantu perempuan merupakan perwujudan alam bawah sadar akan ketakutan masyarakat modern terhadap perempuan.

Para hantu perempuan itu hadir seiring kecemasan laki-laki dalam menyikapi transisi prakapitalis ke industri kapitalisme.

“Figur hantu perempuan menunjukkan bentuk ketakutan masyarakat patriarki, sekaligus frustasi terhadap modernitas yang mewajibkan orang untuk harus selalu maju dan mampu bersaing,” tulisnya.

“Norma kecemasan ini diproduksi dalam ratusan film horor Indonesia melalui sosok hantu perempuan.”

film hantu terpopuler
Film hantu terpopuler 2007-2018 (Beritagar.id)

Hantu berbumbu seksi

Film horor berjaya pada 2017 berkarakter hantu perempuan. Selain Pengabdi Setan, empat sinema lain yang masuk 15 besar film terlaris yaitu Danur: I Can See Ghosts (2,7 juta penonton), Jailangkung (2,55 juta), Mata Batin (1,28 juta), dan The Doll 2 (1,22 juta).

Capaian itu kebalikan dari tahun sebelumnya. Pada 2016 hanya satu film horor masuk 15 besar, itupun di urutan buncit. Film tersebut adalah The Doll (550.252 penonton). Genre seram juga hanya diwakili satu film pada 2015, yakni Tarot (329.258).

Dua periode tersebut semacam kejemuan penonton Indonesia terhadap film horor lokal. Pasalnya, pada saat itu film-film horor didominasi tayangan mengandalkan tubuh perempuan.

Lihat saja pada 2007, saat genre horor berkuasa. Meski yang terlaris adalah drama Get Married (2007), 10 film horor menguasai 15 besar film terbanyak ditonton saat itu, dipimpin oleh Terowongan Casablanca (2007).

Meski film barusan relatif tak mengandalkan tubuh perempuan, film lainnya dalam periode 2007-2011 dipenuhi citra tersebut. Beberapa bahkan tak malu memasang judul “panas”.

Tengok saja judul Tali Pocong Perawan (2008), Arwah Goyang Karawang (2011), Suster Keramas (2009), dan Tiran-Mati di Ranjang (2010).

Pendekatan itu, ditambah teknik produksi yang bisa dibilang asal-asalan, membuat jumlah penonton merosot. Periode 2012-2016, bahkan tak satupun film horor masuk 5 besar terlaris.

Film-film hantu nan seksi mungkin tak benar-benar sirna, tapi bukan lagi faktor utama penglaris film. Kontras dengan periode 1970-2000.

Hingga pada 2001, saat Jelangkung membangkitkan “arwah” film nasional, dan Pengabdi Setan (2017) kembali membuat penontont rela berduyun-duyun ke bioskop hanya untuk ditakut-takuti.

*Foto cuplikan film Pengabdi Setan, diambil dari Instagram Joko Anwar | Artikel ini aslinya tayang di Beritagar.id pada 11 Maret 2018, oleh Indra Rosalia. Ditulis kembali dengan penyuntingan ulang di sana-sini.

Artikel lain sekategori:

Maaf, Anda tak bisa lagi berkomentar.